webnovel

Bab 6 MATA SUPER SPIRITUAL

"Aduh..."

Larasaty menjerit ketika kepalanya membentur dinding lobang gua yang hanya selebar satu meter persegi ketika tubuhnya di bawa meloncat oleh Agoes.

Mendengar jerit kesakitan dari ibunya, seketika Agoes terkejut dan tanpa sadar melepaskan pelukannya. Seketika tubuh Larasaty terjatuh dengan cepat ke kolam aor panas yang ada di bawahnya.

Byurr...

Wajah larasaty gelagapan setelah terjatuh ke dalam kolam air panas. Sementara itu Agoes yang ada di lobang gua nampak meringis malu, karena sudah menyebabkan ibunya terjatuh.

"Maaf bu...!"

Agoes berteriak dari atas langit-langit gua, kemudian dia melompat turun ke dekat ibunya. Ajaibnya kakinya sama sekali tidak melesak masuk kedalam air, sehingga tubunya sama sekali tidak tenggelam.

Larasaty yang basah kuyup memandangi anaknya dengan perasaan heran bercampur kagum. Ternyata anaknya telah menjadi manusia unggul yang di beri kelebihan dalam hal beladiri dan kemampuan kanuragan.

Larasaty tak henti-hentinya mengagumi sosok anak yang baru dia lahirkan, bukannya dia yang harus merawat dan menjaganya. Sepertinya semua terbalik, bayi yang baru satu hari dia lahirkan malah begitu kuat dan bisa menjaganya.

Kemudian Agoes mengulurkan tangannya kearah Larasaty dan membantunya untuk berdiri.

Setelah memegang tangan ibunya, Agoes kembali meloncat ke lubang gua. Kali ini dia sangat hati-hati agar kepala ibunya jangan sampai membentur dinding sumur.

Akhirnya mereka berdua bisa mauk ke dalam lubang gua dengan dirinya di belakang ibunya. Agoes menjaga tubuh ibunya di bawah sambil mendorong telapak kakinya agar ibunya bisa naik ke atas terlebih dahulu.

Setelah berusaha cukup keras, sebuah cahaya mulai terlihat di depan mereka. Larasaty sangat gembira bisa keluar dari gua tempat mereka terjatuh.

Dia sama sekali belum menyadari kalau di dalam tubuhnya ada energi sejati petir yang sangat besar, meskipun tidak sebesar yang ada di tubuh Agoes.

"Hahhhh... senangnya bisa keluar dari tempat ini..."

Larasaty mendesah dan wajahnya terlihat sangat bahagia begitu melihat cahaya matahari.

Akan tetapi tiba-tiba bola matanya seakan mau keluar begitu memperhatikan sekelilingnya. Dia sangat terkejut melihat pemandangan yang terpampang di hadapannya.

Larasaty tidak tahu kalau dirinya saat ini berada di hutan purba gunung Maha Meru yang penuh dengan aura mistis.

"Itu... kenapa pohon-pohonnya sangat tinggi?"

Mendengar gumaman ibunya, Agoes sama sekali tidak mengerti maksudnya. Menurutnya wajar saja kalau pepohonan di tempat ini tinggi-tinggi. Maklumlah bagi Agoes yang baru terlahir ke muka bumi ini, semua pemandangan dan situasi di hutan purba ini sangatlah wajar.

Setelah keterkejutan ibunya berkurang, Agoes segera menarik tangan ibunya dan dia meloncat tinggi keatas pohon yang ada di atas mereka. Jantung Larasaty seakan mau copot, ketika dengan tiba-tiba Agoes membawanya meloncat keatas pohon yang begitu tinggi dan hinggap di dahan pohon sebesar pelukan tiga orang dewasa.

"Ibu jangan di bawa tinggi-tinggi, ibu takut..."

Larasaty sedikit gemetar saat menegur anaknya, akan tetapi Agoes nampaknya tidak peduli. Dia segera membawa ibunya berloncatan dan satu dahan pohon ke dahan pohon yang lainnya hingga sampailah mereka ke pohon mangga Harum Manis.

Di dekat pohon mangga masih terlihat sekawanan Beruk yang sedang memakan buah mangga.

Kedatangan Agoes dan ibunya membuat mereka waspada, akan tetapi setelah mengetahui kalau yang datang adalah Agoes mereka segera mengendorkan kewaspadaannya.

Hanya saja semua beruk menatap kearah Larasaty dengan tatapan penuh curiga. Sementara itu Larasaty langsung bergetar jantungnya, dia merasa ketakutan berada di sekelompok Beruk yang memperlihatkan taringnya yang besar dan tajam.

"Paman, bibi, teman-teman kenalkan ini ibuku...!!"

Agoes berteriak kearah mereka sambil tertawa gembira, karena dia sebagai anak-anak tentu saja merasa iri serta cemburu dengan anak-anak Beruk yang bersama dengan induknya.

Mendengar teriakan Agoes, para Beruk seketika mendekat dan Sabre sang pemimpin Beruk mendekat.

