webnovel

Chapter 29

Setelah minum bersama, salah satu di antara mereka bahkan tak ada yang mabuk termasuk Chandrea sekalipun. Bahkan di meja mereka ada banyak sekali gelas ber.

"Akh!" si Black menghabiskan gelasnya dan menatap jam. "Baiklah, sudah saatnya membahas rencana berikutnya," tatapnya.

"Yah, kita pergi sekarang," si White menambah. Lalu mereka berdiri dari kursi mereka, kemudian terlihat Black mengangkat satu tangan menarik perhatian pemilik bar. "Bos, seperti biasa!"

"Yoh!" pemilik kedai membalas dengan lambaian tangan yang sama dan mereka bertiga bisa pergi.

Mereka pergi menggunakan mobil, si White dan si Black ada di bagian bangku depan dan Chandrea di bangku tengah.

Ketika mobil berjalan di tengah jalanan besar itu, tak sengaja Chandrea menoleh ke sebuah Kampus besar yang ada di pinggir jalan, itu membuat nya terdiam berpikir.

"(Apa rasanya menjadi wanita biasa?)" pikirnya, dari sanalah dia mulai berpikir soal kehidupan yang harus berubah, tapi dia tidak merencanakan nya sekarang karena masih ada banyak rencana yang harus dia lakukan.

Setelah itu, mobil sampai di tempat rumah yang sangat besar, mereka bertiga turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah besar itu yang jelas milik Chandrea.

"Aku sudah menemukan nya!" si Black menunjukan foto seorang pria muda dengan pakaian yang sangat rapi dan pastinya itu adalah korban selanjutnya.

Lalu Chandrea melihat. "Siapa orang asing itu?" ia bertanya dengan bingung.

"Orang asing itu merupakan putra dari seseorang yang berkuasa dan tentunya, putra dari Tuan Bargi, target yang kau bunuh kemarin," balas si White.

"Dia putranya? Sebenarnya berapa putranya itu?" Chandrea menatap.

"Belum di ketahui, sejauh ini aku hanya menemukan nya dan nama dari orang ini adalah Tuan Omri, dia murni putra pertama dari Tuan Bargi."

"Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk membunuh nya? Apa aku harus berenang lagi?"

"Tidak, orang ini bisa dikatakan sangat sibuk, tapi jika dia ingin menikmati wanita, bukan wanita yang datang ke rumah nya melainkan dia sendiri yang datang ke tempat wanita, dan yang harus kau lakukan hanyalah membunuh nya saja, sebagai orang yang tak akan di curigai, adalah menjadi Geisha," kata Si White.

Chandrea menjadi terdiam menatap datar lalu si Black mendekat membawa baju dan peralatan merias wajah untuk seorang Geisha yang artinya penghibur dalam bahas Jepang.

"Kenapa harus Geisha? Ini amerika,"

"Itu karena pria ini lebih suka wanita jepang, dan kebetulan ada satu tempat yang bahkan dia dirikan sendiri untuk dinikmati sendiri juga, jadi kita hanya harus ke sana,"

". . . Baiklah, eheheemmm…" Chandrea membalas dengan tawa nya yang sekarang akan menjadi tawa biasa maupun khas nya. Dia mulai mengambil peralatan rias itu dan mempercantik dirinya meskipun sudah cantik dari lahir.

"Tapi, kita harus pikirkan senjata yang akan di gunakan," tatap White.

"Oh, itu benar, hampir lupa.... Geisha akan di periksa dulu apakah dia membawa senjata atau tidak, jika Chandrea tidak membawa senjata, maka apa yang digunakan untuk langsung membunuh korban sekali tebas? Kita juga tidak di perkenankan masuk ke kamar Geisha," tambah Black.

"Bagaimana jika di selipkan sedikit saja?"

"Apa yang mau di selipkan, senjata kecil tak akan mempan."

"Kalau begitu biarkan Chandrea memanfaatkan barang-barang tajam yang ada di kamar," White menatap tapi Black kembali tidak setuju. "Barang-barang di sana bisa meninggalkan jejak sidik jari."

"Kalau begitu, biarkan dia mencekik," si White menatap.

