webnovel

Berbagi kebahagiaan

Pintu ruang kerja terbuka sedikit Bora lupa tidak menutup nya dengan rapat, alhasil suara mereka terdengar jelas dari luar. Suara canda tawa menggema di dalam ruangan sampai tidak menyadari bahwa ada orang yang sedang melintas tepat di depan ruang kerja milik anak buah Bora.

Seorang tersebut terhenti sejenak mencari sumber suara yang terdengar sangat riuh, ia mengikuti sumber suara hingga menemukan pintu yang sedikit terbuka. Ia mencoba mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka, ternyata para karyawan dan karyawati sedang duduk dibawah sembari makan bersama di temani oleh dua box pizza dan satu box yang isi nya burger dan enam cup kertas yang di dalam nya minuman Coca cola.

Orang tersebut tidak sengaja menggeser pintu tersebut, sontak orang yang ada di dalam menoleh ke suara pintu menggeser.

" Siapa? " tanya Bora yang posisi duduk nya membelakangi pintu. Bora yang penasaran langsung membalikan badan.

" Loh pak Akara , ada apa datang kemari. Apa ada tugas baru? " tanya Bora sembari berdiri sambil merasakan ngilu di sekitaran lutut di ikuti oleh lainnya.

" Ti - tidak ada, suara kalian terdengar sampai luar lain kali pintu nya di tutup rapat agar tidak menggangu yang lainnya " ucap Akara yang tiba tiba merasa gugup.

" Waduh maaf kan saya pak, tadi saya lupa menutup rapat " menunduk hormat.

" Kami juga minta maaf pak " ujar mereka.

Akara hanya menanggapinya dengan mengangguk kepala kecil , setelah itu balik badan meneruskan tujuan nya yang akan ke ruangan penyimpanan data kantor yang letak nya di lantai tiga.

" Fyuhhh... aman " mengusap peluh keringat dingin , setelah menutup pintu kembali.

" Saya kira ada tugas tambahan " celetuk salah satu dari mereka.

" Saya kira juga begitu, ya udah kita lanjut makan lagi keburu jam makan habis "

*

Bora sudah kembali ke ruangan nya sedari tadi. Di meja kosong nya ia taruh beberapa makanan yang masih sisa yakni tiga potong pizza , satu burger , sisa Coca cola dan menu bekal tadi pagi.

Saat hendak berdiri dari kursi Bora merasakan seolah olah di lutut nya ada cairan yang mengalir tapi ada sedikit bau amis. Bora duduk kembali di kursi kerja memutar ke belakang guna mengecek apakah bau amis berasal dari lutut nya atau bukan.

Membuka plester perban kain kasa secara perlahan agar luka yang menempel di kain kasa tidak ikut tercabut semua. Bora membuka dari arah samping kanan kiri agar lebih cepat mengganti nya, namun saat di tengah tengah ia merasa kesusahan karna kulit luka menempel di kain kasa.

" Aduh kok gue jadi ngilu gini " menghela nafas pasrah.

Saat kain kasa berhasil terlepas dari lutut nya, Bora membalikan kain kasa tersebut untuk sekedar melihat. Ternyata di balik kain kasa terdapat warna putih kekuningan di campur sedikit darah itu sudah di pastikan nanah dan darah menjadi satu.

" Oh pantes bau amis ternyata dari sini " melihat luka nya sendiri dengan rasa ngilu tak tertahankan.

Kondisi keadaan luka di lutut nya di bagian pinggir sudah sedikit mengering tapi di bagian tengah masih basah. Lantas Bora mengambil tas yang di dalam ada obat luka yang berbentuk serbuk dan membuka kain kasa yang baru agar bakteri tidak menempel di luka.

Obat luka yang bentuk nya serbuk sudah ia buka, perlahan ia taburi di tepi luka dan tengah agar luka nya cepat mengering. Bora sedikit menjerit kecil karna merasakan sensasi perih dan ngilu menjadi satu. Setelah di kasih obat baru lah la menutup luka nya menggunakan kain kasa dan di sisi kanan kiri ia plester agar tidak lepas.

" Kalau seminggu enggak sembuh terpaksa gue bawa ke puskesmas " gumam Bora sembari membuang kain kasa bekas nanah.

Baru saja duduk , ada pesan masuk melalui email lewat komputer kantor. Bora membaca secara seksama agar tidak terjadi kesalahan. Setelah ia pahami baru lah ia mengetik sesuatu di komputer. Butuh waktu enam puluh menit mengerjakan.

" Apa gue harus beli mesin printer yang three in one kan bisa sekalian foto copy sama scene jadi enggak usah bolak balik ke ruangan penggandaan " berpikir sembari menunggu hasil pindahan dari komputer ke flashdisk.

*

Ruang penggandaan terletak di tempat yang bisa mudah diakses oleh mayoritas pengguna layanan penggandaan. Di tempat Bora berkerja ruang penggandaan di letakan di setiap lantai jadi kalau ada orang yang ingin fotocopy atau print tidak usah turun ke bawah begitu juga sebaliknya.

Bora sekarang berada di ruang penggandaan seorang diri di ruangan yang cukup lumayan untuk penyimpanan mesin fotocopy dan juga mesin cetak. Di sana di sediakan tiga mesin fotocopy dan lima mesin print. Di sana juga di sediakan tempat duduk , tumpukan kertas HVS dan tumpukan tinta hitam maupun tinta berwarna semua nya di sana lengkap.

Bora memasukan flashdisk ke colokan khusus flashdisk yang sudah tersambung ke komputer. Pintu ruangan ini sengaja ia buka kalau terjadi apa apa tinggal lari keluar. Setelah mendapatkan data yang di inginkan baru lah Bora mengprint sebanyak sepuluh lembar sekaligus.

Tak membutuhkan waktu lama menunggu kertas keluar dari alat printer hanya membutuhkan waktu lima menit. Terkumpul semua baru lah Bora mengoreksi kalau terjadi kesalahan ia bisa mengulang kembali.

" Hmmm....udah bener semua tinggal kasih stempel dan materai " baru ingin beranjak pergi tiba tiba ponsel Bora bergetar. Bora menaruh kembali tumpukan kertas print.

" What!!!!....." pekik Bora setelah membaca pesan masuk.

" Mana stempel sama materai gue taruh di laci meja terus suruh di fotocopy juga. Kan harus ada tanda tangan gue sama pak CEO , OMG gue harus ke ruangan nya gitu. Ck!! menyusahkan sekali permintaan nya. Berarti tadi salah dong kan cuman ada kolom tanda tangan gue dong " mencebikkan bibir serta menggaruk rambut frustasi.

" Hmmm...ok ok gue harus rileks jangan stres nanti kulit wajah gue jadi keriput dan kusam, oh no rugi dong perawatan wajah gue. Ok Bora elu harus bisa kan tinggal memperbaiki terus minta tanda tangan. Semangat! " gumam Bora sambil mengepalkan satu tangan ke udara.

Bora membuat lagi sebanyak sepuluh lembar kertas dengan cekatan ia sudah merubah sedikit di bagian halaman terakhir.

" Nah ini baru okay " menepuk dada nya dengan bangga. Ia beranjak dari duduknya sembari membawa tumpukan kertas yang baru ia print. Yang lama sudah ia buang ke tempat sampah dan Bora sudah mencabut kembali flashdisk nya.

Bora berjalan menuju ruangan nya, ruangan Bora harus melewati ruangan manajer marketing , Ruang konferensi dan ruangan ruangan lain nya yang di sana rata rata para manajer.

Bersambung...