webnovel

Lepas & Tahan

SELAMAT MEMBACA

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

"Hai, bagaimana harimu?" Bella bertanya dan kemudian duduk di samping Rezza.

"Sama... seperti suasana hatiku," ujar Rezza sambil menatap kebawah dari rooftop gedung sekolah.

"Oh ya, kenapa lu nyuruh gue ke atap? Ngeri tau, balik yuk!"

"Jangan dulu, emang lu gak suka di tempat tinggi begini? Enak! Anginnya nyegerin," tutur Rezza dengan duduk di tepi gedung sambil mengayunkan kakinya ke bawah.

"Kalo setinggi ini sih... gue gak suka," balas Bella dengan mengikuti mengayunkan kakinya ke bawah.

"Humph, bentar lagi masa putih abu-abu gue berakhir. Apa lo gak sedih?" tanya Rezza dengan wajah mendongak menghadap langit.

"Iya, gue sedih! Tapi gue bakal seneng, kalau lu kasih sesuatu buat kenang-kenangan," tutur Bella dengan menunjukkan senyum tipisnya.

"Kalo... gue yang minta sesuatu dari lu, apa lu bakal kasih?"

"Iya!" jawab Bella dengan lantang.

"Kalo gitu... jangan pacaran atau nikah dulu, sebelum gue balik dari Spanyol! Janji?" ucap Rezza nyaris tanpa napas.

"Hah? Emangnya Rezza mau ke Spanyol?"

"I-ya Bell, gue nanti kuliah di Spanyol." dengan raut melas Rezza mengatakannya.

"Appaa?" Bella sedikit terkejut.

"Mangkanya itu, jangan nikah dulu! Masa... lu mau, gue gak hadir di pernikahan lo," Rezza mengatakannya dengan yakin. Padahal ada maksud lain.

"Yah gak lah!" Bella menoyor pelan lengan Rezza dengan wajah memerahnya.

"Dan jangan pacaran! Gue sebagai temen... gak akan bisa nenangin lu, kalo lu lagi berantem sama doi."

"Ih, apaan si! Iya iya gue janji gak akan nikah atau pacaran sebelum lu balik. Lagian kan gue juga harus kejar cita-cita dulu," tukas Bella.

"Meski gue gak tau, cita-cita apa yang gue kejar," lanjut Bella dalam hati.

"Memang gue gak akan di samping Bella, dan udah lepas darinya, tapi dengan adanya janji itu... gue bisa tahan dia untuk setia sama gue. Karena Bella hanya untuk Rezza!" tegas Rezza dalam hati.

"Malam nanti main ke rumah gue dong!" ajak Rezza.

"Gak ah! Masa cewe main ke rumah cowo."

"Ya masa gue yang main di kosan lu?" timpal Rezza.

"Aih...."

"Gue mau kenalin elu ke bokap, untuk kali ini nurut kek! Gue bosen debat mulu sama lu,"

"Hah? Gak mau ah!" pekik Bella.

"Please, untuk kali ini aja! Masa lu gak mau turutin permintaan kakel yang mau lengser ini."

"Hmm, yaudah-yaudah gue mau!"

"Jangan lupa dandan yang cantik! Rumah gue banyak kamera soalnya." kata Rezza pelan kemudian bangkit dari sana.

Bella pun ikut berdiri menyamainya.

"Oh ya, bagaimana ujian minggu ini?" tanya Rezza.

"Alhamdulillah lancar! Tapi kali ini saingan gue gak hadir."

"Memangnya kenapa?" tanya Rezza lagi.

"Apa lo gak tau? Padahal beritanya sedang gempar di sekolah. Katanya, Sandra diculik!" jelas Bella pada Rezza.

"Hah, diculik?"

"Iya, padahalkan bentar lagi mau ujian kenaikan kelas."

"Sandra kan yang suka jailin elu. Gak perlu lah, lu pasang muka sad begitu!" tutur Rezza enteng.

Tiba-tiba dering hp Rezza berbunyi. Itu adalah panggilan dari Vino, iapun segera mengangkatnya.

Setelah Rezza selesai bicara dengan Vino. Bella mulai bertanya.

"Siapa yang nelpon?"

"Biasa, si Vino!"

"Keliatannya kalian akrab banget. Kalo gue liat kalian itu... kayak upin ipin, ke mana mana bareng," ujar Bella.

"Vino itu... dah kayak sahabat karib gue, dia tau semua tentang gua."

"Oooo begitu."

"Bentar lagi masuk, yuk ke kelas!" ajak Rezza.

Ia berjalan bersama hingga berpisah di kelas masing-masing.

Siswa-siswi belajar seperti biasa, kemudian pulang lebih awal karena guru akan ada rapat.

Di belakang sekolah gengnya Rezza berkumpul, ada 7 orang di sana termasuk Rezza dan Vino.

