webnovel

Kacamata Untuk Emily

Julian, bocah miskin yang tinggal bersama neneknya didesa, memiliki seorang teman yang bernama Emily, gadis lugu berkacamata yang berasal dari keluarga mampu. Mereka berteman dari kecil hingga dewasa. Namun saat SMA, Emily, tiba-tiba pergi meninggalkan Julian tanpa penjelasan, membuat luka mendalam di hatinya. Bertahun-tahun kemudian, Julian bangkit dari keterpurukan. Kini, dia bukan lagi anak miskin yang diremehkan, melainkan pria sukses dengan karier gemilang dan bisnis yang berkembang pesat. Dia juga memiliki ambisi untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Namun, ketika hidup Julian sudah berubah, Emily kembali hadir dalam kehidupannya, namun kali ini dengan nasib yang berbalik. Apa yang membuat Emily kembali datang ke kehidupan Julian? Lalu bagaimanakah kisah mereka didalam menghadapi bayang-bayang masa lalunya? Dan konflik apa saja yang akan ditemui Julian dalam menggapai cita-citanya untuk mendirikan perusahaannya sendiri? Ikuti kisah selengkapnya di dalam Novel ini. Novel Kacamata untuk Emily ini memadukan berbagai genre meliputi "Romance, Slice of Life, Remaja, Pengembangan karir, CEO dan Bisnis Fiksi." Dibalut dengan gaya penulisan menggunakan sudut pandang orang pertama dan dialog yang ekspresif serta progress cerita yang "slow pacing" membuat novel ini dapat memberikan pengalaman membaca yang lebih emosional, realistis, dan imersif. [NOTE] Tentang novel ini: Disini anda akan dibawa seolah-olah menjadi sang MC, karena novel ini ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Nikmati bagaimana tokoh tersebut menjalani kehidupannya didalam cerita dan rasakan pengalaman emosionalnya seperti saat merenung, merasakan sesuatu, dan bereaksi terhadap sebuah situasi. Bukan hanya itu, Novel ini juga menggunakan dialog sebagai pembentuk dan penggerak cerita sehingga suasana cerita terasa lebih realistis dan dinamis. Lalu, Novel ini juga memiliki set progress cerita "Slow Pacing" yang akan membuat para pembaca merasakan bagaimana hubungan tiap karakter tumbuh dan berkembang secara lebih dalam pada tiap bab. Alih-alih mengejar Plot yang cepat, Pembaca justru dapat menikmati detail setiap adegan, gerak tubuh, ekspresi wajah, bahkan keheningan di antara para tokoh secara kompleks. Biarkan cerita terungkap secara perlahan. Resolution sering akan anda temui diakhir bab sebagai kesimpulan perkembangan sang MC dalam cerita. Karena plot novel ini memang fokus kepada sang MC. Semoga ini bisa memberikan pengalaman membaca yang unik dan bermakna bagi para pembaca Novel "Kacamata Untuk Emily"

TriYulianto · 若者
レビュー数が足りません
11 Chs

BAB 10. ALICIA

Chapter 10-1 Gadis yang bernama Alicia

Pagi itu, aku tiba di depan gedung megah tempatku bekerja. Sebuah perusahan manajemen merek dagang (Brand Management Company) dengan nama "BRANDVISTA MANAGEMENT" yang memiliki reputasi besar di dunia bisnis.

Perusahaan ini berpusat dalam membantu perusahaan lain dalam mengelola, memasarkan, dan mengembangkan merek dagangnya untuk meningkatkan nilai pasar dan reputasi produk yang dipasarkan. Melihat gedung perusahaan tinggi seperti itu, aku semakin berambisi bahwa suatu hari aku juga akan bisa seperti ini.

Mobil pribadiku meluncur dengan mulus ke area parkir yang dikhususkan untuk para eksekutif. Aku mematikan mesin, menarik napas sejenak, lalu keluar dari mobil, sedikit merapikan baju ku guna menjaga penampilan profesionalisme ku.

Begitu melangkah masuk ke gedung, tatapan dari berbagai arah langsung tertuju padaku. Para pegawai yang melihat kedatanganku dengan cepat menghentikan aktivitas mereka sejenak dan menundukkan kepala, memberi hormat. Beberapa staff senior pun bahkan buru-buru menghampiri untuk menyapaku.

"Selamat pagi, Pak Julian!" kata mereka serempak dengan nada hormat.

