webnovel

Kehidupan Phoenix

編集者: Wave Literature

"Kamu tidak perlu berbohong. Ketika anak laki-laki keduaku pulang, aku akan menyuruhnya untuk melihatnya." Ibu mertuanya itu berkata dengan tegas padanya.

"Lihat saja, Bu. Meskipun ia yang melihatnya, uang yang dihabiskan untuk pengobatan Ibu juga tidak berubah. Aku pergi dulu." Selesai bicara, Zhu Haimei langsung bangkit dan pergi, meninggalkan ibu mertuanya yang masih bertanya-tanya. Benarkah biaya perawatannya menghabiskan lima ratus yuan? Zhu Haimei tidak mencuri uangnya, kan?

Hari ini tidak ada sinar rembulan, dan desa menjadi sangat gelap. Rumah ibu mertuanya ada di sebelah barat desa, sementara rumahnya ada di sebelah timur desa. Desa ini juga sangat besar, jika berjalan melewati jalan ini, jaraknya hampir satu mil. Zhu Haimei seharusnya membawa senter, karena cahaya yang berasal dari rumah-rumah yang ada di kedua sisi jalan tidak cukup terang. Di depannya ada pejalan kaki, tetapi ia hanya bisa melihat sosoknya dalam bayangan.

Sekarang Zhu Haimei sedang dalam suasana hati yang baik, meskipun jantungnya masih berdegup kencang karena teriakan ibu mertuanya itu. Setelah kejadian malam ini, ia bisa melihat bahwa ibu mertuanya sama sekali tidak jahat. Ibu mertuanya memperlakukannya seperti itu, mungkin karena dulu ia benar-benar suka membuat orang menjadi kesal.

Ketika ia tiba di rumahnya, hanya ada ibu Zhu Haimei yang sedang memintal benang di dalam rumah sendirian. "Bu," panggil Zhu Haimei lalu masuk dan meletakkan gula merahnya.

Ketika melihat Zhu Haimei masuk, ibunya berkata sembari terus memintal benang. "Apa Ibu mertuamu yang menyuruhmu membawa gula merahnya?"

"Iya, lampunya gelap sekali, apa Ibu bisa melihatnya?" Tanya Zhu Haimei sambil berjongkok untuk melihat ibunya yang sedang memintal benang. Satu tangannya melilitkan benang, dan satunya lagi memutar alat, benar-benar menyenangkan.

"Tanpa lampu pun memutarnya tetap sama, jadi tidak masalah. Kenapa kamu baru datang ke sini? Ini sudah malam, Ayahmu pikir kamu tidak akan datang."

Zhu Haimei hanya tersenyum, lalu kebetulan ayahnya kembali dari memberi makan babi. "Haimei sudah datang rupanya."

"Ayah!" Teriak Zhu Haimei.

Ayah Zhu Haimei pun mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu begitu kurus?"

"Apakah aku tidak boleh kurus?"

"Apakah kamu diperlakukan dengan buruk oleh laki-lakimu?" Hati Zhu Haimei menjadi sedih, sekaligus merasa lucu. Laki-lakimu? Panggilan yang sangat kuno. Namun tak apa, meskipun orang lain membencinya karena ia gemuk, tetapi ayah dan ibunya masih tetap menyayanginya.

"Mana mungkin? Ia sangat baik padaku."

"Ibu tanya, berapa biaya tagihan rumah sakit Ibu mertuamu?" Tanya ibu Zhu Haimei, lalu mengumpulkan benangnya dan berdiri untuk mengambil gula merah.

"Buat apa Ibu mengkhawatirkan tentang hal itu?"

"Apakah kamu tidak mendengarkan ucapan Ibu sebelumnya? Berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh Kakak iparmu?"

Zhu Haimei tidak tahu harus menjawab apa. "Bu, bisakah Ibu tidak ikut campur?"

Setelah Ibu Zhu Haimei menaruh gula merahnya di lemari, ia kemudian berbalik dan berkata, "Apakah kamu pikir mudah bagi Ibu untuk mengurus pernikahanmu dengan Shen Dongyuan? Dan kamu masih tidak mau mendengarkan ibu?" Begitu ibunya mengatakan masalah pernikahan, kata-katanya mengalir seperti air sungai yang tak pernah berhenti mengalir.

Ayah Zhu lalu ​​menghentikan pembicaraan mereka. "Sudah, anakmu baru datang, jangan cerewet. Bukankah Haimei mau makan telur busuk? Buka toplesnya dan ambilkan beberapa untuknya."

