webnovel

Godaan Erina

"Mas.. Bangun yuk. Sudah adzan subuh lho." Erina menggoyang lengan Arion yang masih bergelung dalam selimut

"Hem," gumam Arion

"Iya sudah deh. Erina sholat sendirian saja." Erina turun dari tempat tidur hendak berjalan menuju kamar mandi, namun Erina mengurungkan niat ketika satu ide jahil terlintas dalam pikiran Erina

Cup..

Satu kecupan mendarat di pipi Arion dari Erina. Ya. Erina membalikan tubuh menghadap ke arah Arion dan memberanikan diri mengecup pipi sang suamj yang tampan walau hanya sekilas. Entah kenapa ide jahil itu hadir dalam benak Erina dengan tujuam membangunkam Arion. Setelah melancarkan ide jahil, Erina melangkahkan kaki menuju ke dalam kamar mandi tanpa berani menoleh ke arah belakang dimana sang suami masih terlelap. Erina meyakink jika Ariom akan terbangun dari tidur setelah mendapatkan kecupan hangat dari Erina. Dengan alasan itulah Erina mengambil langkah seribu masuk kedalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu sembari memegang bibir yang digunakan untuk mengecup pipi Arion. Debaran hati Erina terasa sangat jelas saat Erina telah berada di dalam kamar mandi.

Arion yang masih terlelap dalam tidur terhenyak ketika merasakan ada sebuah benda kenyal mendapat di pipi. Arion yang belum sepenuhnya tersadar mengerjapkan mata untuk menyadarkan diri dari rasa terkejut yang dirasakan beberapa waktu lalu. Arion membuka mata perlahan tampak Erina tengah salah tingkah dengan apa yang baru dilakukan kepada Arion sembari menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Arion yang telah membuka mata mode menyipit kembali berpura-pura tertidur agar Erina tidak merasa malu. Arion membuka mata lebar ketika mendengar suara pintu kamar mandi telah tertutup.

Arion mengangkat kedua sudut bibir melengkung membentuk bulan sabit dengan apa yang baru saja dilakukan oleh sang istri.

"Mulai nakal iya kamu Rin. Mas akan menghukum kamu iya Rin," gumam Arion sembari memegang pipi yang baru dikecup oleh Erina

Arion bangkit dari tempat tidur lalu merapikan tempat tidur sembari menunggu sang istri keluar dari kamar mandi.

Ceklek..

Tak lama kemudian Erina keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar setelah berwudhu. Erina terkesiap ketika melihat Aeion tengah duduk di sofa kamar dan tempat tidur mereka telah rapi. Melihat Erina telah selesai berwudhu, Arion melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan sengaja menggoda Erina ketika Arion berpapasan dengan Erina.

"Terima kasih iya kecupan pagi dari kamu, Rin. Vitamin pagi yang menambah semangat mas hari ini," goda Arion lantas melanjutkan langkah menuju kamar mandi dengan mengulum senyuman

Erina membeku di tempat saat mendengar apa yang diucapkan snag suami. Rona merah terpancar di pipi Erina saat Arion menggoda Erina. Malu. Itulah yang Erina rasakan saat mengetahui jika Arion mengetahui apa yang dilakukan tadi sebelum berwudhu. Detak jantung Erina bertalu-talu dengan tidak normal. Erina menghela nafas lalu menghirup udara perlahan berusaha menetralkan rongga paru-paru yang terasa sesak. Erina mengambil mukena dan perlengkapan sholat Arion setelah dapat menguasai diri.

***

Erina tengah berada di dapur memasak untuk sarapan pagi mereka. Walaupun Arion telah melarang Erina untuk masak hari ini dan mengajak Erina sarapan di luar sembari menuju rumah makan mereka, namun Erina menolak dengan alasan ingin tetap memasak. Akhirnya Arion mengalah dengan keinginan Erina karena Arion tidak ingin memaksakan kehendak kepada sang istri selama itu hal yang baik.

Arion melangkahkan kaki menghampiri Erina yang masih memotong daging dan sayuran di atas meja dapur.

Cup..

Dengan sikap sangat santai Arion mengecup pipi kanan Erina dengan lembut. Erina tercengang dengan apa yang dilakukan Arion lalu meletakan pisau yang tengah digunakan ke atas meja. Erina menoleh sekilas ke Arion yang tampak mengulas senyum lalu mendudukan kepala untuk menyembunyikan semburat merah di pipi.

"Jangan menunduk begitu Rin. Mas sudah melihat wajah malu kamu kok. Kami semakin menggemaskan kalau seperti itu Rin," goda Arion

Erina memberanikan diri menatap Arion yang masih mengulum senyuman, "Mas," desis Erina

"Iya istriku. Ada apa istriku?" balas Arion menaikturunkan alis.