Aku mengangguk ringan, memberikan senyum formal kepada mereka.

Julian: "Selamat pagi, semua. Semoga hari kalian menyenangkan dan tetap semangat!"

Setelah menyapa balik, aku berjalan melintasi lobi besar. Beberapa karyawan wanita muda yang berada tak jauh dariku tampak saling berbisik saat aku melewati mereka.

Pegawai Wanita 1: (Berbisik sambil melirik Julian), "Bos kita makin hari, makin keren, ya?"

Pegawai Wanita 2: (Tertawa kecil), "Iya, aku bahkan bisa jatuh cinta lagi kalau begini."

Pegawai Wanita 1: "Jangan gitu... Kamu kan udah punya pacar?"

Pegawai Wanita 2: "Aku rela putus deh, demi Pak Julian."

Salah satu dari mereka bahkan memberanikan diri melambai padaku, matanya berbinar saat mendekatiku. Dengan suara yang sedikit centil, dia menyapaku.

Pegawai Wanita 3: "Selamat pagi, Pak Julian, sudah sarapan belum, nih?"

Aku menghentikan langkah sejenak, memandang ke arahnya, dan tersenyum sopan.

Julian: "Sudah. Terima kasih atas perhatiannya."

Pegawai Wanita 3: "Kalau begitu... Bagaimana kalau kita ngopi sebentar saja, Pak?"

Julian: "Mungkin lain kali saja, ya? Hari ini masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan."

Aku bisa melihat wajahnya sedikit memerah.

Pegawai Wanita 1: "Hey, curang! Kau mengajak Pak Julian sendirian? Jangan mau Pak, mending dengan ku saja!"

Pegawai Wanita 2: (Gugup), "B-bagaimana k-kalau nanti m-makan siang bersama ku, Pak?"

Pegawai Wanita 3: "Apa-apaan, kalian?! Aku yang mengajak Pak Julian pertama, kan?"

Julian: (Tertawa tipis), "Hahaha... Terima kasih atas ajakan kalian semua."

Tapi sebelum ada yang bisa menambah obrolan, seseorang berjalan mendekat. Ia menatap gadis-gadis itu dengan tatapan serius. Ya, dia bernama Alicia, gadis yang menjadi asisten ku.

Alicia: "Sudah cukup dengan sesi menggodanya! Sekarang... Semua kembali bekerja!"

Perintahnya membuat para wanita itu langsung kembali ke mejanya masing-masing.

Julian: (Menghela nafas panjang), "Terima kasih, Alicia. Aku tertolong..."

Alicia: (Menyeringai), "Tentu saja. Aku hanya ingin menjaga kantor ini dalam suasana kerja yang kondusif, kok. Lagipula, menyelamatkan mu dari gadis-gadis itu juga tugas dari asisten manajer, kan?"

Julian: (Tertawa kecil), "Hahaha..."

Alicia adalah wanita yang cerdas dan ambisius. Dia sudah menjadi rekan lamaku di perusahaan ini. Namun disisi lain, aku merasa kalau dia juga menyimpan perasaan terhadap ku, meskipun aku tidak terlalu memikirkan nya.

Sambil melangkah menuju ruanganku, kami mengobrol.

Alicia: (Tersenyum riang ke Julian), "Hey-hey, bos. Gimana penampilanku kali ini?"

Alicia mengibaskan rambutnya.

Julian: "Penampilanmu? Kau menyemir rambut mu lagi, ya?"

Alicia: "Apa pendapatmu? Warna ungu ini terlihat cocok dengan rambut panjang ku, kan?"

Julian: "Apa pak direktur, tahu soal ini?"

Alicia: "Dia sudah tahu, kok."

Julian: (Melirik), "Jadi, kau kena marah?"

Alicia: "Kenapa mesti dimarahi? Dia bahkan memuji ku, lho. Katanya aku semakin cantik."

Julian: (Ekspresi tak percaya), "Huh?!"

Aku masuk ke dalam ruang kerjaku. Lalu, tiba-tiba Alicia berjalan ke depan dan menghadap menatapku.

Alicia: "Ayolah Julian. Aku sengaja mengubah Style warna rambutku demi mengejutkan mu, nih. Setidaknya puji atau bilang aku cantik."

Julian: (Duduk di kursi), "Ya ampun... Daripada membahas itu, bagaimana dengan hasil laporan soal kerja sama dari perusahaan lampu, Luminex?"

