webnovel

Dari Mana Semua Bermula?

Gadis dengan rambut panjang nan ikal gantung mulai berjalan menuju ke lokasi kelas yang sudah temannya kirimkan melalui pesan. Dia dengan santainya berjalan menyusuri koridor dan menenteng tas selempang berukuran kecil yang terlihat sangat mahal dan bermerk, tak peduli jika ia telah terlambat satu jam di hari pertama masuk sekolah. Ia menaikkan kacamata hitamnya dari kerah baju untuk dipakai menutupi mata. Dengan gaya yang cukup nyentrik, ia mulai memasuki sebuah ruang kelas dan langsung berdiri di ambang pintu.

Hampir seisi kelas memperhatikan gadis tersebut dan kebingungan. Make up tebal dan juga style yang mencolok membuatnya langsung menjadi pusat perhatian. Jasmine dan Cindy yang berada di bangku ujung kelas pun kontan melotot melihat kelakuan teman mereka yang tiba-tiba saja datang dengan penampilan seperti seseorang yang akan pergi nongkrong ke tempat mahal. Rok span juga seragam yang ketat dan terlihat kekecilan yang gadis itu kenakan tentu saja akan mendapat skor dari sekolah jika ketahuan oleh pihak OSIS maupun waka kesiswaan. Sepertinya ia sengaja memakainya di hari pertama sekolah, mengingat mereka tentu tak akan langsung mendapat skor begitu saja di hari pertama.

Jasmine yang melongo melihat gadis bernama Kirana tersebut pun langsung menundukkan wajah, merasa malu dan tak ingin mengakui jika gadis yang tengah celingukan di ambang pintu tersebut merupakan kawan baiknya.

"Anjir, Yash. Itu temen lu ngapa kek jablay gitu?" ceplos Cindy dengan nada sedih nan lirih.

"Bukan temen gue," sahut Jasmine dengan mulai mengalihkan pandangannya menuju ke meja dan berpura-pura sibuk membaca buku.

Kirana yang mulai menemukan keberadaan dua temannya itu pun langsung tersenyum dan melambaikan tangan tinggi-tinggi. Gadis itu langsung meneriakkan nama Jasmine dan juga Cindy dengan cukup kencang, membuat Cindy kontan mual dan ingin muntah saat itu juga. Sementara Jasmine masih tetap berpura-pura tak tahu dan sibuk membaca buku.

'Bego! Malu-maluin banget!' teriak Jasmine dalam hati. 'Punya temen kagak ada yang beres, yaelah!'

Tanpa rasa malu, Kirana berjalan dengan lagak seperti model dan menuju ke arah teman-temannya berada. Tanpa banyak bicara ia langsung duduk di bangku belakang Jasmine, tepatnya di samping anak laki-laki bernama Romeo yang belum ia kenal.

Romeo sendiri dengan tatapan datar menatap Kirana dan tak mengatakan apa pun. Kirana ikut menatapnya dan tersenyum dengan santai menggunakan bibirnya yang terpoles lipstik merah darah tersebut. Lalu, ia langsung tak peduli pada Romeo dan mulai menoel lengan kanan Cindy, meminta temannya tersebut untuk menoleh ke belakang.

"Males liat jablay," balas Cindy tanpa menoleh ke belakang.

"Nenek lo yang jablay!" Merasa tak terima dengan ucapan Cindy, Kirana pun langsung menyemprotnya dengan nada yang cukup sarkas.

Dengan kesal Cindy menoleh ke belakang dan melotot. "Enak aja! Nenek gue janda kembang, tau!" balasnya dengan ikut menyentak.

"Buset. Dah tua emang bisa jadi kembang?" cibir Kirana dengan tatapan mata yang sinis.

Cindy yang semakin geram pun langsung berusaha menarik tubuh Kirana dan ingin mencakarnya saat itu juga. "Sini, gue jadiin dendeng lu!" Namun, karena Kirana yang dengan sigap menghindari serangan Cindy, akhirnya gadis dengan tubuh yang tak terlalu tinggi itu hanya bisa meraih tas milik teman baiknya.

"Eh! Balikin tas gue, ego! Mahal tuh!" Kirana meminta kembali tasnya yang dibawa oleh Cindy.

"Apus dulu tuh lipstick! Kek biduan saweran serebu lu!" Cindy langsung menarik tas Kirana dan memeluknya.

"Punya hak apa lo?!" Kirana balas menyentak.