'Apa? Telur busuk? Oh sang pemilik tubuh asli, hobimu ini benar-benar istimewa,' batin Zhu Haimei.

"Aku tidak mau. Tidak usah mengambilkannya untukku. Sekarang aku sudah tidak menyukainya lagi." Ujar Zhu Haimei yang benar-benar tidak menyukai telur busuk.

Ayah Zhu lalu ​mengambil sejumput tembakau, dan memasukkannya ke dalam kantong pipa rokok, kemudian menyalakannya dengan korek api. Dalam sekejap, di dalam rumah itu pun dipenuhi dengan bau asap rokok yang mencekik.

Ibu Zhu Haimei dan Zhu Haimei sampai berdehem dua kali, kemudian ibunya komplain. "Merokok lagi, pergilah merokok di luar sana."

Tetapi ayah Zhu ​​pura-pura tidak mendengarnya. "Sudah malam, Haimei juga harus kembali ke rumah mertuanya."

"Apa? Kembali? Tetaplah di rumah. Lagipula Laki-lakinya juga belum kembali. Ia sudah berbulan-bulan tidak di rumah, aku sangat merindukannya."

"Bu, bagaimanapun juga, aku harus kembali ke rumah mertuaku, karena kaki Ibu mertuaku sekarang masih sakit. Aku harus kembali ke sana untuk membantunya." Ujar Zhu Haimei dengan serius.

Ibunya lalu berkata dengan marah. "Ketika orang tua menikahkan anak perempuannya, maka anak perempuannya akan menjadi keluarga orang lain." Beliau kemudian menambahkan dengan cepat. "Jika Ibu mertuamu memperlakukanmu dengan buruk, katakan pada Ibu, aku akan memarahinya."

Zhu Haimei pun langsung memeluk lengan ibunya. "Bu, aku sudah dewasa. Ibu tidak perlu khawatir."

Ibu Zhu Haimei lalu melepaskan lengannya dari pelukan Zhu Haimei. "Jangan seperti ini."

Begitu Zhu Haimei pergi, ibunya lalu bergumam kepada Ayah Zhu. "Menurutmu, bagaimana bisa karakter dan temperamen Haimei begitu berubah? Kalau bukan karena wajahnya masih sama, aku benar-benar ragu bahwa yang kembali ke sini itu adalah putriku. Ia baru pergi selama beberapa bulan ke rumah laki-lakinya di wilayah militer itu, tapi ia sudah seperti berubah menjadi orang lain."

"Mungkinkah laki-lakinya itu memukulinya untuk membuatnya berubah?"

Setelah Ayah Zhu ​​menghabiskan rokoknya, ia lalu mengetuk-ngetuk pipa rokoknya. "Jangan bicara omong kosong. Laki-laki Zhu Haimei bukan tipe orang yang seperti itu. Kamu masih saja tidak tahu sifat anak gadismu sendiri. Bukankah kamu selalu ingin memukulnya?"

"Aku hanya bertanya saja, bagaimana bisa kamu menganggapnya serius?" Setelah berpikir lama, ibu Zhu Haimei kembali berkata, "Tidak mungkin, besok aku harus pergi dan melihat apakah ada luka di tubuhnya atau tidak."

Ayah Zhu lalu ​​berdiri. "Apa kamu tidak punya pekerjaan lain? Aku pikir bagus juga jika Haimei bisa berubah seperti sekarang. Kamu jangan ikut campur, biarkan ia menjalani hidupnya sendiri. Karena Ibu mertuanya sudah kembali dari rumah sakit, sebaiknya kamu berikan seekor ayam untuknya."

"Ayam yang mereka pelihara lebih banyak daripada ayam keluarga kita, tapi saat ayam mereka bertelur, mereka tidak memberikan satu telur pun pada kita. Untuk apa kita memberi mereka ayam?" Kata Ibu Zhu Haimei dengan keras.

Ayah Zhu memilih diam karena masalah seperti ini biasanya diputuskan oleh ibu Zhu Haimei. Jika ia menyuruh untuk mengirimi mereka sesuatu, istrinya pasti selalu melarangnya.

Malam ini Zhu Haimei bisa tidur nyenyak, mungkin karena ia kelelahan. Sejak ia dilahirkan ke dunia ini, tidur malamnya kali ini adalah tidur yang paling nyenyak baginya. Ayam sudah berkokok berkali-kali, tetapi ia tetap saja tidak bangun.