Erina mendengus sebaliknya dengan sikap Arion pagi ini. Eh.. Tapi kan pagi ini Erina yang memulai lebih dahulu dmehan mengecup pipi Arion agar Arion bangun dari tidur. Jadi bukan salah Arion kalau Arion membalas menggoda Erina donk. Ok.

"Mas bantu masak iya Rin," tawar Arion

"Tidak usah mas. Mendingan mas duduk manis sambil menonton televisi atau apa begitu. Ini tinggal mengolah mas," balas Erina

"Mas bantu masak. Tidak menerapkan penolakan. Ok," titah Arion tegas

Erina menghela nafas dengan sikap Arion. Tidak ingin berdebat dengan sang suami, Erina menganggukan kepala menanggapi ucapan Arion. Daripada Arion kembali dengan sikap lamanya yang pemaksa dan datar, lebih baik Erina mengalah saja hari ini.

Erina dan Arion memasak bersama di dapur sembari bersenda gurau dan bercerita apa saja yang bisa mereka ceritakan agar acara masak memasak tidak menjenuhkan. Terutama bagi kesehatan jantung Erina pagi ini yang masih berdetak dengan tidak normal ketika Arion berada di samping Erina membantu memasak.

***

Arion memutar kemudian meninggalkan apartemen menuju ke tempat usaha mereka bersama Erina yang tengah duduk manis di samping sembari melihat jalanan ibu kota yang tampak lengang saat waktu menunjukan pukul sembilan pagi. Ya. Hari ini Arion, Erina dan Natan akan meresmikan usaha baru meekwa setelah sholat dhuhur. Mereka mengundang beberapa kolega dan teman dekat. Mereka juga mengundang keluarga Arion yang menjadi tamu undangan VIP hari ini. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatu sembari mengecek kekurangan yang mungkin masih ada sebelum meresmikan usaha baru itu.

"Mas.. Jangan lupa diskon awal sembari menarik pelanggan," ucap Erina ketika mereka telah sampai di rumah makan dan tengah duduk bersama Natan di ruangan

"Iya Rin. Sudah mas siapkan semua. Kita tinggal menempel di depan banner diskon ini," balas Arion

"Kamu siap bertempur di dapur Rin? Itu ica lagi meracik bumbu dan telah mempersiapkan sayuran yang akan diolah Rin," sahut Natan

"Iya Nat. Aku siap bertempur dan berjuang di dapur demi kelancaran usaha kita. Aamiin…" Erina mengucapkan itu dengan semangat empat lima

Arion dan Natan hanya menganggukan kepala menanggapi jawaban Erina. Erina meringis menunjukan deretan gigi putih dan rapi melihat tanggapan Arion dan Natan.

Erina beranjak dari duduk lalu menuju ke dapur untuk mempersiapkan hidangan yang akan disajikan hari ini. Sedangkan Arion dan Natan masih berbincang di ruangan mereka.

"Bagaimana rasanya menikah Ri?" tanya Natan

"Menyenangkan Nat. Aku jamin kamu tidak akan menyesal nanti setelah menikah kalau memiliki istri yang baik," jawab Arion

"Iya Ri. Aku tahu Erina wanita baik," lanjut Natan

Arion mengernyitkan dahi saat mendengar ucapan Natan, "Woi.. Jangan mimpi jam segini. Erina istri itu istri aku," seru Arion

Natan menatap Arion dengan ekspresi penuh tanda tanya, "Memang yang bilang Erina istri aku siapa iya Ri? Perasaan tidak ada yang bilang begitu deh," ujar Natan

"Lha kamu kan yang tadi bilang Erina wanita baik," imbuh Arion

"Iya kan benar kalau Erina wanita baik. Yang bilang Erina bukan wanita baik tu siapa iya Ri? Kalau Erina bukan wanita baik, kamu tidak bakalan menikah apalagi jatuh cinta kan smaa Erina. Kamu juga tidak bakalan jadi sekonyol ini sekarang," terang Natan.

Arion semakin bingung dengan Natan. Arion menatap Natan dengan tatapan sulit diartikan. Mengerti dengan arti tatapan Arion, Natan lantas mengoreksi ucapannya.

"Sorry.. Aku memuji istri kamu. Tapi memang begitu kan kenyataannya kalau Erina wanita baik. Aku juga mau kali Ri kalau ada wanita lagi seperti Erina. Yang jelas tidak materialis dan baik," terang Natan.

"Terima kasih Nat. Awas saja kalau lo berani menikung," tukas Arion.

"Makanya kamu gerak cepat malam pertamanya kali Ri. Aku tahu kok kamu dan Erina belum unboxing," sambung Natan dengan gelak tawa yang seketika mendapatkan delikan tajam dari Arion.