webnovel

08 CALLIX

Di luar dugaan, kondisinya lebih parah dari yang ku duga. kupikir, ia masih lebih baik dari saat ini tapi, apa-apaan ini?

benar-benar... cerita tak selalu menunjukkan semuanya. hanya dengan di ceritakan bahwa ia dapat bertahan dari semua penderitaannya bukan berarti penderitaannya juga dapat di sepelekan begitu saja.

selama ini, aku sudah dengan begitu egoisnya membencinya hanya karena alasan bahwa aku selalu terlibat dalam regresinya. maafkan aku, callix.

sebagai gantinya, hari ini aku datang untuk menyelamatkan hidupmu, melepaskanmu dari takdir mengerikan yang selalu mengikatmu dan menahanmu di neraka ini begitu lama callix. ku harap, masih dapat ku temukan kau dalam tubuh hampa itu.

"hei, kau melihatku?" sial, responnya juga hanya sebatas tatapannya yang sedikit melebar tadi saja? sebenarnya, separah apa kutukannya memakan kewarasan orang ini.

dia tersenyum hampa, "bunuhlah aku segera!"

deg. seputus asa inikah kau?

"sayangnya, aku tidak datang untuk membunuhmu. aku datang untuk membuat sebuah kesepakatan denganmu."

"siapa... kau?" tepat kutatap dua manik emerald sayu itu. tak ada cahaya di sana.

"aku bukan siapa-siapa, tak bernama, tak seharusnya ada dalam dunia yang sama denganmu. aku hanyalah pengembara, sedikit mengetahui lebih banyak dari orang biasa, dan aku... berasal dari tempat yang sama denganmu."

"..."

ck.. dia benar-benar sudah menyerah ya dengan hidupnya.

"hah, Kim Jin Woo, kuharap kamu tidak lupa dengan tempat asalmu. Kota Busan, Korea Selatan."

tepat sekali. manik itu perlahan-lahan menaruh tatapannya padaku. meski sedikit, cahayanya mulai terlihat.

"kau, siapa kau sebenarnya?"

aku tersenyum lebar, langkahku mendekatinya, "aku sama sepertimu. reinkanator."

Akhhhh

"uhukkuhukkk... per gilah!.. akhhhhh"

"apa yang terjadi-

benar. kutukannya menyerangnya saat malam tiba.

dia memuntahkan banyak darah di mulutnya. teriakan kesakitan itu sudah cukup untuk membuatku merinding tak berdaya. meski tahu ceritanya, baru kali ini aku melihatnya langsung begitu dekat. dalam waktu sekejap itu dia menggila. meraung-raung kesakitan tak peduli bagaimana belenggu rantai menyakiti leher dan kakinya.

kakiku mendadak lemas. aku memang tidak merasakannya. aku hanya melihatnya tapi... seluruh tubuh dan tulangku terasa ngilu. seberapa hebat kutukan itu telah merenggut kewarasanmu, callix.

"callix, kendalikan dirimu! hei, kau bisakah mendengarku? callix? kau ada di sana kan?"

tak peduli sekeras apa aku memanggilnya, callix tak meresponku sama sekali.

langkahku bergerak cepat saat pria itu kian meraung kesakitan tak terkendali. dulu, aku hanya dapat mengawasinya dari jauh tanpa bisa menangkapnya, kali ini aku benar-benar menangkapnya.

dia meronta di kekanganku. sekuat tenaga aku menahannya hingga terluka olehnya. "bersabarlah sedikit lagi, callix. aku membawa obatnya."

sial. jika dia tak bisa diam, aku juga tak bisa memberinya pertolongan pertama padanya. apa yang harus kulakukan?

tak ada cara lain. aku sendiri yang akan meminumkannya ramuan yang susah payah kudapatkan dengan mencuri gudang kuil suci istana kekaisaran.

ku lepaskan kekanganku, membuka ramuanku dan menaruhnya dimulutku hingga mulutku penuh oleh cairan pahit yang membuat perutku terasa mual. setelah menyimpan setengah sisanya, ku datangi lagi callix.

mengekang pria itu dalam dekapan kuatku dan memasukkan seluruh ramuan dalam mulutku ke mulutnya. merski meronta-ronta, aku cukup kuat menahannya yang bergerak tanpa akal sehat. ku tenggak lagi dengan cepat sisanya dan kembali menyalurkan semua ramuan itu ke mulutnya.

belum genap usia enambelas tahunku, dan aku sudah mencumbu seorang pria. pantaskah ini ku sebut sebagai prestasi selama hidupku? karena, meski memalukan ini kali pertama aku mencium seorang pria sepanjang kehidupanku yang dulu sampai sekarang.

beberapa saat, ramuan itu akhirnya mulai bekerja. tubuhnya mulai melemas. raungannya melemah dan benar-benar berhenti setelah beberapa waktu. sekarang, callix tertidur pulas di pelukanku.

mumpung tenang begini, aku melepas semua belenggunya hingga terlihatlah seluruh luka-lukanya karena belenggu rantai.

"maaf, karena aku terlambat datang. pasti selama ini kau kesakitan sekali, ya?"

rasa-rasanya, kebencianku jadi hilang karena melihatmu begini.

bahkan, setelah aku berteriak begitu keras dan raungan callix yang memekakkan telinga, tak ada seorangpun yang datang ke tempat ini untuk membuatnya lebih baik. kaisar dan seluruh orang di istana kekaisaran memang brengsek.

bahkan ratu mengirim pembunuh dari serikat informasi untuk membunuhnya. andaikan mereka tahu, bahwa beberapa tahun lagi seluruh benua akan dipenuhi oleh iblis dan monster.

terlalu lelah mengurusnya dan ramuan yang kuberikan pada callix mengandung obat tidur, tanpa sadar aku tertidur bersamanya.