"Aku sudah menemukan Putra kedua Tuan Bargi," kata White pada si Black dan Chandrea yang mengobrol di sofa. Kalimat itu membuat mereka berdua menoleh.
"Apa yang kau katakan tadi?" si Black menatap.
"Tuan Bargi punya putra lagi, putra kedua dari keluarga Bargi," kata si White.
"Sebenarnya berapa Anak nya?" Black menatap bingung.
"Aku sudah tahu, putranya hanya dua dan yang ini, adalah misi terakhir kita mengambil alih keluarga Tuan Bargi, aku yakin, ini juga akan berjalan lancar, benarkan, Chandrea Queen?" si White menatap Chandrea yang melamun di samping Black.
"Hei, kenapa?" Black menatap bingung.
"Ha... Entahlah, aku punya permintaan, sebaiknya, setelah misi ini berakhir, kita sudah mendapatkan kekayaan masing-masing dan sudah sangat cukup sekali, dari awal kalian yang menyarankan aku yang merupakan wanita pemberontakan yang dengan beraninya masuk ke kawanan gangster untuk mendapatkan kekuasaan, setelah itu menjadi Ratu Jalanan yang termakan kebosanan karena tak tahu harus melakukan apa, lalu kalian menawarkan ku untuk melakukan hal seperti ini, hal ini pun juga sekarang membuat ku bosan," kata Chandrea dengan wajah serius.
Hal itu membuat suasana terdiam, apalagi si Black dan si White tampak saling menatap dengan ragu.
"Jadi, kau mulai bosan dengan permainan ini? Kau tidak mau bermain lagi setelah ini?" si Black menatap.
"Yeah, setelah kita membunuh putra kedua Tuan Bargi itu, aku akan berhenti dan aku sarankan, kita tak pernah bertemu, aku ingin menjalani kehidupan yang biasa," kata Chandrea dengan membuang wajah dan menyilang tangan.
"Baiklah jika itu keputusan mu, Chandrea, kau sudah melakukan banyak kemampuan yang luar biasa dan juga mustahil, jadi mungkin istirahat sejenak dari jalanan maupun aksi pembunuhan tidak akan membuat kita semua keberatan," tatap si White.
Lalu Chandrea terdiam dengan wajah serius, kemudian berdiri. "Aku akan bersiap, aku hanya harus bertemu dengan nya bukan? —
"Tapi, rencana ini cukup sulit," White langsung menyela membuat suasana terdiam.
"Nama dari Putra keduanya ini adalah Tuan Kenrad, dia tak pernah menjalani bisnis di luar tempatnya, jadi bisa di bilang, dia selalu ada di dalam rumahnya, jika ingin membangun kerja sama bisnis dengan orang lain, dia akan mengundang ke rumah nya. Jika pasangan bisnis nya tak mau ke rumahnya, dia juga tak mau berbisnis karena rencana kerja sama bisnis harus dilakukan di rumahnya dengan alasan, dia tak mau keluar dari zona aman nya, apalagi setelah mengatahui Ayah dan Kakak nya yang mati di tangan kita," kata si White.
"Jadi, jika hanya harus menyerangnya di rumah nya?" si black menatap.
Lalu si White mengangguk. "Yeah, tapi itu tidak semudah yang di bayangkan, dia mungkin akan sangat waspada di rumahnya, kita juga tak bisa langsung menyerangnya begitu saja, itu bahaya."
"Kalau begitu, tinggal jadi tokoh utama," kata Chandrea membuat suasana terdiam.
"Apa kau bilang?" si White menatap.
"Aku hanya harus mengatakan akan melakukan janji pertemuan bisnis dengan nya, kemudian dia mengundang ku ke rumahnya, aku menggodanya di ruangan sepi lalu membunuhnya, itu terlalu gampang bukan," Chandrea menjelaskan dengan singkat.
"Hm.... Kupikir itu tak akan berjalan mulus, kita harus memikirkan untuk meyakinkan bahwa Tuan Kenrad mengenal mu sebagai pasangan pebisnis, bukan seorang pembunuh," tatap si Black dengan memegang dagu berpikir.
"Mungkin itu ide yang bagus, kita hanya harus memalsukan identitas Chandrea," si White tiba-tiba mengatakan itu membuat si Black terkejut.
"Apa kau bercanda, kita tak akan memiliki kesempatan membantu Chandrea, bagaimana jika dia tertangkap? Kita tak bisa membantunya," si Black menatap panik.
"Kita harus yakin dengan rencana ini, itu adalah satu satunya cara agar aku bisa cepat keluar dari permainan kalian! Aku sudah muak dengan aktivitas ini," Chandrea langsung bersikap tegas, lalu berjalan pergi, tak ada senyum maupun tawa kebodohan lagi, sepertinya dia memang sudah di ujung kekesalan nya.
Hal itu membuat si White dan si Black saling menatap dengan wajah ragu lalu menelan ludah. "Kita buat saja rencana nya sekarang," gumam si White lalu si Black mengangguk setuju.
