webnovel

Chapter 10

Jika membahas soal wanita yang bernama Chandrea Queen, yang saat ini dijuluki sebagai Ratu Jalanan kelas berat yang memiliki sikap yang sangat pemberani dan begitu arogan di mata banyak orang yang mengagguminya.

Di kenal sebagai sosok yang begitu keras, di ujung negara Amerika Serikat, di bagian jalanan kotor lain nya, dia hanya bisa di panggil sebagai Chandrea, Sang Ratu Jalanan, di sebut sebagai Ratu Jalanan karena dia terkenal di jalanan kotor, kriminal pembunuhan dan yang lain nya.

Jika datang di kawanan singa buas yang merupakan penggambaran sosok pemeras jalanan, dia hanya akan datang dengan tangan kosong dan senyum tipis di bibirnya, kita tak tahu bagaimana dia bersikap seperti sosok keras pada mereka yang juga di kenal pemeras jalanan yang tak akan pernah punah.

Banyak yang tidak kenal dengan nya jika mereka di bagian manusia yang tak peduli apapun, manusia yang tak pernah termakan sosok pemeras jalanan. Tapi bagi pemeras jalanan sendiri, mereka akan mengetahui sosok ini.

"Dulu, dia hanyalah seorang gadis ingusan yang bahkan tak bisa berpikir dengan baik."

"Tapi, apakah itu benar?"

Mereka sering mendeskripsikan nya sebagai wanita super cantik, wanita 100 persen sempurna, dan wanita dengan tatapan yang sangat datar, mau bagaimana lagi, bukankah sudah di sebutkan di awal kalimat, bahwa dia adalah sosok yang begitu arogan sekali.

Meskipun dia wanita, garis kelemahan wanita di dunia Ini, layaknya dia tidak memilikinya sama sekali, dimana dia lebih bisa menyaingi lelaki, bahkan yang bisa bertarung sekalipun.

Chandrea di sebut juga sebagai monster, setelah dia benar-benar menemukan jati dirinya, dia membunuh beberapa orang bahkan mereka yang dulunya lupa mencintainya.

"Setelah ini, ikutlah kami untuk ke tempat seniman pelukis wajah, kamu bisa mendeskripsikan nya untuk kami mendapatkan petunjuk tentang orang itu," kata Marito yang berjalan di ikuti Chandrea, mereka berjalan ke ruangan dimana banyak sekali polisi dengan meja kantornya yang berantakan akan kertas yang berserakan.

Ketika tahu Marito membawa seorang gadis, mereka langsung menatap ke arah nya. "Woo … apa itu gadismu?"

"Kecil sekali, wkwk," mereka bercanda menatap Marito yang melirik ke Chandrea sambil mengatakan sesuatu.

"Jangan khawatirkan mereka, dan teruslah berjalan megikuti ku."

Chandrea yang mendengar itu hanya bisa terus mengikutinya, tapi ia menjadi terdiam ketika menoleh ke sesuatu, yakni ke majalah dinding di sana, ada beberapa orang yang wajahnya di pajang di kertas dan bertuliskan.

"Kriminal buronan tinggi."

Di saat itu juga, Chandrea terkejut dan langsung berhenti berjalan membuat Marito meninggalkan nyatanpa sadar, tapi Marito tersadar Chandrea tidak mengikutinya membuatnya langsung berbalik menatap Chandrea yang terpaku untuk terfokuskan di salah satu poster buronan wajah itu.

"Hei, kenapa, kita tak ada banyak waktu, jadi ayo," Marito memegang tangan Chandrea untuk segera melakukan pendeskripsian wajah.

Tapi Chandrea terdiam dan malah menunjuk ke salah satu poster itu membuat Marito juga melihat ke arah sana.

Tepatnya di salah satu poster buronan tinggi itu, Chandrea bisa menunjuk dengan tepat, awalnya dia juga tidak mengatakan sepatah kata apapun, tapi kemudian dia bicara.

". . . Tidak perlu melakukan pendeskripsian wajah, karena sudah ada wajahnya," kata Chandrea seketika Marito terkejut dan berjalan buru-buru menunju ke salah satu poster dan mencabutnya. "Apakah yang kau maksud adalah orang ini?!" Marito menatap lalu Chandrea mengangguk pelan.

