webnovel

Bab 2: Pertemuan

Elric merasa bingung dan takut. Dia tidak tahu bagaimana cara berpura-pura menjadi Aldric di depan keluarganya. Dia tidak tahu apa yang mereka lakukan jika tahu jati dirinya, apa yang mereka lalukan, apa yang mereka akan mengadukannya ke polisi atau bahkan gereja. Dia tidak tahu bagaimana cara bersikap di dunia yang asing ini, bagaimana cara menghadapi ancaman yang mungkin mengintainya dari ketidaktahuan. Dia hanya tahu bahwa dia harus bertahan hidup, apapun caranya, karena itu yang dia pelajari dari kehidupan masa lalunya, dimanapun dia berada.

"Apa yang harus aku lakukan?" Elric bergumam pada dirinya sendiri. "Aku tidak bisa terus begini. Aku harus mencari cara untuk menyembunyikan bekas tali di leherku. Mungkin aku bisa memakai syal. Tapi apakah itu tidak akan mencurigakan? Ini adalah musim panas menurut ingatannya. Apakah mereka tidak akan bertanya kenapa aku tiba-tiba memakainya? Apakah aku harus berbohong karena sakit? Itu akan membuat dia dalam masalah jika berhadapan dengan keluarganya. Tapi aku tidak punya pilihan lain."

Elric merasakan dinginnya air yang mengalir di tubuhnya. Dia berharap air itu bisa membersihkan semua luka dan memar yang ada, atau setidaknya menghapus tanda dilehernya. Dia menatap dinding kamar mandi yang kusam dan berlumut. Dia merasa seperti terperangkap dalam penjara tanpa jendela. Dia ingin keluar dari sini, tapi dia tidak tahu kemana harus pergi.

Elric cepat-cepat mematikan air dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk yang dia temukan di lemari. Elric mengenakan pakaian bersih dan rapi yang dia temukan di lemari Aldric. Dia memilih kemeja putih dan celana hitam yang sederhana dan tidak mencolok. Dia juga memakai syal merah yang dia ikat di lehernya untuk menutupi bekas tali yang masih terlihat. Dia berharap syal itu tidak terlalu mencurigakan, tetapi dia tidak punya pilihan lain.

Dia membuka pintu sedikit dan melihat wajah saudari Aldric, seorang wanita muda yang cantik dan dewasa dengan rambut pirang dan mata biru.

"Aldric? Apa kamu baik-baik saja?" Suara saudari Aldric terdengar dari balik pintu kamar mandi.

"Oh, hai, kakak." Elric mencoba menyapa dengan suara canggung.

"Apa kamu baru saja mandi?" Saudari Aldric bertanya dengan ekspresi heran.

"Ya, aku… aku merasa gerah." Elric menjawab dengan sedikit gugup.

"Dimalam hari? Kenapa? Kamu memakai syal?" Saudari Aldric bertanya dengan curiga dan heran.

"Tidak, tidak ada. Aku hanya… aku hanya ingin menyegarkan diri dan memakai syal setelah kupikir itu menjadi dingin hari ini." Elric berbohong dengan cepat dengan gugup. Dia benar benar tidak memiliki bakat dalam berbohong.

"Oh, begitu. Tapi itu tidak menjelaskan kenapa kamu mandi tengah malam? Apa kau mendapat masalah saat bekerja" Saudari Aldric bertanya dengan curiga dan khawatir.

Elric merasa tidak nyaman dengan tatapan saudari Aldric. Dia merasa seperti sedang diinterogasi oleh seorang detektif. Dia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takut atau bersalah di wajahnya. Dia berharap saudari Aldric tidak melihat bekas tali di lehernya yang masih merah dan membengkak. Dia menutup pintu lebih rapat dan menghindari kontak mata dengan saudari Aldric.

"Ah, itu… itu tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa mandi tengah malam dan pekerjaanku berjalan baik baik saja." Elric mencoba menjelaskan dengan alasan yang masuk akal.

"Terbiasa? Sejak kapan?" Saudari Aldric bertanya dengan nada tinggi.

"Sejak… sejak beberapa hari lalu." Elric menjawab dengan sembarangan.

