webnovel

Selangkah menuju

SELAMAT MEMBACA

-_-_-_-_-_-_-_-

Vino mencurigai Nesha, ia membuntutinya saat pulang sekolah, setelah kumpul bersama gengnya tadi.

Dengan berjalan berhati-hati, Vino sangat yakin kalau Nesha telah menyembunyikan sesuatu darinya maupun teman-temannya.

Nesha merasakan tubuhnya makin berat saja, ia semakin tak kuat untuk berjalan.

"Oh shit, jangan lagi!" keluh Nesha dengan mengusap keringat di dahinya.

Nesha membuka hpnya dan menghubungi seseorang.

Selang beberapa menit, ada seorang cowok menjemputnya menggunakan motor.

Vino tidak melihat jelas wajah cowok itu, karena tertutup dengan helm. Namun Vino bisa mengenali motornya, ia yakin kalau yang menjemput Nesha adalah Irwan alias pacar Nesha.

Vino tidak mau ketinggalan, iapun segera berlari mengambil motornya untuk mengejar Nesha.

-*-*-*-

Rezza segera datang ke kantor. Ia masuk ke ruang kerja Aryo. Dengan cepat Aryopun menyuruhnya duduk dan mendengarkan apa yang akan ia sampaikan.

"Nak, apa kamu sudah berbicara dengan Bella?" tanya Aryo.

"Udah pa! Aku beralasan... akan memperkenalkannya pada papa, dan dia mau."

"Baikalah..."

"Sebenarnya, ada apa dengan nanti malam?" tanya Rezza kemudian.

"Istri om Setyo... meminta papa untuk menghadirkan Bella di acara malam ini. Karena kehadiran Bella, akan sangat penting untuk kelangsungan kerjasama antara papa dan om Setyo."

Rezza pun terkejut. Bagaimana tidak, sudah pasti Bella akan bertemu dengan ayahnya di sana. Sedangkan Bella sangat membenci ayahnya. Jika Bella mengetahui ini, ia akan sangat marah pada Rezza.

"Pa, Bella sangat membenci om Setyo! Tapi aku malah membawanya untuk bertemu dengan ayahnya."

"Papa tau itu! Tapi inilah rencananya," tegas Aryo.

"Rencana apa?" Rezza mulai tegang.

"Istri dari om Setyo mengajukan syarat, jika papa bisa membawa Bella pada ayahnya, maka... kerjasama dalam perusahaan akan diperpanjang!"

"Aku gak ngerti! Kenapa urusan keluarga dibawa-bawa di ranah pekerjaan?"

"Jika itu menguntungkan, kenapa enggak?" lanjut Aryo.

"Aku yakin, Bella gak akan siap menerima ini." tutur Rezza.

"Jangan khawatir, papa yakin semua akan baik-baik saja!"

"Apa kakak Kyla tau tentang ini?" Rezza kembali bertanya.

"Dia mengetahui dan menyetujuinya. Lagi pula, perpisahan ini tidak akan berjalan... selama masih ada hati yang ingin kembali," ucap Aryo sambil tersenyum tipis.

*-*-*-*-

Digudang kecil, Sandra terduduk dengan kedua tangan dan kaki yang diikat. Sandra menjerit-jerit meminta dikeluarkan dari sana.

Adnan berjalan menghampiri Sandra lalu menutup mulut Sandra menggunakan lakban.

Adnan sengaja menghubungi Kyla, agar Kyla mengetahui langsung apa yang akan Hana bicarakan dengan Sandra.

Selang beberapa menit Hana datang dengan gayanya yang sok modeling itu. Dan ditemani beberapa bodyguard-nya

"Oh, jadi ini yang namanya Sandra?" tutur Hana sambil mencopot kaca mata hitamnya.

Kyla mengangkat panggilan dari Adnan dan mengerti apa maksud Adnan menghubunginya. Kyla mulai mendengarkan apa yang dibicarakan Hana melalui hp.

Perlahan Hana melepas lakban yang menutupi mulut Sandra.

"Ish, dasar nenek lampir!" cletuk Sandra begitu Hana melepas lakbannya.

"Kalau kamu... mau lepas dari sini, lakukanlah satu hal. Jangan biarkan temanmu, yang bernama Bella mendekati Rezza! Buatlah Rezza membenci Bella!" titah Hana.

"Emang lo siapanya Rezza?" tanya Sandra penasaran.

"Kamu gak perlu tau! Kalau kamu mau keluar dari sini, lakukan saja apa yang ku minta!" bentak Hana mulai bosan.

"Kenapa harus gue yang ngelakuin itu? Tolong, lepasin gue!"

"Kamu terpilih... karena aku tahu Bella adalah sainganmu. Kita punya musuh yang sama. Mari kita bekerjasama!"

"Gue gak bekerja buat siapapun! Terserah kamu mau berbuat apa. Lagipula, bukannya Bella sama Rezza itu saling cinta?"

"Dia terlihat membenci Bella. Gue nyoba buat manas-manasin dia. Kalo dia marah... gue yakin dia pasti pacarnya Rezza," ucap Sandra dalam hati.

Hana melayangkan tangannya untuk menampar Sandra, namun dicegah oleh Adnan.

"Argh... tutup mulutmu!" teriak Hana kesal.

