webnovel

Jadi Pahlawan Lagi?

Entah karena kesialan atau keberuntungan, Sakaki Hiyama baru saja dikirim ke sebuah dunia lain setelah mati gara-gara tertabrak truk dan tercebur masuk ke dalam sungai dalam keadaan mabuk. Di luar dugaan dia ternyata dikirim ke sebuah dunia lain yang dulu pernah diselamatkannya pada saat dia masih berumur 16 tahun, Eos. Dimulailah kehidupan Sakaki yang damai di dunia lain. Setidaknya aku, Sakaki, yang menarasikan semua ini berharap hal tersebut akan terjadi kepadaku tapi ternyata malah sebuah kehidupan yang penuh akan petualangan berbahaya dan juga pertarungan menantiku. Kenapa aku kembali jadi [Pahlawan] sih?!

MikaMika · ファンタジー
レビュー数が足りません
26 Chs

Chapter 8

Baik Kaito maupun anggota haremnya akhirnya menghilang dari pandangan mata setelah mereka memasuki pintu masuk yang mengarah ke Distrik Dalam sekaligus Kastil dari Ibukota dimana di sana sang Raja dan keluarganya hidup.

Mereka dijaga dengan ketat oleh beberapa prajurit yang terlihat sudah terlatih sehingga jika ada ancaman maka para prajurit tersebut bisa dipastikan dapat mengatasinya.

Sepertinya sudah tidak perlu mengkhawatrikan keselamatan dari ketiga orang itu…

Sekarang, bagaimana caranya mengatasi situasiku sendiri?

Gara-gara tindakan sang Tuan Putri dimana dia berpura-pura tidak mengenal siapa diriku, akhirnya diriku seorang, Sakaki Hiyama ini, tidak mendapatkan ijin untuk masuk ke Distrik Dalam, jadi apalagi masuk ke Kastil bahkan melewati jalan menuju Kastil itu sendiri adalah hal yang mustahil.

Sebenarnya aku bisa saja memaksa masuk ke dalam… tapi eh, hal semacam itu terlalu merepotkan dan juga membahayakan orang lain…

Pasti Lumia juga memperhitungkan sifatku juga setelah dia melihat bagaimana tingkahku pada saat kami awal bertemu di kuil Jarnus dan dia menyadari kalau aku tidak berubah terlalu jauh daripada diriku saat 8 tahun lalu jadi dia tahu kalau aku tidak akan bisa masuk tak peduli apapun yang kulakukan, semakin bertambahnya usia dia jadi semakin cerdik juga.

Mengendap ke dalam bisa menjadi salah satu pilihan tapi pada akhirnya itu tidak bisa kulakukan karena ada kemungkinan aku perlu menghadapi beberapa penjaga juga sebelum bisa benar-benar masuk ke dalam… ehh, aku tidak menginginkan sebuah konfortasi.

Selain itu…

"Hmm, Sakaki-san?"

Cara-cara itu tidak bisa kulakukan karena adanya sebuah keberadaan yang tak bisa kutinggalkan.

Yaitu keberadaan dari sang gadis dengan tubuh mungil bernama Shigure, Hayamaru Shigure, yang berada di sisiku dan sedang kulirik dan dia sepertinya mempertanyakan alasan dibalik mengapa sebuah lirikan diarahakan kepada dirinya.

Aku tidak ingin terlihat seperti seseorang yang menjijikan jadi dengan segera aku mengalihkan pandangan mataku ke arah salah penjaga yang berada di sana.

Mereka semua sama seperti penjaga yang mengawal Kaito dan lainnya ke dalam, semuanya terlatih dan pedang yang dibawa di pinggul mereka bukanlah hiasan belaka, mungkin mereka berada satu tingkat di atas para prajurit Mestala yang sebelumnya kami hadapi.

Fumu, fumu, sepertinya keputusanku untuk tidak melakukan pemaksaan masuk adalah hal yang tepat demi Shigure.

Sekarang…

Yang harus kami lakukan adalah melakukan sesuatu terhadap gerobak yang berada di depanku sekarang.

Aku tidak benar-benar membutuhkannya walau aku sudah mengatakan kepada sang penjaga pintu depan kalau kami adalah pedagang, namun sumpah aku sama sekali tidak memiliki niat untuk berdagang dan hanya ingin menyembunyikan identitas pahlawan lainnya jadi aku terpaksa berbohong.

Walau di saat itu aku mengatkan kalau diriku menggunakan 'lidah emas' tapi jujur aku ini benar-benar payah dalam berbicara dengan orang lain karena aku hanya mengatakan apapun yang kuinginkan tanpa pernah benar-benar memikirkan konsenkuensinya.

