webnovel

JANGAN PAKSA AKU

Putri Nadin Nindira, lebih dikenal dengan panggilan Rara. Gadis periang namun tersimpan banyak kejahilan dalam dirinya, bunda sering kali menjodohkan Rara dengan teman-teman masa kecilnya dulu, yang sekarang telah sukses dan mapan. Rara selalu menolak lamaran mereka, dengan alasan Rara sipenyuka sesama jenis. Namun, bunda tetap saja memaksanya. Sampai akhirnya Rara bertemu dengan pria yang benar-benar mempunyai kelainan seksual. Salam hangat: Wiky_

Wiky_98 · SF
レビュー数が足りません
4 Chs

Prolog

Putri nadin nindira nama panjangnya, sering disapa rara sejak dia kecil. Panggilan sayang dari sang ayah untuk putri keras kepalanya itu, dia memiliki seorang kakak perempuan yang berprofesi sebagai perawat disebuah rumah sakit, dan seorang adik laki-laki yang masih sekolah menengah atas.

Putri ningsih permata sari, salah satu perawat yang mendapatkan izin praktik untuk mengobati masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Ningsih mengabdikan dirinya disebuah desa, yang jauh dari kota bahkan dari kedua orang tua dan adik-adik kesayangannya.

Putra abdullah indra wijaya, seorang pelajar disalah satu sekolah negri kejuruan farmasi, adik bontot rara yang selalu bertentangan dengannya. Sekecil apapun masalah yang mereka buat, selalu saja diperbesarkan hingga bundanya memiliki tekanan darah tinggi.

Putri permata sari, sosok ibu yang sangat tegas kepada anak-anaknya. Yang mengabdikan diri kepada pendidikan teruntuk anak sekolah dasar, dia ramah-tamah terhadap masyarakat disekitar. Tetapi tegas dalam mengambil setiap keputusan, sering kali bunda dipanggil untuk naik jabatan beliau malah menolaknya. Dengan alasaan, pekerjaan beliau semakin banyak. Tanggung jawab dan beban juga semakin berat, oleh sebab itu bunda menolak tawaran itu.

Abdullah putra wijaya, sosok pria tegas dan keras kepala. Dan mengabdikan diri sebagai seorang dokter penyakit dalam, disalah satu rumah sakit ternama dibagian kalimantan utara.

Nadin atau dikenal sebagai rara, setelah lulus dari sekolah SMP. rara dikirim ke kalimantan timur untuk melanjutkan sekolahnya, kakak dari bundanya tinggal dikalimantan tepatnya kota samarinda. Banyak alasan yang diperimbangkan ayah dan bunda rara, sehingga dirinya dititip kepada bu'denya yang berprofesi sebagai wedding decoration.

"Rara gak mau pisah sama ayah, hiks.." rengek rara mengguncang lengan ayah sambil bercucuran air mata.

"Rara harus mandiri sayang, contoh kak ningsihmu. Dia dari kecil sering dititipkan sama nenek, bahkan lulus SMP kak ningsih tinggal sama nenek. Betulkan kak?" ujar ayah menoleh kearah ningsih.

"Iya yah bener, kakak kelas 2 SMA ikut bu'de ke samarinda. Sempet kerja setahun dimall terus balik kesini kuliah." sambung ningsih.

"Tapi yah, rara gak mau pisah.. Rara janji deh gak bakal bandel-bandel, tapi sekolahnya disini aja yaa, please!!" bujuk rara memohon.

"Tidak boleh! Bunda sudah siapkan semuanya, jadi kamu sekolah ditempat teman bunda. Tidak ada penolakan!!" titah bunda dengan tegas.

"Dengar kata bunda ya, rara pulang kesini kalau ada libur panjang." ucap ayah menenangkan.

***

Dan disinilah dia sekarang, rara yang sedang duduk diteras musholah kampus seorang diri. Dia baru sahaja menunaikan shalat dzuhurnya, setelah memakai kembali sepatu ketsnya. Rara pun berdiri dari tempat duduknya melangkah kembali kelorong kampus menuju kelasnya, sekilas dia melihat pria yang baru beberapa hari lalu menyatakan cinta padanya.

"Bayu!" gumam rara menyipitkan kedua bola matanya melihat sosok pria yang sangat ia kenal. Rara melihat kekasihnya sedang bergandengan tangan dengan salah satu seniornya, ingin rasanya rara mendekati mereka dan bertanya apa sebenarnya hubungan mereka. Tetapi rara harus segera masuk kedalam kelas karena dosen akan segera masuk, dan benar sahaja sesaat rara masuk kedalam ruang kelas terdengar suara sepatu mendekat kearah kelasnya.

"Siang.!" sapa bu henny.

"Siang bu...." jawab mahasiswa/i bersamaan.

"Buka halaman 54 dan kerjakan, kumpulkan setelah jam saya selesai. Kating mana kating?" ujar bu henny sambil mengedarkan pandangannya.

"Kating sakit bu," jawab hendra.

"Wakil?" ucap bu henny sembari membolak-balikkan absensi.

"Saya bu," ucap rara mengacungkan tangan diudara.

"Kemari!" suruh bu henny.

Rara bangkit dari duduknya lalu mendekati meja dosen, bu henny memberikan beberapa materi kepada rara setelah selesai dia pun kembali duduk dibangkunya dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan bu henny. Setelah mengerjakan selama lebih dari 1 jam setengah, rara pun selesai mengerjakan tugas tersebut lalu meregangkan otot-otot tubuhnya.

"Mil, udah selesai belom?" tanya rara menoleh kebelakangnya.

"Belom ra, susah nih otak aku beku pake banget." ucap mila frustasi.

"Cairin dong mil, ha.. ha.. haa." ledek rara.

"Bukan es batu ra dicairin dibekuin lagi," sahut hendra.

"Kirain hen, nih liat punya rara aja." ucap rara menyodorkan hasil kerjanya.

"Makasih bebeb koh, baek banget dah.." puji mila dengan gembira dan dibalas seutas senyuman oleh rara.

"Bebeb rara, babang hendra nebeng yaa." bujuk hendra dengan memohon.

"ehmm.... Mau gak ya?" ucap rara sambil mengetuk dagunya dengan telunjuk.

"Janji deh, babang hendra traktir apa pun kemauan rara," bujuk hendra memasang wajah gemasnya.

"Promise?" ucap rara dengan mengacungkan jari kelingkingnya kehadapan hendra.

"Yes, sure. Apa sih yang enggak buat bebeb rara akohh.." ucap hendra dengan gaya lebaynya.

"Okay!" jawab rara singkat.

TBC.

Thanks udah mau klik novel aku dari sekian novel new yang ada, jangan lupa tinggalkan jejak kalian kalau sudah baca yaa ^_^ minimal like atau komentar kalian deh, kritik dan saran juga boleh, sangat-sangat boleh malah.

Salam hangat dari:

Wiky_