"Itu juga akan meninggalkan bekasan, lagi pula Chandrea tak akan kuat jika harus mencekik pria yang punya leher keras sepertinya," Black membalas membuat White terdiam berpikir, si Black pun juga harus berpikir, mereka harus tepat dalam menggunakan sesuatu untuk membunuh target selanjutnya itu.

Lalu terdengar Chandrea asik sendiri. "Ehehemm... Lihat ini aku belajar memanjangkan kuku," dia menatap bodoh. Kuku nya yang panjang dan sangat cantik dia buat sendiri dalam waktu singkat ketika White dan Black bicara.

Seketika Black dan White langsung tersenyum kecil. "Ide yang bagus, Ratu...." kata mereka bersamaan.

Terlihat di sebuah tempat kuno seperti kediaman Jepang, tampak Chandrea berjalan ke sana masuk, dia bertemu dengan seorang pemilik kediaman yang merupakan seorang wanita paruh baya.

"Apa yang mau kau inginkan di sini?" dia menatap datar.

"Aku ingin menjadi pelayan di sini," tatap Chandrea, dia masih menggunakan pakaian biasanya, bahkan pakaian yang bisa di bilang casual tanpa riasan apapun.

Pemilik tempat menatap dari bawah sampai atas dan mengangguk. "Baiklah, aku ingin tahu seberapa banyak kamu bisa merias tubuh mu, meskipun aku lihat tubuh mu sudah sangat memenuhi kriteria dan bahkan begitu langka, masuk ke kamar ini dan jangan lupa kau harus menjaga sikap mu," kata wanita itu menunjukan kamar di sana.

Karena kedatangan Chandrea itu membuat semua pelacur di sana mengintip. "Dia sangat cantik, juga seksi, apakah dia memang benar pelacur baru?"

"Bukankah pelacur di sini harus dari keluarga penjualan dan harus menjadi budak dari kecil, pastinya dia menjadi pelacur terbaik."

"Aku takut dia akan menggoda Tuan Besar yang akan datang hari ini."

"Oh, iya benar, akan ada Tuan Besar datang..." mereka malah membicarakan hal itu dan Chandrea menjadi bahan pembicaraan mereka.

Di dalam, Chandrea menyiapkan dirinya dan tak lama kemudian, pemilik tempat datang masuk membuat Chandrea terkejut sebentar karena dia menyiapkan senjatanya yakni kuku kuku cantik nya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" pemilik tempat menatap curiga.

"Oh uh, aku hanya merias diriku ini ehehemm..." dia menunjukan wajah nya dengan riasan khas Geisha tanpa sadar, kukunya yang panjang dan cantik.

"Hm, kau pandai merias wajah, setelah ini, bersiaplah ya, akan ada pemilihan untuk Tuan Besar yang datang, kamu pasti di pilih karena kamu sudah terlihat menggoda," kata pemilik tempat yang berbalik dan berjalan pergi.

Di sini, Chandrea memasang wajah tersenyum kecil merencanakan sesuatu.

Sementara itu di sisi White dan Black, mereka terbaring di atap sebuah rumah yang dekat dengan kediaman, mereka seperti memata matai dan menunggu waktu.

"Kenapa Tuan Omri belum datang?" tatap si Black yang sepertinya sudah lelah menunggu.

"Sebentar lagi, tuh lihat, udah datang," si White menunjuk mobil putih yang datang dan keluar beberapa orang yang mengikuti orang penting yakni Tuan Omri sendiri, dia memang pria muda yang berkharisma.

Masuk ke dalam dan langsung di sambut pemilik kediaman. "Selamat datang Tuan Besar, untuk menikmati malam ini, sudah ada beberapa penghibur cantik yang melepaskan beban pikiran anda, kami sudah menyiapkan nya," pemilik tempat menunjuk beberapa pelacur cantik di sana yang duduk rapi dan sangat anggun, mereka menatap dengan senyuman yang sangat cantik dan menggoda.

Tapi pemilik tempat menatap bingung. "Hei, kemana pelacur barunya?" dia bertanya tanya.

"Pelacur baru?" Tuan Omri menatap.

Tapi ada yang langsung datang membuat mereka menoleh dari ruangan tempat keluarnya yang rupanya Chandrea, dia menatap mereka semua dan hanya tertawa kecil. "Ehehehm..." dia menatap pada Tuan Omri.