Wajah Marito tampak khawatir dan cemas, bahkan dia menjadi memegang kepalanya. "Astaga, apa kau tahu siapa dia…. Dia adalah salah satu orang ternama yang begitu buruk di jalanan kota, dia memiliki berbagai deret anak buah yang bahkan memiliki kriminalitas tinggi, berbagai dari anak-anak buahnya itu pernah melakukan kekerasan, pembunuhan, bahkan pemerkosaan pada banyak orang yang tidak bersalah. Juga, orang ini merupakan bos mereka, dia sendiri memiliki pekerjaan yang sangat berat untuk polisi menangkapnya, yakni jual beli organ tubuh manusia, ganja, obat dan yang lain nya, dia termasuk kriminalitas tinggi," kata Marito menjelaskan dengan sangat panik tapi Chandrea berwajah serius.

"Apa kamu pikir dia akan mencariku juga?" tatapnya, di saat itu juga Marito baru sadar akan sesuatu, dia langsung menatap ke arah Chandrea dengan tatapan cemas.

"Kau benar…"

Mendengar itu membuat Chandrea terdiam menatap, tapi ia juga terbingung. "Apa maksudmu?"

"Maksudku adalah, karena kau adalah salah satu saksi yang menyaksikan tempat itu di sana, apalagi mereka juga pastinya sekarang mencari mu, tapi jika mereka tahu bahwa kau sudah bekerja sama dengan kami anggota kepolisian, maka mereka mungkin akan membunuhmu?"

"Kenapa memilih membunuhku?"

"Itu karena, dalam rencana mereka, ketika ketua sudah melakukan kriminalitas, apalagi tidak ada kamera perekaman, kau masih ingat mereka membersihkan TKP dengan sangat baik, kan?"

"Ya, itu benar, semuanya di bersihkan oleh mereka tanpa terkecuali."

"Kalau begitu, mereka lupa membersihkan saksi, ketika mereka tahu saksi tempat itu adalah kamu sendiri, mereka akan melakukan penawaran untuk mu, yakni uang untuk tutup mulut, tapi berhubung karena saksi sepertimu di temukan oleh anggota kepolisian yang membuatmu harus bekerja sama dengan kebaikan kami memberantas kriminalitas, mereka pasti akan membunuh mu."

"Aku tidak mempercayai itu, jika memang tawaran nya uang, kenapa aku tidak memilih untuk tutup mulut saja," Chandrea menatap dengan sangat meremehkan petugas polisi yang bahkan tidak memberikan nya uang muka.

Hal itu membuat Marito kesal. "Bukankah aku bilang akan memberikan uang nya setelah kau benar-benar memberitahu orang nya?"

"Ya kan aku sudah memberitahunya, sekarang mana uangnya," Chandrea menjadi mengulurkan tangan dengan enteng meminta uang padanya.

"Baiklah, ikut aku," Marito pasrah dan berjalan duluan dengan Chandra yang langsung mengikutinya.

Ketika sampai di kantor Marito yang berantakan, dia mengambil sesuatu dari laci mejanya dan rupanya itu adalah karton berisi uang tebal yang langsung di ulurkan ke Chandrea yang tersenyum kecil mengambilnya, bukan nya langsung berterima kasih, dia membuka karton itu dan menghitung uang nya. "Wah... Ini bahkan lebih banyak... Terima kasih," kata Chandrea.

"Hm... Sekarang pergilah, cari tempat tinggal dengan uang itu, jika perlu, sebaiknya aku sarankan kau masuk saja ke panti asuhan karena kau masih kecil."

"Memang nya kenapa jika aku harus tinggal sendirian, bukankah itu hal yang biasa di sini untuk gadis kecil sepertiku sendirian?" Chandrea menatap tajam.

"Tidak ada salahnya, hanya saja kau masih kecil, bukankah lebih enak di urus?" Marito menatap.

Tapi Chandrea hanya terdiam dan menghela napas pasrah. "Aku tak suka di asuh..." balasnya yang kemudian berjalan pergi membuat Marito menjadi terdiam menatap.