Sebagai hasilnya; aku tidak memiliki banyak teman di dunia sebelumnya, benar-benar sebuah pengakuan yang tidak penting bahkan lebih terkesan merendahkan kembali diriku lagi.

Setelah berpikir selama beberapa saat akhirnya aku menemukan solusi untuk apa yang harus kulakukan terhadap gerobak ini.

"Benar juga…"

"Ada apa, Sakaki-san?"

"Kenapa aku tidak memikirkannya lebih awal."

"Ehm…"

"Shigure."

"Iya?"

"Kau tidak keberatan kalau kita menjual gerobak itu beserta isinya juga hewan yang menariknya?"

"Eh, menjualnya?"

Benar, hal yang paling simpel perlu untuk dilakukan pada situasi seperti ini adalah menjualnya, layaknya sebuah game RPG melakukan jual-beli tentu sudah menjadi hal yang wajar di dunia dengan sistem ekonomi yang sudah terbentuk ini.

Aku lalu menganggukan kepalaku selama beberapa kali lalu tersenyum dengan penuh akan kepercayaan diri.

"Kita bisa mendapatkan uang sekitar 70 atau lebih Koin Silver."

"Uhm… apakah itu banyak?"

"Kau bisa membeli sebuah set pakaian zirah dengan senjatanya juga yang biasa digunakan oleh para prajurit Kerajaan kelas atas dengan uang sebanyak itu."

"Bukankah itu berarti lumayan?"

"Benar sekali!"

Sebuah gelimangan cahaya keluar dari mata milik Shigure begitu dia mendengar perkataanku, di luar dugaan gadis ini lumayan mudah semangat.

Akhirnya, kami memutuskan untuk melakukan rencana yang dicetuskan oleh diriku ini.

—***—

"Haaaaaaah~."

"Sakaki-san, jangan memasang wajah seperti itu, setidaknya kita mendapatkan uang dari penjualan tadi."

"Tapi…"

Kami berjalan keluar dari General Store yang tadi sempat kami masuki untuk menjual Gerobak serta barang dan hewan yang menarik gerobak, sementara diriku memasang wajah yang menunjukan keputusasaan akibat hal yang kuperkirakan dengan penuh akan kepercayaan diri tak terjadi, Shigure berada di sisiku berusaha untuk menenangkanku.

Alasan mengapa aku bisa berada di kondisiku sekarang adalah karena sebuah transaksi yang buruk antara aku dengan si pemilik General Store.

Ternyata, barang-barang yang dijarah (dari para bandit) adalah barang-barang lama sehingga harga jual mereka menurun, jadi barang bawaan kami yang seharusnya bisa terjual sekitar 20 Koin Silver malah mendapatan harga 10 Koin Silver saja.

Sementara itu pemasukan terbesar justru berasal dari gerobak dan hewan penariknya, harga mereka sungguh di luar dugaan, kami mendapatkan 30 Koin Silver!

Sungguh sebuah kejutan yang mematahkan perhitunganku…

Kalkulasi yang kubuat terkesan sia-sia dan dari awal aku memang sama sekali tidak memiliki keahlian berhitung dan perkiraan harga yang bagus…

Kami pada akhirnya mendapatkan 40 Koin Silver.

Digabungkan dengan uang yang kami miliki sekarang jumlahnya 50 Koin Silver maka aku bisa bilang kalau jumlahnya sebenarnya lumayan.

Di Astalfit, sistem uangnya seperti ini; terdapat 4 macam jenis uang yang digunakan oleh Kerajaan ini yaitu terdiri dari Copper, Silver, Gold, dan White Platinum.

1000 Koin Copper = 1 Silver.

100 Koin Silver = 1 Gold.

10 Koin Gold = 1 White Platinum.

Penggunaan dan sistem uang macam ini memang amatlah mirip dengan beberapa game tapi seperti inilah uang di dunia ini, setidaknya di Astalfit.

Dapat kalian simpulkan sendiri jika uang yang kami miliki sebenarnya cukup banyak untuk sebuah kelompok yang terdiri dari dua.

Oh, aku lupa mengatkan ini tapi Koin White Platinum sangat jarang digunakan, memiliki satu Koin ini saja biasanya sudah menunjukan kalau dirimu adalah seorang bangsawan.

Shigure yang berada di sebelahku sedari tadi berusaha untuk membuatku menjadi lebih bersemangat lagi setelah melihatku berada di fase putus asa, dia memang gadis yang baik tapi tetap saja paman ini sudah terlanjur pamer sehingga aku merasa sedikit bersalah begitu mata kami bertemu jadi sebisa mungkin aku menghindari kontak mata.