***
"Tuan Kenrad, ada pasangan anda yang akan berbisnis dengan membangun kontrak kerja sama, dia meminta pertemuan dengan Anda di luar kota," kata seorang asisten yang masuk ke ruangan penting seorang Pria yang sedang membaca buku di kursinya.
"Berapa banyak dia menawarkan kerja samanya?"
"Sekitar 4 kali lipat dari kerja sama sebelumnya yang sudah berhasil," balasnya lalu Tuan Kenrad menutup bukunya dan menatapnya.
"Katakan padanya aku akan menunggu di rumah ku ini, jika dia tak mau bertemu di rumahku, tidak ada bisnis kerja sama."
"Baik," Asisten nya kembali membalas lalu berjalan pergi. Dengan begitu, dia membuat surat keterangan perjanjian pada kontrak bisnis yang akan datang.
***
Terlihat mobil hitam berhenti di depan gerbang besar sebuah rumah mewah. Di sana ada salah satu penjaga gerbang mendekat ke bangku supir mobil dengan kaca yang terbuka dan di sana, si Black tampak yang mengemudi dengan menggunakan jas hitam nya itu.
"Apa kepentingan mu di sini?" penjaga itu menatap.
Lalu si Black menunjukan kertas persetujuan pertemuan. "Aku mengantarkan klien untuk bertemu dengan Tuan Kenrad, mereka akan melakukan bisnis kerja sama."
Penjaga itu terdiam, lalu mengintip perlahan di bagian bangku belakang, terlihat wanita cantik menatapnya yang rupanya itu Chandrea, dia mengedipkan satu mata pada Pria penjaga itu membuat nya agak tergoda.
"B-baiklah, silahkan," dia akhirnya membiarkan mobil itu masuk.
Kemudian mereka terlihat akan masuk ke dalam rumah, tapi ada beberapa penjaga menghentikan mereka.
"Hanya klien yang bisa masuk tanpa penjaga," kata dia yang bermaksud si White dan si Black tidak boleh ikut Chandrea.
"Boleh aku pinjam kamar mandi terlebih dahulu?" Chandrea menatap.
"Lewat sini," penjaga asing itu mengantarnya dan si Black menatap jauh bersama di White. "Kita hanya harus berdoa," gumam mereka.
Chandrea sudah masuk ke kamar mandi, dia tidak melakukan hal wajar di kamar mandi, melainkan dia mengeluarkan benda terbalut karton dan memasukan nya ke dalam bagian air toilet duduk itu. Sepertinya itu adalah sebuah senjata, kemudian setelah selesai, dia keluar dan penjaga asing tadi masih menunggunya, dia juga mengatakan sesuatu.
"Sebelum bertemu Tuan Kenrad, pastikan Anda tak memiliki senjata, lewat sini untuk pemeriksaan," dia kembali menuntun Chandrea dan dia melakukan pemeriksaan hingga para penjaga saling mengangguk dan mengatakan sesuatu. "Dia bersih," dengan artian Chandrea tak membawa senjata apapun, tentu saja, dia menyembunyikan senjata nya di toilet.
Selain meneliti ada benda seperti senapan, mereka juga memastikan di bagian tubuh Chandrea yang tajam, seperti aksesoris, kuku dan yang lain nya, sehingga Chandrea tak memiliki apapun untuk melakukan pembunuhan.
"Baiklah, Anda sudah bisa menunggu di ruang pertemuan," kata mereka lalu Chandrea berjalan masuk ke ruang pertemuan dan menunggu di sofa.
Dia menatap sekitar. "Seharusnya ini akan mudah, ketika aku berhasil membunuh nya, tentunya aku harus mencari cara untuk keluar dari tempat ini, apalagi penjaga yang begitu ketat," dia memasang wajah kesal sambil menyilang tangan nya.
Di sisi lain, penjaga tadi masuk ke kamar mandi yang di tempati Chandrea tadi, dia menatap ke sekitar tak menemukan tanda apapun, dia masuk untuk memastikan apa yang dilakukan Chandrea tadi.
"Tak ada tanda-tanda dia menggunakan kamar mandi," gumamnya, lalu kebetulan pandangan nya menatap ke arah toilet, seketika dia membuka bagian atas toilet itu, wajahnya menjadi kesal, dia langsung keluar dari sana.
Sementara Chandrea menunggu lama. "Apa aku sudah ketahuan? Kenapa lama sekali?" dia berdiri dari tempatnya dan akan berjalan menuju ke pintu keluar ruangan itu.
Tapi mendadak ada yang membuka pintu dari luar dan rupanya itu Tuan Kenrad sendirian. "Nona Chandrea? Benar bukan?" tatapnya sambil berhenti berjalan dan dia masih di depan pintu.
". . . Ya, aku kemari untuk menjalin bisnis," Chandrea langsung membalas.
"Baiklah, tapi apa kau yakin kau adalah seorang pebisnis? Kau memberikan ku untung yang sangat banyak, apa itu baik-baik saja?"
"Ya, target perusahaan harus tercapai dengan berbisnis dengan mu."
"Oh hahaha.... Bicara mu seperti seorang pebisnis saja, tapi maaf ya, aku sudah tahu siapa kau," Tuan Kenrad tiba-tiba saja menodongkan senjata pistol membuat Chandrea terkejut mundur satu langkah.
