"Napa lo cengar cengir?" tanya Omen begitu tiba di kamarku setelah kami mengantar si Noni pulang dari bandar Jakarta.
"Kepo ... " jeritku.
"Anjir ... ulang tahun jadi sarap lo!" ledek Obi.
"Paling nyosot Noni!" ledek Roland.
Aku tertawa,"Belum brother .... tapi akan" kataku santai.
"Wuih ... dapat pencerahan" ledek Omen.
"Yap ... tunggu tanggal mainnya brother" kataku lagi cengar cengir.
Mereka saling berpandangan.
"Nape lo pada?" tanyaku.
"Ga ... semoga ulang tahun bikin elo jadi pintar" Kata Roland sambil menepuk bahuku lalu ambil posisi tidur di kasurku.
"Gue masa bego trus sih ... tambah umur, gue pasti lebih pinter" cetusku asal.
Omen dan Obi terbahak pelan.
"Molor lo! besok lagi, elo cengar cengirnya ga jelas aja dari tadi" ledek Omen lalu mengambil posisi tidur juga.
"Molor ah ... besok biar tetap ganteng ketemu Karin tayang tayang" kata Obi dan tertidur juga.
Lalu aku?? Jelas aja aku gak bisa tidur ... terlalu ga sabar aku tuh nunggu besok.
💘💘💘💘💘
Aku menuruni tangga rumahku dengan langkah riang,"Pagi semua!" kataku.
"Happy birthday sayang" kata mamaku sambil meraup wajahku dan mencium keningku sambil berjinjit.
"Makasih Mah" kataku.
"Met milad bang!" jerit Gladis dari posisinya duduk di meja makan.
"Thanks you sis" jawabku. Gladis memberikan ciuman jauh padaku.
"Sini No!" kata Papaku. Aku menghampirinya di kursi makan paling puncak.
"Apa Pah ... ?" tanyaku sambil duduk di kursi makan di sisi kanannya.
"Nih, hadiahmu!" kata Papaku sambil menyerahkan kunci mobil.
"Aston martin?" kataku berbinar.
"Kamu minta itu buat hadiah ulang tahunmu kan?" tanya Papaku santai. Aku bersorak lalu menciumi pipi Papaku sambil memeluk lehernya.
"Hei ... ciumin Noni aja jangan ciumin Papa" ledek Papaku. Aku cengar cengir.
"On the road ga nih Pah?" tanyaku sambil duduk lagi.
"Tentu saja, Papa udah urus dari 3 bulan lalu. Itu kan mobil built up luar" jelas Papa.
"Aku tau, mangkanya aku tanya"kataku.
"Mulai sekarang, berusahalah jadi lelaki baik ya, berhenti main main. Umurmu udah 17 tahun sekarang" kata Papa sambil mengusap kepalaku.
"Siap Pah" kataku riang. Papaku memang seperti itu kok.
Kami memang jarang sekali ketemu karena kesibukan Papa mengurus perusahaan berdua Eyang. Tapi Papa selalu menyempatkan diri sarapan pagi bareng dan membangun komunikasi denganku dan Gladis.
Aku melenggang masuk mobil baruku. Setelah berpamitan sama Mama dan Papa juga Gladis, aku memacu mobilku ke rumah si Noni. Di jalan aku melihat Noni menunggu angkot. Kasihannya, pasti Om Dave lagi keluar kota, jadi dia jalan sendiri, ga ada yang antar.
"NONI" Aku memanggilnya sambil membuka kaca mobil. Noni menoleh,"INO!!" jeritnya.
Aku melambai menyuruhnya masuk mobil.Noni buru buru masuk mobil saat orang orang di halte mulai memperhatikan kami.
"Keren nih mobil lo!" kata Noni sambil memasang selfbeltnya.
"Hadiah ulang tahun Non"
Noni bersiul menanggapi,"Enaknya jadi anak saudagar, bebas!"
Aku tergelak lalu mengacak rambutnya,dan dia tersenyum,"Tadi gue kerumah elo,tapi dijalan gue liat elo naik angkot jadi gue ikutin"
"Ngapain?"
"Ngajak elo bolos" kataku santai.