"Ahh, seandainya aku sedikit memaksa penjual itu tadi maka mungkin saja kita bisa mendapatkan harga yang sedikit lebih baik."

"Tidak usah sampai berlebihan begitu, Sakaki-san. Anda sudah melakukan segala hal yang anda bisa walau anda kesusahan untuk mengikuti arah pembicaraan."

"Ah, ternyata kau juga sadar soal itu ya… aku ingin menggali lubang lalu bersembunyi di dalam sana…"

"Tidak apa, tidak apa. Setidaknya dengan ini kita mendapatkan 40 Koin Silver, memang jumlahnya terpaut 30 Koin Silver dari target awal kita tapi dengan begini kita memiliki 50 Koin Silver dan aku yakin jumlah itu sudah cukup banyak."

"Setidaknya kalau tadi kita mendapatkan 70 Koin Silver maka aku akan membelikanmu baju baru dengan 15 Koin Silver yang ada sehingga kau bisa berganti dari baju pedagang itu."

"Ah, Sakaki-san. Memang baik untuk mengkhawatirkan orang karena itu berarti kau menunjukan kepedulianmu kepada mereka, tapi meskipun Sakaki-san berpikir begitu aku masih nyaman dengan pakaian pedagang ini."

Kedua jemari milik Shigure dipertemukannya dari balik lengan pakaian yang menyembunyikan tangannya karena ukurannya sedikit terlalu besar, dia lalu berjalan mendahuluiku beberapa langkah dan secara tidak sengaja aku menatap matanya.

Sebuah senyuman yang hangat menghiasi wajah milik Shigure yang kecil dan bulat, sambil memandangku dan tersenyum dia lalu berujar,

"Jadi… terima kasih atas kerja kerasmu Sakaki-san tapi kau juga harus memikirkan dirimu sendiri."

Ahh…

Ekspresinya itu…

Seandainya saja aku memiliki kamera sekarang maka pasti aku akan mengabadikan momen ini tapi sayang di dunia ini teknologi macam itu pasti masih belum ditemukan, kecuali kalau aku menggunakan sebuah [Magic Item].

Melihat senyum hangat dan mendengar perkataan pembangkit semangat dari Shigure sudah cukup bagiku untuk merasa lebih baik daripada sebelumnya.

Aku menjadi agak tergagap untuk membalas perkataannya jadi aku hanya bisa mengatakan kalimat berikut ini;

"Ah iya… tentu."

Aku mengatakannya sambil menutupi wajahku sedikit agar rona yang muncul di wajahku tak bisa ditangkap oleh mata milik Shigure.

Pada saat aku meliriknya dari pinggir mataku aku bisa melihat jika Shigure masih tetap tersenyum sambil memiringkan sedikit kepalanya.

Ahh, sadarlah diriku, aku ini sudah berusia 27 tahun sementara gadis mungil yang berada di hadapanku ini masihlah 16 tahun…

Kalau aku sampai melakukan apapun kepadanya bukankah itu sama saja dengan menunjukan sisi buruk sebagai seorang pedofil kepadanya selain itu aku harus mengingat perkataan Shizuka kalau aku berani maca-macam maka aku pasti akan mendapatkan balasan setimpal.

Pasti Shigure akan memandang rendah diriku seandainya dia tahu kalau aku memikirkan hal semacam ini.

Kakiku melangkah lalu aku berada di samping Shigure dan aku menggaruk kepalaku sebentar untuk menghilangkan sedikit perasaan tidak nyaman yang mendera hatiku.

"Ayo…"

"Umu!"

Kami berdua kembali berjalan berdampingan.

Dengan penampilan kami berdua yang begitu berbeda, aku yakin orang-orang akan mengira kalau kami ini adalah semacam teman bisnis karena aku mengenakan pakaian mencolok ala seorang bangsawan sementara Shigure dengan pakaian pedagangnya.

Walau pada kenyataanya kami sungguh jauh dari itu.

… tunggu.

Hubungan kami sebenarnya apa ya?

Sesaat aku memikirkan hal ini sembari setengah tersenyum dalam kebingungan tapi pertanyaan ini dengan cepat terjawab begitu aku memejamkan mata sebentar.

Ah benar juga, tentu saja hubungan kami seperti itu.

Hubungan kami berdua adalah partner.

"Fumu itu benar."

"?"

"Bukan apa-apa kok, Shigure-chan."