Kedua gadis itu terus saja bertengkar, membuat beberapa anak di kelasnya memperhatikan mereka dan ikut merasa risih dengan kelakuan mereka yang terus saja saling teriak satu sama lain. Sementara Jasmine menggeleng dan mulai merebahkan kepalanya di atas meja. Gadis itu merasa jika dirinya sangat ingin terbang tinggi jauh ke angkasa saat ini juga. Ia tak sanggup jika dihadapkan dengan dua mahluk yang terus saja bertengkar seperti ini.

Romeo yang melihat kejadian tepat di hadapannya itu hanya diam dengan alis yang menekuk. Rasanya ia ingin meludahi wajah gadis dengan make up tebal di sampingnya. Anak laki-laki itu sangat muak dengan mulut besar kedua gadis yang tengah bertengkar tersebut. Hingga akhirnya ia berdiri, membuat bunyi decitan keluar dari gesekan kaki kursi dan juga lantai. Suara itu membuat Cindy dan juga Kirana berhenti sejenak dan menatap Romeo dengan masih mempertahankan ekspresi marahnya. Lalu, Romeo pergi dari kelas dan meninggalkan kebisingan yang ada, membuat dua gadis tadi kembali melanjutkan perdebatan mereka.

"Lo tuh sekolah cari ilmu, bego! Bukan cari sugar daddy!" Cindy yang semakin kesal pun langsung melempar tas Kirana tepat di wajahnya.

"Duh! Sakit, Ego! Luntur, nih, bedak mahal gue." Kirana mengusap keningnya perlahan, merasa sakit karena ditimpuk tas dan juga takut bedaknya akan luntur jika diusap dengan kuat. "Yash, kok lu nggak belain gua, sih? Gue dianiaya, nih!" adunya, beralih menatap ke Jasmine.

"Lo pantes, kok, dapet perlakuan gitu," balas Jasmine tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

"Dih! Yaaasshh!!"

Cindy tersenyum melihat Kirana yang ikut kesal pada Jasmine yang tak membelanya. Ia merasa dirinya mendapat bala bantuan untuk memusnahkan make up tebal Kirana yang membuatnya sangat jijik.

"Apus, nggak?!" Cindy mulai berdiri dan berusaha untuk menghapus make up yang ada di wajah Kirana, namun gadis dengan rambut panjang nan diurai tersebut terus menghindar. "Apus, Dongo! Dapet skor tau rasa, lo!"

"Ish, Cebol! Diem deh, lu! Ini tuh hari pertama sekolah, kagak bakal ada yang ngasih skor ke murid di hari pertama mereka sekolah."

"Ngelunjak, ni anak. Sini lo! Gue botakin rambut lo yang badai itu!"

'Bukan temen gue, ya Tuhan!' batin Jasmine dengan hanya bisa diam di tempat.

Tak lama kemudian, seorang guru masuk dengan membawa sebungkus kapas make up dan juga sebotol besar toner. Guru itu langsung masuk kelas tanpa mengucapkan salam atau apa pun, membuat semuanya tak langsung menyadari kedatangannya. Di belakang guru tersebut, berjalan seorang anak laki-laki yang tadi keluar tanpa mengatakan apa pun. Sebenarnya dialah yang telah memanggil guru itu untuk mengurus si gadis bermulut besar yang baru saja duduk di bangku sampingnya.

Cindy yang melihat hal tersebut langsung tersenyum, sementara Jasmine merasa lega, dan si pelaku make up tebal serta seragam ketat kini mulai ketar-ketir.

"Bukankah perwakilan sekolah telah mengumumkan seragam dan juga riasan yang sesuai saat masa orientasi kemarin? Mengapa masih saja ada ondel-ondel berpakaian ketat yang berani masuk ke gerbang sekolah?" Guru itu langsung membuka mulut dan membuat anak-anak kelas kontan menoleh ke bangku Kirana.

"Anjir, ondel-ondel!" gumam gadis yang disindir dengan kesal.

"Oh, jadi lo telat biar nggak ketahuan guru pengawas gerbang, ya?" Romeo yang sedari tadi diam, kini mulai berbicara dan menatap datar Kirana yang mulai ketar-ketir.

"Si anying! Lo yang manggil guru itu ke mari?" Kirana langsung menodongkan tuduhannya pada Romeo.

"Kalaupun nggak gue panggil juga tetep bakal ketauan, kok." Romeo menjawabnya dengan sangat santai dan tersenyum licik.

"Sialan, lo!"

Terdengar kekehan pelan dari bangku depan Kirana yang membuat anak laki-laki itu menoleh ke sana. Senyum Jasmine yang menatap Kirana dan tawa lirihnya usai mendengar ucapan Romeo, berhasil membuat anak yang tadi di lapangan bersikap angkuh padanya kini langsung terdiam dan terpaku pada senyumnya.

*****

Kamar Tukang Halu, 27 Mei 2022