"Gawat! Ternyata benar, aku sudah ketahuan!!" dia melihat ke sekitar, dengan cepat dia berlari menyerang Tuan Kenrad membuat Tuan Kenrad kurang waspada, tapi siapa sangka, Chandrea melewatinya begitu saja, dia tidak kabur, melainkan masuk ke kamar mandi tadi.
Dengan buru-buru membuka penutup air toilet dan mengambil senjatanya, ketika karton itu di buka, rupanya isinya memang pistol senapan tapi ia semakin terkejut ketika tak ada isinya. "Sial, isinya di ambil!"
Hingga mendadak, pintu kamar mandi terbuka, beberapa orang datang menodongkan senjatanya termasuk Tuan Kenrad di antara mereka.
"Mencari ini?" Tuan Kenrad menunjukan peluru yang rupanya sudah dia ambil.
Chandrea terdiam tak membalik badan, dia terpatung, tapi wajahnya mencoba tenang.
"Nona Chandrea, aku tahu kau sudah membunuh Ayah ku dan Kakak ku, aku heran padahal mereka memiliki pertahanan diri yang kuat tapi kenapa bisa mati begitu saja hingga aku tahu, yang membunuh mereka sangat menggoda sehingga mereka dikalahkan oleh hasrat mereka yang memudahkan mu, sekarang aku ingin kau mengatakan apakah kalimat ku tadi benar atau tidak dan lemparkan pistol tak berguna dibawah," kata Tuan Kenrad.
Chandrea terpaksa menuruti nya, dia berbalik dan meletakan pistol itu di bawah kemudian mengangkat kedua tangan nya. Tapi sebelum benar-benar menyerah, Chandrea memikirkan sesuatu yang sekarang dilihat oleh Tuan Kenrad.
Dimana bagian dada miliknya, terbuka sedikit menunjukan belahan dada, pakaian Chandrea terbuka sedikit di bagian dada, hal itu membuat Tuan Kenrad terdiam hingga ia mengatakan sesuatu. "Kau tahu Nona Chandrea, mungkin aku bisa meringankan beban mu sekarang," tatapnya.
Di saat itu juga, Chandrea tersenyum kecil dan tertawa pelan. "Ehehhem, aku ingin," tatapnya.
"Ikutlah dengan ku," Tuan Kenrad menatap, dia masih menodongkan pistolnya, tapi dengan cepat, Chandrea mengambil pistol itu membuat Tuan Kenrad sendiri terkejut tak percaya apalagi Chandrea langsung menodongkan pistol itu sangat dekat di kening Tuan Kenrad.
"Selamat tinggal, kau juga di kalahkan oleh hasrat mu sendiri," tatapnya seketika menembakkan peluru tepat di kening Tuan Kenrad membuat kepalanya langsung bocor dan mengalirkan darah di akhiri dia tumbang mati di tempat.
Pistol itu pastinya menimbulkan suara yang keras, Chandrea segera mengambil bajunya dan memakainya, dia keluar dari ruangan itu dan berlari dari lorong sementara di arah lain, orang-orang masuk ke ruangan tadi.
"Suara apa tadi?" mereka berjalan masuk dan betapa terkejut nya, mayat Tuan Kenrad sudah tak bisa bergerak membuat mereka terkejut tak percaya.
Sementara Chandrea sudah berlari keluar dari rumah itu, di sana ada si White dan si Black menunggu di mobil.
"Oh, lihat itu," mereka menatap dari kaca depan mobil bahwa Chandrea berlari ke arah mobil mereka.
"Nyalakan mobilnya!!" teriaknya membuat si Black menyalakan mobilnya.
Kemudian Chandrea masuk dan si Black langsung menginjak gas pergi dari sana.
Chandrea bernapas cepat dan mencoba menjelaskan. "Ha.... Ha.... Baiklah, aku sudah selesai, urus kasus itu sendiri."
"Itu bagus, itu hebat, kau benar-benar sungguh luar biasa, Chandrea," tatap si White menatap ke belakang.
"Baiklah, itu sudah cukup, sekarang apa yang akan kita lakukan?" Chandrea menatap.
"Kau bilang kita akan beristirahat sejenak dari hal ini, jika kami bisa tahu, apa yang akan kau lakukan?" tanya si White.
"Tidak banyak, aku ingin kalian membantu ku membangun identitas baru, aku ingin menjadi wanita kampus biasa, mungkin bersosialisasi akan mudah dan tidak membosankan," kata Chandrea.
Seketika, si White dan si Black langsung terkejut tak percaya. "Ka-kau bilang, kau akan menjadi wanita kampus? Apa kau akan belajar?"
"Tidak juga, aku ingin cari orang yang menarik, aku yakin aku tidak akan cepat bosan," kata Chandrea membuat mereka kembali terdiam.
Dan begitulah, Chandrea memutuskan untuk membeli apartemen lalu mengusir si Black dan si White. Juga memutuskan menjadi wanita kampus dan sekarang malah keluar dari sana dan mulai fokus pada Jalanan Sang Ratu.