"Buat apa? Ngantuk ya semalem pulang jam 2?"
"Ga juga, gue semalem tidur pules kok"
"Kita mau kemana?" Saat dia sadar kalo mobilku bukan menuju sekolah.
"Ke Dufan yuk! gue males sekolah, lagian hari ulang tahun gue kan sebebarnya hari ini!"
"3 curut ga di ajak?" tanya Noni.
"Pada molor di kamar gue, biarin aja paling mikirnya kita ke sekolah"
Drt .... drt .... drt .... hpku berbunyi saat kami sedang sarapan lontong sayur di sekitar toko tiga,glodok.
"Siapa?" tanya Noni.
"Febry, dari pagi dia telepon gue brutal banget, ini juga alasan gue males sekolah, dia ribet konfirmasi soal IG story Obi" keluhku sambil mematikan hanfphoneku.
"Kok dimatiin No?" tanyanya.
"Gue cuma ga mau diganggu satu hari ini aja. Gue mau berdua doang ma elo" kataku sambil menatapnya. Noni merona dan Noni mengecup pipiku lembut,"I'm your's for this day's" bisiknya.
Aku tersenyum. Akhirnya kami tiba di dufan. Kami seperti dua orang bodoh yang berkeliaran jam 10 pagi di dufan dengan memakai baju seragam sekolah. Rasanya menyenangkan naik berbagai wahana di dufan tanpa harus mengantri panjang.
"Ayo Non ... naik hysteria" tarikku
"No ... yang lain aja ... gue ga berani No" katanya sambil berpegangan dengan tiang lampu.
"Ayo Non, payah"
"Gue udah coba, gue pingsan, ga mau gur, elo mau ngurus gue kalo pingsan lagi?"
Aku melepas pegangan tangannya,"Ya udah tungguin gue ya"kataku sambil berlari masuk.
Noni menungguku di tempat yang bisa melihatku saat sedang menaiki wahana. Noni tertawa saat melihat Nino berteriak krncang dan sempoyongan ketika turun dari wahana bermain hysteria.
"Anjir kaya ketinggalan di atas badan gue" keluhku sambil terduduk lemas. Noni ngakak,"Ino ayo naik komedi putar"tariknya pada tanganku.
"Malu ah, udah gede, lagian sepi Non, males gue" tolakku. Dia merengut lucu,"Gue aja kalo gitu"katanya.
Aku tertawa dan jadi mengalah naik wahana kuda kudaan juga berdua dengannya. Setrlah itu dia menarik lagi tanganku masukke wahana gajah beledug yang sukses bikin dia jerit jerit ketakutan. Aku terbahak melihatnya, ternyata Noni itu takut ketinggian. Tapi berubah senang lagi saat waktu masuk wahana turbotur atau robot cop. Ituloh wahana yang kita duduk di kursi terus di suruh nonton layar besar banget jadi kesannya kita naik pesawat tempur. Dia jerit jerit senang banget.
"Mau naik apa lagi No?" tanyanya.
"Makan dulu, laper" keluhku saat jam menunjukkan pukul 1 siang.
"As your command yourhighness" katanya sambil menggandeng tanganku ketika melihat kios bakso. Aku hanya tertawa,"And the favorite menu" kekehku. Noni hanya tertawa. Kami makan sambil bercanda gurau. The curut menelpon Noni, tapi aku melarangnya untuk mengangkatnya. Jadi Noni hanya mendiamkan saja sampai mereka bisan menghubungi kami.
"Jahat ga sih No?" tanyanya.
"Ga jadi kejahatan kalo di lakuin hari ini, Non. Ini hari ulang tahun gue, jadi bebas aja buat gue ngelakuin hal apa pun" kataku sambil merangkul Noni keluar kedai bakso. Kami meneruskan petualangan kami di dufan. Kami keluar dari perahu saat masuk istana boneka cuma buat foto norak. Nino juga muntah banyak banget saat kami selesai naik kora kora. Aku foto saat dia teler di bangku dan berhenti saat Nino mengelitiki perutku. Aku tak berhenti tertawa juga saat baju kami basah kuyup saat selesai naik wahana arum jeram. Dengan konyolnya Nino menunjuk kemeja sekolahku yang berubah transparan sehingga Bra hitamku terlihat jelas dari balik tanktopku.