Alicia: (Cemberut), "Sudah ku kerjakan, ada dimeja mu sekarang."

Julian: (Mengambil berkas), "Bagus... Akan kucek dulu. Dan tolong urus juga perlengkapan dokumen dan file presentasi untuk meeting nanti dengan pak Sebastian Wijaya, Manajer dari perusahaan Luminex."

Alicia cuma terdiam, memasang muka yang semakin cemberut.

Julian: (Memandang Alicia), "Ada apa?"

Alicia: (Masih cemberut), "Kau menyebalkan..."

Julian: (Menghela nafas), "Baiklah-baiklah... Kau cantik, Alicia."

Alicia: (Berekspresi senang), "Benarkah aku cantik?"

Julian: (Memasang wajah datar), "Ya... Cantik."

Alicia: (Mendekati Julian dengan senyum cerah di wajah), "Sungguh aku cantik?"

Julian: (Memasang ekspresi tak peduli), "Ia... Kau cantik. Sudah puas? Sekarang kerjakan tugasmu."

Alicia: (Tersenyum lepas), "Oke, bos..."

Setelah perbincangan singkat dengan Alicia, aku memutuskan untuk fokus pada persiapan meeting. Aku segera memeriksa laporan yang sudah disiapkan Alicia, dan merasa puas dengan pekerjaannya. Laporan tersebut terstruktur dengan baik, memuat semua informasi penting yang diperlukan untuk presentasi.

Beberapa jam kemudian.

Julian: (Melihat jam), "Sudah waktunya rapat. Alicia, panggil Dimas dari divisi Head Marketing untuk ikut meeting. Dan kau juga ikut aku."

Alicia: (Berwajah centil), "Wah... Tumben kau mengajakku ikut meeting? Apa kau ingin aku yang cantik ini selalu di sisimu? Atau kau akan kangen, jika tak melihatku sebentar saja?"

Julian: "Sudahi bercanda mu, Alicia... Waktunya serius."

Alicia: (Mendengus), "Hhmpf..."

Alicia segera menelpon Dimas dan menyampaikan perintah dari ku.

Julian: "Kalau begitu, sekarang kita ke ruang meeting."

Aku dan Alicia segera berjalan menuju ke ruang rapat, dengan membawa laporan di tangan. Setibanya di sana, aku melihat Pak Sebastian, sudah menunggu dengan beberapa anggotanya. Aku memberi salam dengan berjabat tangan kepada mereka.

Julian: "Selamat siang, Pak Sebastian. Terima kasih telah datang."

Sebastian: "Selamat siang, Pak Julian. Senang bisa bertemu denganmu. Saya sudah menunggu anda."

Julian: "Maaf atas keterlambatannya. Bisa kita mulai saja untuk rapatnya."

Chapter 10-2 Presentasiku

Setelah semua anggota tim duduk, aku memulai presentasi dengan menjelaskan tujuan kerjasama Luminex dengan perusahaan ku Brandvista dan bagaimana nantinya produk lampu mereka akan dapat dipasarkan.

Julian: "Baik, terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir. Hari ini, saya ingin memaparkan tujuan kerja sama antara perusahaan kita dengan Luminex."

Di layar proyektor tertampil bahan presentasiku yang telah disiapkan Alicia sebelumnya. Aku membuka slide pertama yang menampilkan logo Luminex dan produk-produk unggulannya.

Julian: "Seperti yang kita tahu, client kita, Luminex memiliki teknologi mutakhir pada produk terbarunya yang dapat meningkatkan efisiensi energi. Karenanya, kerja sama ini diharapkan tidak hanya akan memperkuat lini produk dari Luminex, tetapi juga meningkatkan reputasi perusahaan kita Brandvista di mata masyarakat, terutama bagi mereka yang peduli terhadap konsumsi hemat energi."

Aku melanjutkan dengan menjelaskan lebih rinci tentang produk-produk Luminex.

Julian: "Sebagai contoh, lampu LED terbaru dari Luminex memiliki daya tahan hingga 25.000 jam dan mengurangi konsumsi energi hingga 75%. Ini akan sangat menarik bagi pelanggan yang ingin mengurangi tagihan listrik mereka."

Aku membuka slide kedua yang memperlihatkan potensi pasar akan konsumen.