"Beberapa hari lalu? Kamu yakin?" Saudari Aldric bertanya dengan skeptis.

"Ya, ya, yakinlah." Elric menjawab dengan kesal.

Saudari Aldric merasakan kegelisahan dalam hatinya. Dia tidak percaya dengan jawaban adiknya. Dia yakin ada sesuatu yang disembunyikan adiknya darinya. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan adiknya. Dia berharap bahwa adiknya lebih terbuka padanya.

"Kamu yakin kamu baik-baik saja? Kamu tidak terlihat baik-baik saja." Saudari Aldric berkata dengan lembut.

"Ya, ya, aku baik-baik saja. Jangan khawatir." Elric berkata dengan cepat.

"Baiklah, kalau begitu. Tapi kalau kamu memiliki masalah, ceritakan saja. Aku akan selalu membantumu." Saudari Aldric berkata dengan pelan.

"Terima kasih, kakak. Aku menghargainya." Elric berkata dengan tulus.

Saudari Aldric tersenyum dan menyuruhnya untuk minggir. Dia berbalik dan meninggalkan kamar mandi. Elric menghela napas lega dan menutup pintu kamar tidur. Dia merasa bersalah telah berbohong kepada saudari Aldric, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dia tidak bisa memberitahu kebenaran tentang dirinya.

Elric melihat-lihat kamar yang sekarang menjadi miliknya. Kamar itu tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman dan bersih. Di sana ada tempat tidur, meja, kursi, lemari, dan rak buku. Di dinding ada beberapa foto yang menunjukkan keluarga Aldric. Elric melihat foto orang tua Aldric yang tersenyum dengan hangat dan berpelukan, foto Alice yang berpose dengan cantik, dan foto Aldric yang tampak malu-malu. Elric merasa perasaan asing saat melihat foto-foto itu. Dia tahu bahwa orang tua Aldric sudah meninggal karena kecelakaan tidak diketahui di benua utara saat menjalankan bisnis. Dia tahu bahwa Alice dan bibi mereka adalah satu-satunya keluarga yang tersisa bagi Aldric. Dan dia tahu bahwa dia sekarang tidak memiliki pilihan lain selain menggantikan Aldric sebagai bagian dari keluarga itu.

Elric menghela napas dan berjalan ke meja Aldric. Di atas meja ada beberapa barang milik Aldric, seperti buku-buku, pensil, kertas, jam, dan liotin. Elric mengambil liotin dan membukanya. Di dalamnya ada foto orang tua Aldric yang sama dengan yang ada di dinding. Elric merasakan sesuatu yang aneh di dadanya saat melihat foto itu. Dia merasakan rasa hormat dan kasih sayang terhadap orang-orang yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Dia merasakan rasa ikatan darah yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya dikehidupan elric. Ini membuatnya bingung dengan perasaannya yang baru.

Elric menutup liotin dan meletakkannya kembali di meja dengan hati - hati. Dia berpikir keras bagaimana cara hidup kedepannya untuk membuat dirinya menjadi Aldric tanpa dicurigai keluarganya. Dia berpikir tentang apa yang harus dia lakukan besok, apa yang harus dia katakan kepada Alice dan bibinya, apa yang harus dia kerjakan di pub tempat dia bekerja, apa yang harus dia hadapi selanjutnya. Dia berpikir tentang semua hal yang harus dia pelajari tentang dunia ini, tentang bahasa, budaya, sejarah, geografi, politik, ekonomi, agama, dan lainnya. Catatan ritual yang tidak sengaja dia temukan di buku harian Aldric.

Elric mengambil buku harian Aldric dari laci meja. Dia membuka halaman terakhir yang ditulis oleh Aldric dengan coretan, sebelum bunuh diri. Di sana ada tulisan tangan Aldric yang penuh coretan dan tidak teratur namun masih bisa terbaca, dengan bahasa yang asing bagi Elric.

Hari ini adalah hari terakhirku di dunia ini. Aku tidak tahan lagi dengan semua penderitaan dan tekanan yang aku alami. Aku tidak mau melihat kakak atau bibiku terluka karena ulah geng Breton karena diriku. Aku tidak mau menjadi beban bagi mereka lagi apalagi membuat mereka dalam masalah.

Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupku dengan cara ini, mungkin ini cara agar mereka tidak terkena masalah. Aku sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Aku sudah menulis surat perpisahan untuk kakak dan bibiku yang tersimpan di laci bawah meja. Mereka akan tahu karena aku sering menyimpan hal penting disana. Aku sudah membereskan semua urusanku di pub tempat aku bekerja dengan mengatakan pada paman Arthur bahwa aku berhenti. Namun dia tak mempedulikannya dan memberikanku cuti 1 hari. Aku sudah mengucapkan selamat tinggal kepada kenalanku seperti kakek German pemilik toko antik, bibi Clara pemilik toko roti kakakku bekerja, Samuel dan grace satu satunya temanku, dan paman Henry teman orangtua kami. Dia petualang yang hebat. Aku harap kakak dan bibiku serta mereka bisa memaafkanku atas keputusanku yang bodoh ini. Aku harap mereka bisa bahagia dan damai tanpa aku. Aku harap mereka bisa melupakan aku dan melanjutkan hidup mereka. Aku mencintai mereka lebih dari apapun di dunia ini. Namun takdir melakukan sesuatu yang misterius.

Dan aku juga harap orang yang akan menggantikan tubuhku bisa menjalani hidup yang lebih baik dariku dan menggantikanku. Aku tidak tahu apakah ritual dan mantra itu benar atau tidak, tetapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru. Mungkin itu berhasil jika tidak itu tidak masalah. Aku akan tetap mati. Tidak masalah karena hidupku tak akan berakhir lama jika aku tetap hidup. Aku pasti gila. Aku menemukan ritual dan mantra di sebuah catatan sobek di buku tua milik kakek German. Dia mengatakan bahwa buku itu tak berharga jadi aku mengambilnya.

Ritual itu cukup mudah untuk dilakukan. Aku hanya perlu menyiapkan beberapa bahan dan persiapan. Bahan-bahan itu adalah 7 lilin, korek api, pisau, mangkuk, kertas, pena, dan darah. Aku harus menyalakan lilin dan menulis mantra serta melafalkan mantra yang telah kutemukan, alirkan di kertas dengan darahku. Aku harus meletakkan kertas itu di atas mangkuk dan menusuknya dengan pisau. Menari dengan gerakan aneh. Dan Aku harus memastikan bahwa aku mati dalam waktu kurang dari satu jam setelah melakukan ritual itu. Jika tidak, ritual itu tidak akan bekerja. Dan pastikan ritual dilakukan saat bulan purnama sesuai yang tertulis di kertas itu. Aku akan membersihkan semuanya setelah ritual agar tidak menimbulkan masalah. Termasuk bukunya.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah aku mati. Aku tidak tahu apakah aku akan pergi ke surga atau neraka, atau ke tempat lain yang tidak diketahui. Aku tidak tahu apakah aku akan bertemu dengan orang tuaku lagi, atau dengan orang lain yang kucintai. Aku tidak tahu apakah aku akan bahagia atau menderita.

Yang aku tahu hanyalah bahwa aku sudah menemukan suatu rahasia yang tidak boleh ditemukan. Aku sudah menyerah dengan dunia ini yang penuh dengan kegelapan dan misteri. Aku sudah bosan dengan diriku sendiri yang lemah dan tak berdaya di dunia seperti itu.

Aku ingin pergi dari sini. Aku ingin pergi ke dunia lain. Aku ingin pergi ke tempat yang lebih baik. Tolong maafkan aku Alice, Bibi.

Elric membaca tulisan Aldric dengan perasaan campur aduk dan ngeri. Dia merasakan rasa dendam dan kemarahan terhadap Aldric yang putus asa dan depresi yang telah membawanya kesini. Dia merasakan rasa takut atas apa yang menyebabkan alasan kematian Aldric. Dan dia merasakan sedikit penasaran dan heran terhadap ritual yang membuatnya berpindah jiwa ke tubuh Aldric.

Elric menatap catatan itu dengan seksama. Dia tidak mengerti apa arti dari bahan dan maknanya dan cara kerjanya. Namun dia tahu bahwa bulan purnama yang dimaksud adalah 7 bulan di luar kamarnya.