"Naik arum jeram lagi yuk Non!" ajak Nino.
"Ga dingin" tolakku.
"Ayo apa, lumayan gue bisa ngintip toket lo." kata Nino jail. Noni merona dan berlalu ke toko baju untuk mengganti kemeja sekolahku yang basah. Nino terbahak bahak.
"Baper ...." ledek Nino. Noni mendengus kesal dan meninggalkan Nino naik roller coster. Jam 5 sore kami santai naik bianglala sambil makan burger karena perut kami keroncongan. Noni benar benar ga berani menengok ke bawah karena takut dan semakin memeluk tubuh Nino erat.
"Modus banget lo ajak gue naik bianglala,senangkan gue peluk peluk manja." keluh Noni.
"Iyalah, kapan lagi!!" seru Nino santai. Tapi kemudian malah Noni merangkul lengan Nino mesra. Wahana terakhir yang kami masuki adalah rumah kaca. Aku tertawa terbahak bahak saat Nino kejeduk kaca keras banget saat mengejarku. Dahinya sampai merah.
Habis maghrib kami tergolek lemas di sebuah bangku di depan sebuah danau buatan di dekat wahana teater kera. Datang ke Dufan di saat hari biasa seperti ini memang menyenangkan. Untung ini hari jum'at besok kami libur sekolah dan Dufan masih lama tutup. Jadi Noni dan Nino punya banyak waktu untuk istirahat.
"Cape ya No" kata Noni sambil bersandar di bahu Nino.
"Iya, sepi sih jadi kita naik semua wahana. Senang banget deh."
"Happy birthday ya No, kadonya di tas, tar pas pulang ya." kata Noni. Nino mengusap kepala Noni, "Thank's, padahal elo udah kasih gue kado bagus." kata Nino. Noni bangkit dari sandarannya di bahu Nino, "Apa?"
"Waktu elo Non, seharian ini elo mau nemenin gue di sini" kata Nino sambil menatap Noni.
"Oh itu, gue juga seneng kok, gue udah terlalu sering belajar." Noni merangkul bahu Nino sekarang.
"Cewe lo ngasih kado apaan?" tanya Noni iseng.
"Ga tau, kan belum ketemu. Coklat Valentine dari dia aja gue lupa kemana." Noni tertawa, "Di makan Obi itu mah." kata Noni. Nino ikutan tertawa, "Bagus deh, kalo ada peletnya biar Obi yang kena." kata Nino masih tertawa.
"Ga kebayang" keluh Noni. Noni dan Nino akhirnya diam. Noni bersandar lagi di bahu Nino. Tangan Noni sudah ada di genggaman Nino.
"Udah lama banget gue mau ngelakuin hal ini berdua sama elo. Ngabisin waktu berdua jauh dari orang orang yang kenal kita. Liat elo ketawa, liat elo merengut, liat elo ngambek. Cantik ..." desis Nino. Noni bangkit dan menggeser posisi duduknya agar berhadapan dengan Nino. Mereka saling bertatapan.
"Non, gue ga pernah sesenang ini bisa pergi berdua sama cewe. Rasanya gimana ya .... gue ga perlu malu muntah depan elo, ga perlu malu ngambek, ga perlu malu merengek, gue bisa jadi apapun yang gue mau kalo gue deket elo. Elo selalu menerima jadi apa pun gue"
"Termasuk jadi cowo mesum yang mikir apa yang ada di balik tanktop gue" goda Noni. Suasananya terlalu romantis buat Noni, Noni takut kalo Nino mampu memaksanya mengungkapkan perasaan Noni kepada Nino.
Nino tergelak, "Ya termasuk itu. Elo emang selalu menerima semua. Orang cuma tau Nino seperti yang mereka liat. Mereka ga tau apapun, jadi mana mungkin gue ngerayain ulang tahun gue sama mereka.
"Tapi semalem kita pergi sama 3 curut" sanggah Noni.
"Karena mereka bisa gue jadiin alasan buat bawa elo pergi sama Om dan Tante. Mana mungkin mereka kasih kalo kita cuma berdua doang Non, apalagi sampe ampir subuh"
"Ini elo ngajak gue lagi?" kata Noni.