Julian: (Menunjuk slide presentasi), "Di sini, kita bisa melihat potensi pasar yang sangat besar. Berdasarkan data terbaru, permintaan akan produk lampu hemat energi terus meningkat, terutama di sektor perumahan dan industri. Terlebih dengan adanya tren ECOGREEN & ramah lingkungan, membuat produk Luminex memiliki keunggulan kompetitif karena menawarkan teknologi hemat daya dan juga lebih tahan lama."

Pak Sebastian mengangguk, menunjukkan ketertarikan atas presentasiku.

Julian: "Selain itu, kita bisa memanfaatkan momentum dari regulasi pemerintah yang semakin ketat soal penggunaan gas emisi rumah kaca di gedung-gedung perkantoran. Kita dapat fokus pada segmen pasar ini, dan memberikan solusi yang signifikan baik dari sisi konsumsi energi yang berimbas pada biaya operasional mereka."

Aku kemudian membuka slide halaman ketiga yang berisi jaringan pemasaran yang akan dilalui.

Julian: "Selanjutnya, saya ingin membahas bagaimana kita akan memanfaatkan saluran distribusi yang sudah ada. Dalam hal ini, kita sudah memiliki kerjasama dengan beberapa platform e-commerce besar, yang berarti produk akan dipasarkan secara online. Selain itu, tim kita telah menjalin hubungan baik dengan distributor di berbagai kota, yang memungkinkan produk akan masuk kedalam pasar yang lebih luas, khususnya di wilayah yang permintaannya tinggi."

Lalu, aku membuka slide terakhir yang menampilkan beberapa contoh iklan dan media untuk kampanye.

Julian: "Kemudian, dengan pendekatan Omni channel, kita dapat memaksimalkan eksposur produk Luminex. Menggunakan metode kampanye pemasaran digital yang mencakup iklan di beberapa media, seperti Televisi, billboard, media sosial, website banner, Iklan podcast, Radio. Juga nantinya kita akan melakukan promosi di beberapa toko, dan Retail, serta menggelar event peluncuran produk yang akan menarik perhatian masyarakat."

Aku melihat ke seluruh anggota tim, sesaat aku melanjutkan presentasiku.

Julian: "Saya ingin semua anggota tim terlibat aktif dalam proses ini. Terlebih pada pak Dimas selaku head marketing beserta timnya dari perusahaan kita, mohon bantuannya."

Dimas: "Baik. Saya akan berusaha memenuhi ekspektasi anda, Pak Julian dan Pak Sebastian."

Aku dan Pak Sebastian mengangguk merespon komitmen dari Dimas. Dan setelah menjelaskan semua poin penting, aku mengakhiri presentasiku

Julian: "Saya berharap kita dapat segera memulai kerja sama ini dan membawa produk ini ke pasar dengan sukses. Terima kasih atas perhatian anda semua, dan jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan."

Setelahnya, Pak Sebastian mengangkat tangannya, menarik perhatian semua orang di ruangan.

Julian: "Silahkan, Pak Sebastian."

Sebastian: "Terima kasih, Pak Julian, untuk presentasi yang sangat informatif. Saya sangat terkesan dengan pendekatan inovatif yang anda tawarkan. Namun, saya juga ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana produk kami bisa menyesuaikan dengan strategi pemasaran anda?"

Julian: "Tentu, Pak. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Kami akan melakukan penyesuaian branding produk Luminex agar lebih sesuai dengan permintaan pasar. Dengan menonjolkan manfaat dari teknologi ekosistem dan desain modern dari produk yang anda tawarkan dalam Marketing."

Alicia berdiri dari tempat duduknya dan menyambung penjelasanku.

Alicia: "Kami juga akan mengatur event peluncuran yang melibatkan beberapa influencer di bidang desain interior yang akan mereview kualitas produk anda. Juga influencer yang menggaungkan kampanye hemat energi. Ini berguna untuk meningkatkan minat konsumen terhadap produk baru anda."

Sebastian: (Mengangguk), "Itu ide yang bagus. Saya setuju. Namun, dengan jalur distribusi yang anda sebutkan tadi, seperti e-commerce dan distributor regional, apakah itu bisa menjamin produk saya akan dipasarkan secara baik?"

Julian: (Tersenyum percaya diri), "Kami sangat memahami kekhawatiran anda, Pak Sebastian. Namun, kami telah melakukan penelitian mendalam tentang perilaku konsumen dan tren pasar saat ini. Dengan mengandalkan e-commerce dan distributor regional, kami bisa menjangkau target pasar yang lebih luas dan memastikan produk anda bisa terlihat di mana pun konsumen berada. Selain itu, kami akan terus memantau performa setiap saluran distribusi dan menyesuaikan strategi jika diperlukan."

