Zico menyunggingkan senyum pada sang Ibu. Entah kenapa ia sangat percaya dengan ucapan ibunya kali ini. Bukankah firasat seorang ibu rasanya tidak pernah salah? Zico pun berpikir keras. Kenapa dia bisa punya anak dengan Dian? Apakah ini hukuman yang telah diberikan Tuhan padanya? Sehingga dia tidak pernah memiliki anak dari mantan istrinya? Atau kutukan Dian tengah berlaku untuknya.
"Jadi apa kamu tidak berterima kasih sama mami?" Lona menatap tajam pada sang putra.
"Belum saatnya aku berterima kasih sama mami. Hasil tes DNA belum keluar. Jadi aku belum yakin itu anakku." Sikap Zico masih angkuh pada sang ibu.
"Percayalah sama mami. Alvin itu anak kandungmu. Sepertinya takdir sedang mempermainkan kalian," kata Lona mengolok-olok. Tawanya membahana.
"Kenapa mami begitu yakin?" Zico menantang Lona.
"Berani taruhan anakku."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください