webnovel

Bab 9 PORTAL ALAM DEWA

Agoes dan Larasaty segera meloncat turun dari punggung siluman harimau putih sesampainya di depan pintu yang di penuhi dengan ornamen aneh.

Pintu di depannya ini sangat besar, di perkirakan lebarnya lima meter dan tingginya sepuluh meter. Pintu aneh di depannya berwarna kuning gelap dan berkilau seperti campuran emas dan besi hitam yang sangat tebal.

Larasaty sama sekali tidak tahu, untuk apa siluman harimau putih ini membawanya kesini. Berbeda dengan Agoes, setelah dia turun dari punggung siluman harimau putih, matanya nampak berbinar menatap ornamen yang ada di daun pintu.

Ternyata ornamen yang ada di dinding raksasa ini adalah sebuah formasi menuju alam dewa. Sebagai titisan Dewa petir tentu saja Agoes mewarisi ingatan akan tulisan serta huruf-huruf kuno di depannya.

Terlihat bibir Agos berkomat-kamit tiada henti dan wajahnya nampak penuh dengan semengat. Larasaty nampak tertegun melihat keanehan wajah anaknya, dia sama sekali tidak mengerti kenapa anaknya tertarik dengan ornamen yang menempel di pintu raksasa ini.

Tidak pakai lama setelah Agoes membaca dan memecahkan mantra formasi yang menempel di pintu aneh ini, tiba-tiba huruf-huruf dan oranamen yang ada daun pintu depannya memunculkan sebuah pergerakkan.

Daun pintu di depannya menghilang dan yang terlihat sekarang adalah sebuah formasi huruf-hurus sansekerta serta kode-kode aneh yang berputar-putar hingga di tengah formasi seketika terlihat sebuah lorong hitam.

Tubuh siluman harimau putih seketika bergetar dengan hebat, dia yang di tugaskan untuk menjaga pintu portal ini sama sekali belum pernah membuka pintu ini. Akan tetapi anak kecil di depannya ini bisa dengan mudah membukanya.

Tanpa menunggu terlalu lama, dia langsung meberi hormat dan bersujud di hadapan Agoes. Siluman harimau putih seketika ini juga tahu kalau anak kecil di depannya merupakan titisan Dewa.

Sementara itu setelah di tengah portal formasi yang ada di depannya memunculkan lorong hitam yang tak berujung. Agoes langsung memegang tangan ibunya dan membawanya meloncat masuk kedalam lorong hitam di depannya.

Larasaty belum tersadar dengan keanehan di depannya, ketika tiba-tiba tubuhnya di tarik oleh Agoes memasuki lorong formasi.

Zesss....

Tubuh Agoes dan Larasaty langsung menghilang ke dalam portal formasi, meninggalkan siluman harimau putih yang masih berlututut kearah Agoes.

Siluman harimau putih sama sekali tidak berani masuk kedalam formasi di depannya, karena dia hanya bertugas untuk menjaga pintu portal ini.

Tak lama setelah Agoes dan Larasaty masuk kedalam formasi dan menghilang terhisap menuju alam Dewa.

Pintu raksasa itupun kembali ke bentuk semula berdiri dengan kokoh seakan belum pernah terbuka sama sekali.

Agoes dan Larasaty seakan sedang berada di alam tanpa dasar dan ujung, mereka seperti sedang berdiri di atas udara hampa. Sekelilingnya hanya ada kegelapan, hingga akhirnya di depannya terlihat sebuah cahaya terang yang sangat menyilaukan.

Sebuah daya hisap yang sangat kuat membuat kesadaran Larasaty menghilang, akan tetapi berbeda dengan Agoes, dia sama sekali tidak sampai pingsan saat menghadapi daya hisap yang sangat kuat ini.

Maklumlah Larasaty adalah manusia awam berbeda dengan Agoes yang merupakan titisan Dewa Petir dan terlahir sebagai manusia unggul yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Di depan mereka terlihat sebuah taman bunga yang sangat indah sejauh mata memandang, Agoes sama sekali tidak takjub dengan pemandangan ini. Di memorinya dia masih ingat dengan jelas semua yang pernah di lihatnya saat menjadi seorang Dewa.