Hmm, kenapa dia sekarang memalingkan mukanya?

Ahh… pasti dia merasa malu atau semacamnya karena aku memanggil namanya.

Apapun itu tapi aku yakin kalau tersipu adalah suatu hal yang mustahil terjadi sekarang di situasi macam ini.

—***—

Setelah berjalan selama beberapa saat tanpa tujuan yang pasti kami baru sadar kalau matahari mulai terbenam.

Matahari yang sedang terbenam… ini menunjukan kalau hari sebentar lagi akan berubah menjadi malam dan lebih baik kami menggunakan saat-saat seperti itu untuk beristirahat dengan tenang.

Tanpa perlu berpikiran panjang akhirnya aku dan Shigure memutuskan satu hal; kami harus mencari penginapan.

Sebenarnya ada juga hotel yang menjadi pilihan lain namun baik kami berdua merasa tidak nyaman dengan tempat seperti itu, namun alasan lainnya adalah harga dari satu ruangan yang bisa disewa amatlah mahal juga.

Jika pengetahuanku masihlah valid dan berlaku sampai sekarang maka harga ruangan hotel bisa mencapai 10 Koin Silver… dilihat dari sisi manapun itu sudah terlalu boros!

Penginapan adalah tempat terbaik untuk menghabiskan malam bagi orang-orang seperti kami dan lagipula kami juga pastinya tidak akan merasa enak satu sama lain jika berada di dalam hotel.

Setelah mencari selama beberapa saat akhirnya kami menemukannya, sebuah penginapan yang terletak tak jauh dari pintu menuju Distrik Dalam, tak kuduga kami sudah berjalan sejauh ini untuk mencari penginapan.

Begitu kami menemukannya, lampu di pinggir jalan sudah mulai menyala namun itu bukan karena lampu tersebut dialiri listrik atau semacamnya melainkan karena di dalam kaca dari lampu tersebut terdapat sebuah [Magic Stone] yang sudah diatur untuk menyala begitu malam tiba.

Mereka menyerap cahaya matahari pada saat siang hari dan mengeluarkannya pada saat malam hari seperti ini, cahayanya cukup terang dan tidak mengganggu mata.

Dan aku juga bisa melihat kalau dari dalam penginapan juga ada cahaya yang keluar dan suara dari beberapa orang yang sepertinya sedang mengobrol dengan ramai.

Sepertinya penginapan ini juga memiliki fungsi sebagai bar.

Shigure nampaknya tak bisa menghadapi keramaian dengan begitu baik sehingga dia langsung bersembunyi di belakangku sementara aku hanya bisa menghela nafas seolah aku tidak memiliki pilihan lain untuk membiarkannya bersembunyi.

Akhirnya kaki yang berada di balik sepatu kulit ini berjalan kembali dan kali ini menuju ke arah penginapan tersebut.

Kubuka pintu ganda penginapan dengan begitu mudah lalu seluruh perhatian orang-orang langsung terarahkan kepada kami.

Mereka pada awalnya terus memandangi kami seolah kami ini adalah semacam tontonan.

Aku bisa memahami mengapa mereka terus memandangiku, masalah yang ada di sini bukanlah terdapat pada Shigure atau semacamnya.

Jawabannya adalah penampilan dari diriku.

Yah, meskipun Eos adalah sebuah dunia fantasi tapi tak bisa dihindarkan lagi kalau penampilan dari seseorang sepertiku memanglah mencolok.

Rambut berwarna perak sudahlah menjadi hal lumrah untuk dimiliki oleh orang yang berada di sini tapi warna putih seperti rambut yang sudah kehilangan warna aslinya layaknya rambut seorang pria tua? Itu baru adalah sesuatu yang benar-benar jarang untuk dilihat.

Selain itu warna mataku menarik perhatian orang-orang, warnanya keemasan, mereka orang biasa hanya akan heran dan menganggap itu sebagai sebuah kelainan atau semacamnya tapi orang yang memiliki pengetahuan cukup akan [Sihir] pasti akan segera meyakini kalau aku adalah sebuah keberadaan yang abnormal sekaligus sulit untuk ditemui.

Menurut pengetahuan yang kudapat dari [Alchemy God], fenomena dimana berlebihnya [Mana] atau [Kekuatan Sihir] yang kumiliki ini disebabkan oleh sebuah pengaruh luar yang masuk ke dalam tubuh lalu merubah tubuh secara paksa.

Dalam kasus ini adalah [Alchemy God] itu sendirilah yang membuat [Mana] milikku berlebih dan pada akhirnya aku menjadi memiliki penampilanku sekarang.