Ia menjadi terdiam karena perkataan Chandrea tadi. "(Apa maksudnya? Hm... Mungkin aku bisa berpikir sebentar, ketika aku pertama kali bertemu dengan nya, dia sendirian dan dia mengaku tidak dilahirkan, itu artinya, perkataan nya yang sangat terkutuk itu berhubungan erat dengan perlakuan orang tuanya.... Kasihan sekali, dia pasti tidak bisa tumbuh jadi dewasa, umurnya juga tidak akan lama...)" Marito tampak prihatin sambil menggeleng kepalanya.

Sementara itu, Chandrea berjalan dengan senang. "Akhirnya aku bisa makan... Makan enak.... Enak sekali..." dia tersenyum dari tadi dengan masih menggunakan bajunya yang rapi.

Tapi tiba-tiba saja, ada yang menghalangi jalan nya membuat Chandrea langsung berhenti dan menatap dengan cara menengadah karena orang itu sangat tinggi.

Tepatnya sekarang pria dengan tatapan tajam, dia seperti kesal, dan bahkan langsung menarik kerah Chandrea membuatnya agak terangkat.

"Jalang kecil...!!" tatapnya yang kemudian dengan kasar melemparkan nya ke mobil membuat Chandrea terkejut dan menatap dengan tatapan kosong.

Pria aneh tersebut menghalangi pintu mobil tengah sambil memprovokasinya. "Katakan padaku, apa kau saksi dari pembunuhan kemarin? Kau bekerja sama dengan polisi? Katakan padaku, cepat!!" dia mengatakan nya dengan sangat kasar.

Chandrea tak tahu harus menjawab apa, dia bahkan masih terlihat bingung. Hingga pria itu menambah lagi. "Sialan, aku akan membunuh mu," dia menutup pintu dengan keras dan mulai menjalankan mobilnya.

Kemudian mobil itu berhenti di sebuah gang yang sangat gelap sekali, bahkan Chandrea terdiam melihat sekitar hingga pria itu keluar dan langsung menarik lengan nya, dia di bawa ke tempat sarang dimana bawahan gang mafia itu ada di sana.

Seperti sebuah gudang yang gelap dan satu meja penuh dengan senjata membuat Chandrea masih terdiam berdiri.

Pria itu mengambil salah satu pistol. "Dengarkan aku, kau jalang kecil, jika kau tidak bekerja sama dengan polisi, kau mungkin akan dapat bayaran tinggi dari kita... Aku merupakan bawahan dari orang yang membunuh kemarin, karena kau telah membocorkan identitas dan TKP kemarin, kau harus mati," kata dia yang langsung menodongkan pistol di leher Chandrea membuat Chandrea mengangkat lehernya dengan wajah yang sangat kesal.

Tapi pria itu terdiam sebentar ketika melihat leher Chandrea, sepertinya dia baru saja tertarik dengan nya karena dia menjadi menarik pistolnya dan menatap Chandrea. "Tunggu di sini..." sambil meletakan pistolnya di meja dan mengambil sebuah selimut kotor dan meletakan nya di bawah, sepertinya dia akan melakukan sesuatu pada Chandrea yang masih kecil.

Tapi faktanya, Chandrea menatap tajam dan tanpa takut, bahkan ketika orang itu sibuk menyiapkan, Chandrea menatap pistol itu dan langsung mengambil nya. Dia bahkan memanfaatkan kelengahan pria tersebut dan langsung menembak punggung pria itu.

"Akh!! Sial!!" dia langsung menoleh dengan kesal, tapi Chandrea tanpa takut menembak beberapa kali dia hingga mati jatuh ke bawah. Tatapan Chandrea tak berubah, dia hanya memasang wajah dendam.

Karena suara yang sangat keras itu, membuat beberapa bawahan lain langsung masuk. "Apa yang terjadi?!" tapi belum sempat mereka melihat apa yang terjadi, Chandrea langsung menembaki mereka satu persatu tanpa ampun, bahkan mereka yang sudah mati pun masih dia tembaki hingga pelurunya habis.

Ia menatap tajam dan melemparkan pistol itu, tapi mendadak, dia yang terengah engah menjadi perlahan tersenyum dan tertawa gumam nya.

"Ehehehemmmmm.... Hahaha...." dari sanalah, monster di ciptakan.

"Monster..."