Saat ini dia berada di dimensi Dewa yang paling bawah, di mana di mensi ini di huni para Peri dan atau Dewa wanita sehingga sekeliling mereka yang terlihat adalah taman bunga yang sangat indah.

Agoes melirik kearah ibunya yang masih dalam keadaan pingsan, dia segera menggendong tubuh ibunya yang besarnya lima kali lipat dari tubuhnya sendiri. Jangan samakan Agoes dengan anak kecil pada umumnya, karena dia sebagai titisan Dewa Petir tentu saja mempunyai kekuatan yang berbeda.

Tubuh kecilnya seketika melesat bagai kilat kearah sebuah gunung yang terlihat ke jauhan. Tak lama kemudian sampailah dia di sebuah Istana yang sangat megah. Istana di depannya ini terbuat dari batu pualam yang sangat indah dan berwarna warni.

Istana ini tidak di cat akan tetapi warna yang menghiasi dinding istana ini berasal dari batu permata dan giok yang di jadikan batu bata.

Di alam Dewa sendiri, batu permata, giok, intan serta berlian dan emas bukanlah barang yang mahal sama sekali. Berbeda dengan di alam manusia sebuah batu permata sebesar kepalan tangan saja bisa membuat seseorang menjadi kaya raya.

Tubuh Larasaty di baringkan pada sebuah ranjang yang sangat indah dan besar serta empuk. Setelah membaringkan tubuh ibunya agar beristirahat, Agoes segera keluar dari kamar ibunya.

Di hadapannya tiba-tiba muncul puluhan peri yang entah datang darimana, para peri ini mempunyai wajah yang sangat elok serta tubuh yang begitu indah dengan pakaian tipis yang menjuntai menyentuh lantai marmer berwarna hijau jamrud.

"Hormat kepada tuan Dewa Petir...!!"

Terdengar suara memberi komando dari puluhan peri di depan Agoes, nampaknya para peri ini mengenali sosok Agoes. Bagi para Dewa dan Peri serta iblis, mereka akan tahu aura seorang Dewa sejati meskipun tubuh Dewa itu berada pada tubuh seorang manusia.

Bagi para Dewa sangatlah wajar menitis atau memasuki tubuh seorang manusia untuk menyelamatkan dunia. Sedangkan para iblis memasuki atau menitis di tubuh manusia hanya satu tujuannya yaitu menimbulkan kerusakan dan kehancuran.

"Kalian jaga dan layani ibuku dengan baik, saya akan pergi dulu. Katakan pada ibuku untuk tinggal di istana ini dengan baik dan katakan untuk tidak mengkhawatirkan saya."

"Baik tuan Dewa..."

Semua peri menyahut secara bersamaan perintah Agoes, setelah memberi beberapa pesan kepada peri untuk melayani ibunya dengan baik, kemudian sosok Agoes pun menghilang menyerupai kilat dan menghilang dari hadapan para peri.

Agoes terlahir memang sudah di pilih oleh para Dewa sebagai penyelamat para manusia, sehingga saat dia terlahir Dewa Petir yang merupakan panglima perang serta jendral tertinggi di dunia para Dewa mengkhususkan diri untuk menitis ke tubuh Agoes.

Sebuah kilat yang berkilau tanpa suara bergerak dengan sangat cepat naik ke atas langit, kecepatan kilat ini setara dengan kecepatan cahaya.

Tak lama kemudian setelah melesat selama satu jam dalam kecepatan cahaya, sosok Agoes berhenti di sebuah bangunan yang sangat besar, akan tetapi di penuhi dengan aura membunuh yang sangat besar.

Bangunan ini merupakan benteng ataupun istana tempat penggemblengan para parjurit Dewa di dimensi Dewa ini.

Di kejauhan terlihat puluhan ribu prajurit Dewa sedang berlatih silat. Tubuh para Dewa melesat ke segala arah bagaikan sebuah bayangan petir dan sesekali terdengar suara menggelegar saat petir-petir itu menabrak sesuatu.

....