Larasaty sangat takut di dekati Sabre sang pemimpin Beruk, karena tubuh Sabre lebih besar daripada tubuhnya. Benar-benar seukuran pria dewasa tubuh Sabre, apalagi tubuhnya juga sangat kekar dan tatapan matanya juga sangat garang.

"Groarrr...!!!"

Sabre menunjukkan taringnya di hadapan Larasaty, membuat wajah Larasaty seketika memucat. Padahal Sabre sedang menyapanya dan memperkenalkan diri, akan tetapi Larasaty tentu saja tidak sama dengan Agoes yang mengerti bahasa binatang.

"Goes, kenapa kita kesini? Ibu takut..."

"Tenang bu, mereka semua baik."

"Baik bagaimana? Lihat tampang mereka sangat ganas dan liar," bisik Larasaty dengan tangan gemetar sambil memeluk tubuh kecil anaknya.

"Groarrr...!!"

Lagi-lagi Sabre menyapa Larasaty, maksudnya adalah untuk jangan takut dengan mereka. Akan tetapi karena Larasaty sama sekali tidak mengerti bahasa mereka tentu saja tetap merasa takut.

"Paman, ibuku tidak tahu bahasa yang kalian omongkan. Maafkan ibuku ya, dia takut dengan paman."

"Owh begitu, jadi ibumu tidak tahu omongan kita?"

Agoes mengangguk tanda mengiyakan apa yang di katakan Sabre, akhirnya Sabre segera mengerti dan sebagai pemimpin meskipun dia seekor hewan teryata sangat pengertian dan memahami ketakutan Larasaty.

Sabre segera menjauh dari Larasaty dan Agoes. Sementara anak-anak Beruk malah bergantian mendekati Agoes dan Larasaty, mereka berputar-putar seakan penasaran dengan ibunya Agoes.

Agoes kemudian mengenalkan ibunya kepada anak-anak Beruk, seketika anak Beruk berloncatan dengan gembira dan mengajak Agoes untuk bermain. Akan tetapi Larasaty tetap memegangi tangan Agoes agar jangan meninggalkannya.

Saat ini mereka berada di ketinggian tiga puluh meter di atas tanah, tentu saja Larasaty tidak berani berdiri sendirian.

Agoes kemudian memetik sebuah mangga yang sudah masak dan memberikan ke ibunya. Dengan tangan masih gemetar, Larasaty menerima buah mangga pemberian Agoes dan mulai menggigitnya.

Begitu merasakan manis da harumnya mangga pemberian Agoes, seketika Larasaty melahapnya dengan nikmat. Melihat ibunya sudah menghabiskan satu buah mangga, Agoes segera memetiknya lagi.

Lima buah mangga Harum Manis yang matang pohon seketika sudah habis di santap Larasaty.

"Nak, baiknya kita segera turun. Ibu takut kalau terus di atas pohon, kita cari tempat berlindung dulu selagi hari masih terang," ucap Larasaty setelah selesai makan buah Mangga.

Dia merasa tidak nyaman bergabung dengan sekelompok hewan liar yang terlihat sangat ganas ini.

Mendengar permintaan ibunya, Agoes yang masih balita seperti orang dewasa saja langsung memahaminya. Seketika dia memandang kesekelilingnya dan memandang ke kejauhan.

Ajaib matanya ternyata bisa memandang jauh kedepan menembus rimbunnya pohon purba. Senyumnya tiba-tiba tersungging di bibir kecilnya, matanya yang tajam dan mempunyai kekuatan spiritual bisa melihat kalau di puncak gunung ada sebuah gua yang bisa mereka jadikan tempat tinggal.

"Bu saya menemukan tempat bagus untuk tempat tinggal kita."

Agoes berkata sambil menunjuk kearah puncak gunung yang ada di kejauhan. Setelah berpamitan ke Sabre dan teman-teman Beruk kecil, Agoes segera menghilang dari hadapan mereka.

Lagi-lagi para Beruk tidak bisa menangkap kecepatan lari Agoes, meskipun sambil berloncatan di dahan pohon sambil memegangi tangan ibunya.

Larasaty sangat ketakutan ketika tiba-tiba tubuhnya melayang dari satu dahan yang satu ke dahan yang lainnya dengan sangat cepat. Hanya suara angin saja yang dia dengat di kedua telinganya.

Tanpa di sadarai Larasaty juga ikut berlari mengikuti tarikan tangan Agoes, mereka berloncatan di atas pohon Purba yang menjulang tinggi.

Setelah berlarian dengan sangat cepat, kemudian di depan mereka terlihat sebuah gua yang tidak terlalu besar. Lebar mulut gua hanya dua meter saja, sedangkan tingginya sekitar satu meter.

Saat mereka mendekati mulut gua tiba-tiba bulu kuduk Larasaty berdiri dan tubuhnya serasa bergetar seakan ada pembatas yang tak terlihat yang membuatnya merasa sangat takut.

....