Seketika, kesan pertama datang, jatuh cinta pada pandangan pertama milik Tuan Omri, tatapan nya bisa terlihat jelas bahwa dia tertarik dengan Chandrea. "Apa itu pelacur baru nya?" dia menatap pemilik tempat.

"Ah, iya, dia pasti beruntung karena di pilih anda."

"Aku mau dia," kata Tuan Omri.

Lalu pemilik tempat mengangguk, dia kemudian menatap Chandrea. "Bersiaplah di kamar itu, kamu akan melayani Tuan Besar," tatapnya.

"Ehehemm... Baik," Chandrea mengangguk senang dan berjalan ke kamar yang di tentukan sementara Tuan Omri mengobrol sebentar soal apapun yang tidak penting.

Tapi dia memotong pembicaraan karena tak sabar melakukan nya di kamar. "Ah, aku akan melakukan nya langsung saja, soal obrolan kerja sama, nanti dulu," dia mengendurkan dasinya dan berjalan langsung ke kamar dimana Chandrea berada.

Pemilik kediaman menatap semua pelacur di sana yang tampak kecewa. "Yah.... Kita tak bisa mencuri lirikan nya."

"Kita kalah sama yang baru."

Lalu pemilik kediaman menatap. "Kalian tak bisa menjaga tubuh kalian sih," tatapnya membuat semuanya langsung tersinggung.

Sementara itu, putra dari Tuan Bargi yakni Tuan Omri itu menatap nya dengan datang dari gorden yang cantik, masuk ke perendaman hangat dan ada Chandrea yang tampil cantik di luar kolam pemandian air panas.

"Wah, ada kolam air panas rupanya... Hm..." Tuan Omri tampak tak sabar.

"Aku akan memijat mu dan melayani mu selama kamu mandi," kata Chandrea dengan tatapan menggoda.

Hal itu membuat nya langsung tergoda dan mendekat mengulurkan tangan nya langsung memeluk Chandrea. Dia langsung melecehkan Chandrea, mencumbuinya terus menerus dengan sangat cepat.

"Begitu wangi, bersih dan lekuk tubuh mu sangat enak..." dia terus melanjutkan nya dan bahkan ketika dia akan mencium bibir Chandrea.

Mendadak saja, Chandrea tak sabar dengan langsung kesal dia mendorong nya dengan cepat menebaskan tangan nya di leher putra Tuan Omri itu yang langsung menjadi berbekas darah cakaran kuku.

Hal itu langsung membunuhnya dengan wajah tak percaya dan terjatuh di kolam pemandian itu membuat darah merubah air kolam dan Chandrea menatap tangan nya, kukunya menjadi terkena darah.

"Kuku cantik ku," rupanya dia memang membunuh dengan menebas leher Tuan Omri menggunakan jari cantik nya yang sekarang ia menatap darah dari kukunya.

Sementara itu si White dan si Black masih menunggu, lalu si White menatap jam tangan nya. "Baiklah, sudah, ayo sekarang," dia bangun lalu mereka turun dari tempat mereka langsung ke bagian samping tempat pelacuran itu.

"Apakah kamar ini?" bisik si Black, lalu si White mengangguk.

Kemudian si Black mengeluarkan sebuah kapak dari tas ransel yang ia bawa, kemudian menebas tempat itu karena rumah itu sepenuhnya terbuat dari kayu kuat.

Chandrea menatap ke samping dan melihat tembok kayu itu hancur dan kelihatan si White dan Black ada di luar.

"Waktunya berteriak, Chandrea," tatap mereka.

Lalu Chandrea tersenyum kecil dan mengirup udara.

Di sisi luar, semuanya tenang-tenang saja, tapi tiba tiba saja ada yang berteriak dari kamar Chandrea pastinya itu Chandrea membuat semua orang terkejut dan langsung masuk ke dalam.

Siapa sangka, mereka langsung melihat mayat Tuan Omri dan bekas bajakan kapak di bagian yang di hancurkan oleh si Black tadi.

Mereka membuat nya seolah olah adalah penjahat yang membunuh Tuan Omri dan menculik pelacur dengan menjadi penyusup, semuanya panik dan sekarang pemilik tempat di tuntut atas kematian Putra Pertama Tuan Bargi. Rencana mereka bertiga selesai.