"Tadi pas elo ke toilet gue telepon mama elo, bilang kalo elo ikut gue ngerayain ulang tahun sama teman teman sekolah" kata Nino santai.
"Termasuk kejahatan yang di maafin pas hari elo ulang tahun ya?" ledek Noni. Dan mereka tertawa lagi.
"Elo cantik banget sih" bisik Nino. Noni mematung. Nino sudah menatap Noni lekat. Noni deg deg an, sumpah rasanya Noni mulai kehabisan nafas saat Nino mendekatkan wajahnya ke arah wajah Noni. Reflek Noni menutup mulutnya dengan punggung tangannya.
"Sekali Non, dan gue ga akan minta lagi kecuali elo yang minta" kata Nino menyingkirkan tangan Noni lalu melumat bibir Noni lembut.
Noni meleleh. Bibir Nino dengan lihai mencium bibir Noni. Rasanya manis dan beraroma rokok, tapi ga tau Noni malah suka. Noni masih belum merespon tapi saat tangan Nino merangkul kepala Noni, Noni pun akhirnya menyerah dan membalas ciuman Nino.
Noni membalas dengan perlahan sampai ciuman mereka berubah makin dalam dan menuntut. Noni juga meremas rambut Nino lembut memperdalam ciumannya. Nino makin menggila. Nino menyusuri rongga mulut Noni dengan lidahnya. Noni benar benar terbius dan enggan melepaskan ciuman Nino. Mereka tak tahu berapa lama mereka berciuman, yang pasti saat Nino melepaskan diri, Noni merasa tak rela. Noni melihat Nino tersenyum, Noni langsung menunduk. Nino meraup wajah Noni.
"Kita pacaran ya! Aku ga mau ga bisa nyium kamu lagi setelah ini" kata Nino. Noni hanya mengerjapkan matanya. Astaga, apa ini artinya Noni di tembak Nino??
"Non, selama ini aku ga pernah nembak cewe, tapi kamu pengecualian" kata Nino lagi kepada Noni. Berarti Nino memang nembak Noni. yey ... yey ... aku-kamu, dan bukan elo-gue, wuih ... kipas kipas.
"Eng ..." Noni bingung harus jawab apa. Noni udah terlalu gugup dengan jarak wajah mereka yang hanya beberapa centi.
"Trust me,okey!" pinta Nino. Akhirnya Noni hanya mengangguk. Nino langsung memeluk Noni. Noni juga balas memeluknya. Lalu apa menurut kalian semua selesai? Tentu saja, tidak.
Saat pelukan kami terlepas, Nino kembali menciumku. Aku memeleh lagi. Tapi ciuman kedua kami tidak berlangsung lama. Nino membalik badanku lalu memperbaiki jepitan rambutku.
"Aku pernah bilang kan, kalo aku tergila-gila sama tengkuk kamu?" katanya sambil mulai menciumi tengkukku setelah dia rapi menjepit rambutku.
Aku tak sanggup menjawab. Yang aku lakukan hanya mulai menikmati sentuhan Nino di setiap ins kulitku. Nino menarik tubuhku mendekat ke tubuhnya, sampai punggungku menempel di dadanya. Tangan Nino mulai menyusup ke balik kaosku dan kulitku meremang saat Nino mengelus perutku. Aku menggeliat saat tangan Nino bergerak ke atas, ke arah dadaku dan tangannya menyusup masuk ke balik Braku.
"Ah ..." desahanku akhirnya lolos. Nino tersenyum di balik punggungku. Saat aku menoleh, dia langsung menciumku lagi. Aku gak tahu gimana tubuhku bereaksi atas sentuhan Nino. Yang pasti aku mulai menyenderkan kepalaku ke belakang saat tangan Nino di balik Braku tidak berhenti meremas dan mulut Nino tak berhenti menciumi leherku. Tangannya yang kanan sudah menyelinap juga di balik rok sekolahku. Nino terdorong kebelakang saat aku merasakan sentuhan lembut di bawah tubuhku.