Tanpa mempedulikan pandangan orang-orang aku tetap berjalan ke depan menuju konter sementara dari pojok pandanganku aku bisa melihat Shigure agak gelagapan karena banyaknya orang memperhatikan kami.

"Mengapa mereka memandangi kita semua… jangan-jangan karena penampilan Sakaki-san?"

"Tebakanmu tepat, nanti aku akan memberitahumu semua yang terjadi kepadaku sampai aku bisa menjadi seperti ini."

Kami berdua saling berbisik agar tidak ada yang menangkap pembicaraan kami berdua.

Semua perhatian orang-orang berpindah kembali ke hal yang sebelumnya mereka lakukan setelah melihat kami sampai di depan konter dengan tenang dan tanpa membuat masalah ataupun gerakan mencurigakan.

Aku langsung menanyakan apakah ada dua buah kamar terpisah yang bisa ditempati oleh kami berdua tapi sayang sekali, nasib kami sedang buruk.

Hanya ada satu kamar yang bisa kami gunakan tapi setidaknya kamar itu memiliki dua tempat tidur sehingga kami bisa membaginya.

Aku menoleh ke Shigure dan menanyakan pendapatnya akan hal ini.

Dan dia menjawab…

"Kalau Sakaki-san… tidak apa-apa kok."

Kurasa itu sudah menandakan jika dia sama sekali tidak keberatan dengan ruangan yang ada sehingga kami memutuskan untuk mengambilnya saja.

Selain itu aku juga mengatakan kepada penjaga konter untuk membawakan makan malam kami jika saatnya sudah tiba jadi kami tidak usah repot-repot keluar kamar untuk mencari tempat duduk di bar yang sedang ramai.

Total kami menghabiskan 4 Koin Silver untuk biaya menginap dan makan, jadi uang kami berada di kisaran angka 46 Koin Silver kah…

Jumlah yang tidak terlalu buruk tapi sebisa mungkin aku ingin segera menyentuh angka aman dimana setidaknya kami memiliki uang setara dengan 1 Koin Gold.

Setelah menerima kunci dari penjaga konter, kami lanjut berjalan kali ini dengan ruangan tempat kami menginap sebagai tujuannya.

Setelah menaiki tangga dan berjalan sekitar 2 menit menyusur lorong penginapan yang tidak terlalu luas akhirnya kami menemukan ruang tempat kami bermalam, sebuah ruangan dengan angka 4 yang tertulis dalam bahasa Astal.

Kugunakan kunci yang sebelumnya diserahkan kepadaku untuk membuka pintu tersebut dan kami langsung disambut dengan sebuah ruangan yang memiliki ukuran tidak terlalu besar tapi cocok untuk digunakan sebagai sebuah kamar.

Cukup luas tapi tidak banyak benda berada di sana…

Hanya ada sebuah meja dengan kursi kayu lalu sebuah lemari kecil dengan vas berada di atasnya, sayangnya tidak ada bunga atau tanaman semacamnya berada di vas tersebut.

Aku lalu memandang ke arah tempat tidur yang akan kami tiduri.

Fumu, sepertinya tidak terlalu buruk malah jauh lebih bagus daripada perkiraanku.

Begitu aku memasuki ruangan tersebut akhirnya Shigure berhenti bersembunyi di belakangku dan dia melihat sekelilingnya.

"Heee… tempat ini terasa benar-benar seperti sebuah cerita fantasi."

"Kita memang sudah berada di dunia fantasi lho."

Balasku dengan nada bercanda kemudian aku berjalan ke arah salah satu tempat tidur dan mendudukinya.

Hari ini sudah menjadi hari yang panjang…

"Sakaki-san."

"Hmm?"

"Mari kita bicara sebentar."

Eh, bicara?

Bicara soal apa?

Dalam kebingungan, aku hanya bisa menggaruk rambutku lalu menggoyangkan kepalaku.

"Bicara?"

"Aku ingin tahu soal Sakaki-san."

Eh…

Perkataan itu…

Apakah mungkin ini adalah event dimana Shigure ingin mengatakan sesuatu yang ingin didengarkan oleh perjaka sepertiku?

Tak bisa kusangka…

Event Romantis bisa datang secepat ini!

Seperti itulah hal yang dipikirkan oleh Sakaki pada saat itu juga.

Hanya saja dia sudah terlalu yakin akan hal ini sehingga dia tidak bisa memikirkan hal lainnya, padahal apa yang dipikirkannya salah dan harapan yang dimilikinya akan hancur begitu saja dengan mudahnya.