Ibu mertua Zhu Haimei berjalan pincang kesana-kemari dengan menumpu pada tongkat kruknya, sedangkan ayah mertuanya pergi ke ladang dan belum kembali. Sementara itu, ada dua ekor babi yang sedang berteriak kelaparan di halaman rumah.

Meskipun kamar Zhu Haimei tidak kedap suara, tetapi ia tetap terlelap di bawah selimut, dan enggan beranjak dari atas kasur. Selimut itu adalah selimut baru yang ada di rumah mertuanya, yang dibuat saat pernikahannya. Selimut itu sangat ringan, lembut dan nyaman, tidak seperti kapas yang ada di kota Jiang sebelumnya, sangat kasar.

Jika ibu mertuanya tidak mampu mengendalikan dirinya dengan baik, ia mungkin sudah menghancurkan pintu dengan tongkat kruk nya. Baru saja ia berpikir bahwa Zhu Haimei berubah menjadi lebih baik, tetapi kini ia mulai lagi. Benar-benar gadis perusak keluarga.

Zhu Haimei pun terbangun, dan saat ia melihat kemarahan ibu mertuanya, ia pura-pura tidak tahu, lalu beranjak untuk mencuci muka dan menggosok giginya.

Sekarang ibu mertuanya sedang berdiri di belakangnya. Zhu Haimei berharap ibu mertuanya tidak akan memukulnya menggunakan tongkat kruknya. "Sebentar lagi rebuslah air, dan masukkan makanan babinya terlebih dahulu."

"Aku tidak bisa, Bu."

Amarah pun menyeruak dalam hati ibu mertuanya. "Apa? Kamu tidak bisa? Apa yang kamu bisa hanya makan?"

"Aku benar-benar tidak bisa, Bu." Kata Zhu Haimei yang tidak berdaya.

"Apa yang kamu lakukan, Nyonya Shen? Saat putriku ada di rumah, aku saja tidak rela membiarkannya melakukan pekerjaan apapun. Tapi kamu, masih pagi sudah berlagak menjadi tuan rumah!" Terdengar suara orang marah-marah dari gerbang halaman rumah, itu adalah ibu Zhu Haimei yang datang dengan membawa seekor ayam di lengannya, meskipun ekspresi wajahnya tampak tidak rela membawa ayam itu kesana.

Ibu mertua Zhu Haimei bukanlah orang yang mudah untuk diprovokasi. Ia bertumpu pada tongkat kruknya dan berkata, "Semua perempuan yang ada di desa ini, baik yang sudah menikah atau belum, mereka semua bisa memberi makan babi dan menggembala domba. Mereka semua bisa melakukan pekerjaan seperti itu, tapi Putrimu ini malah berkata 'aku tidak bisa.' Apa itu masuk akal?" Ujar ibu mertua Zhu Haimei yang tersulut emosi. Awalnya ia pikir Zhu Haimei sudah berubah menjadi lebih baik, tetapi menantunya itu masih tidak bisa bangun pagi dan menolak perintahnya untuk memberi makan babi.

Karena Zhu Haimei takut mereka akan bertengkar, ia lalu dengan cepat berkata, "Aku bukannya tidak mau memberi makan babi, tapi aku benar-benar tidak bisa. Kalian jangan bertengkar. Sekarang aku akan pergi memasak." Setelah itu, Zhu Haimei pun segera pergi ke dapur.

Ibu Zhu Haimei mengkhawatirkan putrinya, karena itulah ia datang ke sana untuk melihat keadaan putrinya. Begitu ia datang, ia melihat ibu mertua Zhu Haimei sedang menceramahi putrinya. Sekarang bukan jaman kuno di mana ibu mertua memperlakukan menantunya dengan buruk. Awalnya, putrinya memang gadis yang buruk, jadi kalau ia mau memakinya, maki saja. Akan tetapi, sekarang putrinya sudah berubah menjadi kurus seperti ini, dan ibu mertuanya itu masih saja memperlakukannya dengan buruk. Hal tersebut membuat ibu Zhu Haimei menjadi emosi. Ia kemudian berkata, "Nyonya Shen jangan serakah! Tuan peramal sudah mengatakan bahwa Haimei adalah Kehidupan Phoenix. Siapa yang menikahinya, maka ia akan memiliki nasib baik. Kamu jangan terlalu keras saat memarahinya."