Alicia berjalan dan berdiri disampingku.

Alicia: (Menambahkan), "Kami juga berencana untuk melakukan promosi yang agresif di platform e-commerce dengan menawarkan diskon dan bundling produk yang menarik. Ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan penjualan produk serupa di masa lalu."

Sebastian: "Baiklah, sepertinya kita sudah mendapatkan beberapa poin penting. Saya ingin mengusulkan pertemuan lanjutan untuk membahas rincian SPK kita dan implementasi lanjut. Apakah Anda dan tim bisa meluangkan waktu untuk itu?"

Julian: "Tentu, Pak. Kami sangat menantikan pertemuan berikutnya dan akan mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan."

Sebastian: "Bagus. Saya semakin yakin kerja sama ini akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak. Terima kasih atas diskusinya hari ini."

Julian: "Sama-sama, Pak Sebastian. Kami juga sangat menghargai kesempatan ini."

Kemudian aku dan Pak Sebastian berjabat tangan, menandakan akhir dari sesi rapat kali ini.

Setelah pertemuan dengan Pak Sebastian selesai, aku dan Alicia merapikan berkas-berkas presentasi.

Julian: "Kerja bagus, Alicia."

Alicia: "Terima kasih, bos. Tak biasanya kau memujiku."

Julian: "Kau pantas mendapatkannya."

Alicia: (Tersenyum senang), "Hehe... Kalau begitu nanti traktir es krim, ya?"

Julian: "Es krim? Memangnya kau anak kecil?"

Tiba-tiba, Pak Jonathan Santoso, Direktur Utama perusahaan BRANDVISTA, masuk ke ruang meeting dengan senyuman lebar di wajahnya.

Jonathan: "Julian, bisa kemari sebentar? Saya ingin berbicara denganmu."

Aku dan Alicia saling berpandangan sebelum mengangguk. Kemudian melangkah mendekat.

Julian: "Tentu, Pak Jonathan. Ada yang bisa saya bantu?"

Jonathan: "Saya baru saja berbicara dengan Pak Sebastian. Beliau benar-benar puas dengan presentasi yang kalian bawakan."

Julian: "Terima kasih, Pak. Kami berusaha semaksimal mungkin agar bisa terjalin kerja sama dengan perusahaan Luminex."

Jonathan: "Saya tahu betul performa mu selama ini. Kerja sama ini sangat penting bagi perusahaan kita, dan saya yakin ini akan membawa banyak keuntungan bagi kita. Saya juga mengapresiasi untuk Alicia yang mendukungmu."

Alicia: (Tersenyum), "Terima kasih, Pak. Saya disini memang untuk membantu Julian."

Julian: "Tapi, itu semua hasil kerja keras dari tim, bukan hanya kami, Pak."

Jonathan: "Saya tahu. Tapi itu karena kalian berdua telah menunjukkan profesionalisme yang tinggi. Saya yakin kerja sama ini bisa terjalin dengan baik. Ini adalah langkah besar untuk memperluas jaringan bisnis kita."

Julian: "Kami akan berusaha untuk tidak mengecewakan, Pak. Kami juga sudah merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan semua berjalan lancar."

Jonathan: "Saya percaya pada duet kalian. Pastikan untuk tetap menjaga komunikasi dengan pihak Luminex dan siap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi."

Julian: "Tentu, Pak. Serahkan pada kami."

Pak Jonathan: "Baiklah, tetap semangat. Dan mungkin nanti akan ada bonus untuk kalian berdua."

Julian: "Terima kasih atas kemurahan hati anda, Pak."

Alicia: (Tertawa lepas), "Benarkah, Pak. Asyik..."

Julian: (Melirik ke Alicia), "Sstt... Jaga sikapmu, Alicia."

Jonathan: "Hahaha... Kalau begitu, saya tinggal dulu"

Julian: (Menunduk hormat), "Semoga hari anda menyenangkan, Pak."

Alicia: (Tersenyum dan melambaikan tangan ke Jonathan), "Sampai nanti, Pak Direktur..."

Setelah Pak Jonathan pergi, aku merasa lebih bersemangat dan optimis mengenai kemampuanku dalam memahami manajemen pasar. Ini akan ku jadikan pijakan awal sebagai langkah untuk menggapai ambisiku di masa depan.

[Bersambung ke BAB 11]