"Gengs... sekarang kita jarang kumpul, karena ya... emang selama kelas XII ini, kita harus belajar buat ujian, tapi selama gak kumpul... gue tetep welcome-welcome aja kan sama kalian?" tutur Vino memulai pembicaraan nya.

"Ya elah, gak usah basa-basi lagi deh, buang waktu tau gak!" sahut Aldo yang mulai bosan dengan suasananya.

"Oke, gua gak akan basa-basi lagi! Mila lanjutin" jawab Vino membuat Mila terkesiap.

"Aldo, kenapa sih lo sekarang enggan buat kumpul? Selama lo punya pacar, lo tuh jadi mentingin pacar terus tau gak dari pada temen."

"Siapa bilang? Buktinya gue kumpul nih bareng kalian." jawab Aldo.

"Gak usah ngeles! Kalo lu pilih pacar lo yang sok cantik itu... mending out dari grup ini!" usul Tara dengan berkacak pinggang.

"Jadi, kumpul hari ini cuma mau bahas... masalah Aldo yang susah kumpul?" tanya Nesha, Mila mengiyakannya.

"Aldo, kita semua jengah sama tingkah lo yang susah diajak kumpul! Kalo lu udah bosen sama kita, lu bisa cabut." titah Vino.

"Ini gak adil, kenapa gua doang yang cabut? Bukannya Rezza juga susah diajak kumpul?" tukas Aldo tak terima.

"Masalah gue beda! Lo gak usah bawa-bawa nama gue!" Rezza memperingati Aldo dengan nada tegas.

"Beda apanya? Lu susah kumpul juga karena cewek yang lagi lo pdkt-in itu, kan? Kenapa gue doang yang disalahin," sergah Aldo membentak dengan raut marah.

"Suttt, diem! Apa kita bakal bubar gara-gara masalah cewek? Enggak kan? Jadi, buat apa ngeributin beginian. Gak ada yang akan cabut!" ujar Faris berusaha melerai.

"Seharusnya kalian bisa belajar dari Nesha yang bisa bagi waktu, buat temen dan pacar. Yakan, Nes?" lanjut Faris.

Nesha hanya diam bersandar pada tembok sambil menggigit ujung jarinya.

"Nes...." panggil Mila. Tetap saja Nesha tak mendengarkan, ia terlihat mencemaskan sesuatu.

"Nesha!" panggil Vino sedikit keras.

Nesha terkejut karena teman-teman sedang memperhatikannya.

"A—ada apa?" tanya Nesha gugup dengan menelan ludah getirnya.

Mila menghela napas pendek. Tara berdecak kesal.

"Lo kenapa sih? Muka lu pucet banget! Gak kayak biasanya," tanya Rezza.

"Gak papa kok! Gimana kumpulnya? Udah selesai? Bisa gue pergi?"

"Mungkin dia lagi meriang" bisik Faris pada Rezza.

"Udah selesai, pulang aja!" sahut Aldo dan kemudian pergi dari sana.

Neshapun ikut enyah dari sana.

"Kenapa tu bocah?" tanya Tara pada Mila.

"Mana gua tau, akhir-akhir ini dia gak pernah ngomong sama gua. Yaudah ah. yuk, pulang!"

"Wah, kesambet tuh anak! Kek ada yang beda dari dia," pikir Vino sejenak.

*•*•*•*•*

Adnan duduk sembari menikmati kopinya. Ia menikmati disetiap tegukannya.

Adnan menemui Kyla. Di kafe nya Kyla. Ia memberitahukan bahwa Hana telah mencurigai kalau Adnan berkhianat.

"Posisimu dalam bahaya! Untuk saat ini aku minta jangan menemuiku, dan lebih berhati-hatilah untuk menyampaikan informasi padaku." Perintah Kyla pada Adnan.

"Kalau sewaktu-waktu Hana menangkapku, maka aku dengan sangat terpaksa akan mengatakan... kalau aku di bawah kendalimu," balas Adnan.

"Katakan saja! Jika itu bisa menyelamatkanmu, dari amukan Hana. Aku belum memulai permainan ku. Keberadaanmu sangatlah penting, karena kamulah satu-satunya tangan kanan Hana dan juga diriku," ucap Kyla.

"Kenapa kamu begitu yakin padaku, kalau aku gak akan mengkhianatimu, dan kembali pada Hana?"

"Kamu masih mempunyai hati! Bukankah sangat menjengkelkan bekerja di bawah kendali Hana? Aku tahu kamu sudah bosan, dan kamu merasa bersalah karena turut membantu Hana... untuk menggagalkan pernikahanku."

"Kamu sangat pintar! Aku berjanji akan terus membantumu," kata Adnan dengan tersenyum sesikit.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Please vote and comment, itu akan sangat membantu. Thanks for the follow. Sorry kalau ceritanya masih kurang ngerasa di hati, atau masih banyak typo- typo.

Author