"Kamu sangat cerdik! Sebenarnya, apa yang mau kamu buktikan, dengan bekata begitu?" tanya Adnan merasa Sandra ingin mengetahui sesuatu.

"Yah... gue mau tau reaksi dia bakal gimana. Apa dia pacarnya Rezza? Apa dia cemburu sama Bella? Oh ya, gak mungkin dia pacarnya Rezza, dari penampilannya saja... dia lebih cocok jadi ibu rumah tangga," kata Sandra setengah mengejek.

"Diamm!" gertak Hana.

"Lakukan apa yang ku minta, atau kamu akan kehilangan orang tuamu! Aku tidak main-main dengan ucapanku," ancam Hana, dengan menunjukkan foto kedua orang tua Sandra yang disekap.

Sandra terkejut.

"Jangan lakukan apapun padanya! Gue mohon, gue janji bakal nurutin kata-kata lo."

"Bahkan polisipun tidak akan bisa menolong, jika kamu gak menyetujuinya," lanjut Hana.

Adnan melepaskan Sandra dan menyuruhnya pulang.

"Jangan coba melaporkan hal ini pada polisi, atau nasib mu akan jauh lebih buruk!" pekik Adnan.

Sandra hanya mengangguk mencemaskan kedua orang tuanya.

Di telphon.

Adnan : "Apa kamu sudah mendengar semua percakapan tadi?"

Kyla : "Tentu saja! Kerja yang bagus. Dengan ini aku bisa memperhitungkan langkahku."

Kemudian mereka menutup telponnya.

-*-*-*-

"Jangan sampe, gue ketinggalan jejak mereka," ujar Vino dengan menambah laju motornya.

Nesha berhenti di sebuah apartemen. Vino mengamati di kejauhan.

"Kenapa Nesha gak pulang kerumahnya? Ngapain dia ke apartemen? Apartemen siapa ini?" butir-butir pertanyaan mulai menghantui pikiran Vino.

Setelah cowo itu pergi, Nesha masuk dan Vino masih membuntutinya. Nesha menaiki lift.

Vino tak ingin tertinggal dan langsung bertanya kepada resepsionis di sana.

Vino mendapatkan informasi bahwa Nesha tinggal di apartemen lantai 11. Nomer kamar 301, Vinopun langsung mengingat-ingatnya.

Setelah sampai di depan pintu. Vino mengetuknya pintunya dengan perasaan gelisah.

Nesha membuka pintunya, dan terkejut karena mendapati Vino di hadapannya. Belum sempat Nesha menutup pintunya, Vino bersegera masuk duluan.

Nesha terdiam tak berkutik, seakan sudah tertangkap basah.

Vino melenggang begitu saja dan melihat-lihat isi apartemen Nesha.

"Apa-apaan ini? Lu kayak gak punya sopan santun aja sih," sahut Nesha.

"Kenapa gak pulang?" tanya Vino mengalihkan pembicaraan, namun Nesha berpaling dan segera masuk ke toilet.

Nesha membuka kran. Ia membasuh wajahnya yang sangat terlihat pucat itu.

"Ya Tuhan, bagaimana ini?" Nesha menatap wajahnya di kaca.

"Nes... gua perlu bicara sebentar!" pinta Vino dengan mengetuk pintu toiletnya.

Nesha membuka pintunya dan duduk bersama Vino di sofa.

"Dari mana lo tau gue tinggal di sini?" tanya Nesha.

"Kenapa lo gak pulang?" Vino balik bertanya.

"Mending lu keluar dari sini! Lu masuk tanpa permisi," ujar Nesha.

"Gue udah ngetuk pintunya, ya!" jawab Vino.

"Tapi lo main nyelonong aja, kayak rumah sendiri," balas Nesha sedikit jutek.

"Yaudah, maaf!" kata Vino.

"Gue udah tau semuanya! Mangkanya, gue ke sini mau ngomongin hal itu," tutur Vino berusaha membodohi Nesha agar Nesha mengakui apa masalahnya.

Padahal Vino tidak mengetahui sama sekali apa masalah Nesha. Ia hanya berusaha memancing mantan kekasihnya itu, agar mau bercerita.

Yah, Nesha adalah mantan kekasih Vino. Hubungannya tidak bertahan lama hanya satu bulan saja, hubungan mereka berakhir karena tidak menemukan kecocokan. Setiap hari mereka berantem karena hal sepele, namun jauh di dalam lubuk hati Vino tetaplah menyukai Nesha.

"Hah? Lu bohong! Masalah ini gak ada yang tau kecuali gue, Irwan dan kedua orang tua gue," balas Nesha.

Vino sudah biasa dengan masalah wanita yang menyembunyikan sesuatu darinya. Ia tidak pernah gagal untuk memancing targetnya agar mengatakan rahasianya itu.

"Lu pikir... orang tua lu gak bakal cerita ke gue? Ayolah, gue sangat dekat sama orang tua lu!" jelas Vino, mencoba sok tahu.

"Kenapa orang tua gue tega mengatakan hal sensitif begini ke orang lain?" batin Nesha terisak.

Nesha tiba-tiba menjatuhkan bulir air matanya. Tangisnya pecah di hadapan Vino.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA

_-_-_-_-_-_-_

Hay, arigatou! Udah baca cerita ini (^_^) maaf kalau ada ke-typoan.

Author