"Ah ... ah .... ah ..." Aku benar-benar terengah. Nino terus menyentuh, membelai, meremas dan mencium. Aku semakin bergerak liar dan tak terkendali. Sesuatu dalam diriku bernyanyi dan menari menikmati tiap gerakan Nino di setiap bagian tubuhku yang sensitif. Aku juga merasakan bagian diri Nino mengeras di dekat panggulku. Dan Nino juga mendesah tertahan.
Aku terpejam, aku terbelalak, aku merintih dan mencengkram tangan Nino saat aku tak lagi dapat menahan sesuatu yang meledak di dalam tubuhku. Aku masih terengah saat Nino melepaskan diri. Nino mengusap pahaku dan aku merasa cairan seperti lendir menempel di pahaku dari jari Nino. Tangan Nino di balik Braku pun menyusup keluar. Saat Nino ingin membalik tubuhku, aku menahan tubuhku berbalik.
"Kenapa?" tanya Nino dari balik punggungku. Aku hanya menunduk.
"Malu ya kamu?" tanya Nino lagi. Aku hanya mengangguk samar, aku udah gak tahu gimana rona wajahku, pasti udah merah kaya pantat monyet. Gak banget sih ya perumpamaannya. Tapi memang aku malu banget.
"Masih nanya lagi." kataku. Nino tertawa sambil memeluk pinggangku erat.
"Duduknya yang bener dong, kan udah selesai" ledeknya, sambil memperbaiki dudukku agar lebih tegak. Posisi tubuhku sudah ada di antara kedua kakinya yang terbuka lebar.
"Aku tuh sering tau ngintip dada kamu atau ngelus paha kamu kalo kamu lagi tidur di kamarku" katanya. Aku melotot, "Serius?" tanyaku sambil menatapnya. Nino tersenyum jahil, "Serius. Cuma lihat kok gak berani megang kaya tadi." katanya. Aku merona lagi lalu berbalik menghindari tatapan Nino, "Udah sih, ga usah di omongin trus" keluhku.
Nino tertawa.
"No, yang kita lakuin bener gak sih?" tanyaku takut takut.
"Benar, karna di lakuin pas ulang tahun aku, kan tadi aku bilang. Kejahatan apapun di benarkan, termasuk pelecehan seksual" goda Nino. Aku menepuk tangan Nino, "Bukan itu ih, dengar dulu" kataku kesal.
"Iya apa, aku dengar deh" kata Nino lembut.
"Itu No ... soal ... aku sama kamu, kan ada Febry"kataku
"Jangan bilang kamu takut sama Febry?"
"Aku gak takut, cuma sekarang kan beda, aku ... "
"Kamu pacar aku juga? Gitu?" potong Nino.
Aku diam.
"Non, biar aja orang taunya aku pacaran sama Febry, yang penting aku ngerasanya aku pacar kamu. Kita gak butuh pengakuan siapa siapa kan? Yang penting apa yang aku rasa dan apa yang kamu rasa. Aku gak pusing soal itu. Cuma kamu loh yang dapat pernyataan cinta aku. Jadi secara de yure kamu menang, gak butuh pengakuan de facto lagi. Kalo orang semua ngaku tapi aku ga ngaku, percuma kan?" jelas Nino.
"Iya sih, tapi kan status kamu sama Febry bakal bikin kamu dekat dia trus kan?" kataku.
"Jiah ... cemburu, baru juga setengah jam lebih jadian. Selama ini aja kamu liat aku grepe grepe cewe, kamu kan yang paling kuat sama brengseknya aku" ledek Nino.
"Ya udah, batal aja jadiannya" kataku santai.
"Enak aja, susah payah aku rayu kamu" kata Nino kesal. Aku tergelak, "Pulang yuk No" kataku bangkit dari sandaranku, lalu bangkit berdiri. Nino ikut bangkit juga, "Yuk, disini banyak setan" kata Nino sambil merangkul bahuku.
"Beneran No?" tanyaku.
"Sumpah, setannya nyuruhin aku perkosa kamu" kata Nino.
Aku tergelak. Nino juga ikutan tertawa. Jari tangan kami saling bertautan. Nino benar, kami tidak butuh pengakuan dari siapapun, rasa ini cuma kami yang punya dan cuma kami yang rasa.