Fumu, pakaian ini memanglah pas untukku."
Sembari berjalan keluar dari kereta, aku membenarkan kerah pakaian yang sedang kukenakan lalu aku memandang ke arah Kaito dan lainnya yang sedari tadi menungguku.
"Cih, di luar dugaan ternyata cocok juga."
Shizuka memberikan pujian tetapi itu masihlah tetap terasa seperti sebuah perkataan pedas karena nada bicaranya yang Tsun… tidak ada Dere-nya sama sekali di balik ucapan tersebut.
"Sakaki-san, anda keren sekali."
Kaori menganggukan kepalanya sambil menaikan jempol jarinya lalu ia menoleh ke arah Kaito.
"Kaito bagaimana menurutmu?"
"Dia… sekarang benar-benar terlihat seperti seorang tokoh cerita Fantasi."
"Seorang [Pemakai Sihir] di balik balutan jas salaryman memang adalah suatu pemandangan yang aneh tapi dengan penampilan baru anda, anda terlihat lebih keren dan cocok dengan penampilan fisik anda."
Aku yang mendengar pembicaraan mereka berdua hanya bisa tersenyum kecil.
Sementara itu untuk Shigure sih…
Mengapa dia sedari tadi bersembunyi di balik Kaori dengan wajah yang tersipu malu, ditambah lagi wajahnya merona… mungkinkah kalau dia terpana dengan penampilanku?
Mari kita menguji apakah ini adalah kebenarannya.
"Shigure-chan~! Bagaimana menurutmu penampilanku~?"
Aku bergerak mendekati Shigure sambil melangkah ringan dengan agak melompat-lompat dan berbicara menggunakan nada santai seolah sebenarnya pertanyaan ini tidak memiliki arti tertentu.
Tapi dia dengan cepat semakin membenamkan wajahnya di balik tubuh milik Kaori.
Hmm, apakah aku sebegitu memukau di matanya?
Mari kita mengambil pendekatan yang lebih agresif mulai dari sini!
"Shigure-chan~ Shigure-chan~ apakah ada yang salah dengan penampilanku?"
Pasanglah senyumanmu yang paling menggoda Sakaki maka semuanya akan berjalan dengan lancar seperti apa yang kau harapkan.
Akhirnya, Shigure menunjukan sedikit wajahnya yang masih memerah lalu dia berbicara dengan pelan.
"Anu, Sakaki-san… sebenarnya, anu, itu…"
"Ada apa?"
Ayo bilang kalau aku keren!
"Resetling celana anda belum naik sepenuhnya sehingga aku masih bisa melihatnnya sedikit!"
Dengan segera, Shigure kembali membenamkan wajahnya ke balik tubuh milik Kaori sementara aku ditinggalkan dalam keadaan syok lalu aku berjalan secara perlahan ke balik sebuah pohon dan menaikan resetlingku sepenuhnya.
Begitu aku kembali ke arah lainnya, aku bisa melihat kalau Kaito berusaha untuk menahan tawanya sementara wajah milik Kaori juga memerah.
Sementara itu, Shizuka…
"Jangan mendekati kami para gadis, paman mesum!"
"…"
Ah mengapa rasanya air mataku terasa ingin keluar sekarang walau tidak bisa.
"Kau pasti seseorang yang sebelumnya sering kali menunujukan senjatamu di depan orang tak bersalah pada saat malam hari di dunia sebelumnya kan? Secara sengaja menunjukan senjatamu ke arahku dan kali ini Shigure-chan yang tidak bersalah menjadi korbannya juga? Tak bisa dimaafkan!"
Ini semua salah paham!
Ingin rasanya aku berteriak seperti itu namun sayang aku sudah kehabisan motivasi untuk meyakinkan gadis ini, lebih baik aku mengalah saja dan membiarkannya saja.
Jadi aku hanya mengibas-ibaskan tanganku dengan pelan sembari memejamkan mata lalu berjalan ke arah dimana kereta kuda ini seharusnya mengarah.
"Tu—tunggu! Jangan mengacuhkanku!"
Shizuka sepertinya cukup tidak senang dengan perlakuan yang kuberikan kepada dia.
Yah, ini semua kulakukan demi menjaga harga diriku di depan anak-anak ini supaya tidak hancur lebih jauh lagi… walau dari tingkahku sejak kita awal bertemu mungkin saja hal semacam itu sudah terjadi kah.
Oh, kalian penasaran dengan penampilanku sekarang?
Baiklah akan kuberitahu walau mungkin tidak ada yang mempedulikannya meski aku sudah menjelaskannya.
Sebelumnya aku menggunakan setelan baju jas bisnis dengan warna biru tua yang juga dihiasi oleh sebuah dasi berwarna hitam polos, sekarang sih semuanya yang sudah hancur digantikan dengan sebuah jubah selutut dan celana dari kulit hewan tapi tidak membatasi gerakanku, semuanya berwarna hitam.
Aku mengenakan kemeja berwarna putih di balik jubah hitam tersebut tapi masih ditutupi juga oleh vest dengan warna senada jubah, selain itu aku juga menemukan kalau dasiku ternyata hanya terbakar sedikit sehingga aku memutuskan untuk mengenakannya walau terlihat kusam dan lebih pendek dari sebelumnya.
Dasi ini adalah tanda kalau aku berhasil bertahan dari serangan [Silver Dragon] dan lagi masih dapat digunakan, jadi berbeda dengan jas milikku yang sudah terbakar habis, dasi ini tidak kubuang dan kutinggalkan.
Pakaian ini berhasil ditetemukan di dalam kereta oleh para gadis karena mereka ingin cepat-cepat melihatku kembali mengenakan pakaian kembali, sepertinya pemandangan akan senjata suci milikku sudahlah terlalu berlebihan untuk mereka terima.
Kurang tangan mekanikal prosthetic dan tutup mata, dan mata merah maka dapat dipastikan penampilanku akan menjadi semakin mirip dengan tokoh utama salah satu novel yang memiliki nasib kurang beruntung di awal lalu menjadi orang terkuat di dunia tempat dimana dia terdampar.
Sayang sekali aku bukanlah remaja lagi dan lagi aku tidak memiliki [Skill]:[Transmutation] yang memungkinkanku untuk merubah bahan tambang sesukaku untuk bisa menciptakan senjata api overpower macam dia.
Aku terus berjalan dengan santai di depan bersama Shigure di sampingku, oh sejak kapan dia ada di sini?
Aku tidak menyadarinya.
Dia memainkan jari miliknya dengan saling menyentuhkan keduanya secara berkali-kali dan memutar-mutarnya seolah dia sedang memiliki masalah di sini, mungkin dia masih merasa bersalah karena ucapannya tadi membuatku semakin tersudut di kelompok ini.
Sementara itu, Kaito bersama dengan harem-nya ada di belakang dan berjalan membuntuti.
Aku bisa mendengar sedikit percakapan mereka bertiga.
Sepertinya Kaito dan Kaori berusaha untuk meyakinkan Shizuka kalau aku adalah orang yang membantu semuanya, Shizuka pada awalnya ragu-ragu tapi setelah melihat sisa-sisa tanda kalau ada sebuah pertarungan terjadi ditambah lagi dengan kehancuran yang ada macam bekas ledakan dan semacamnya, dia mulai tidak bisa mengelak lebih jauh lagi begitu dia sadar kalau aku adalah orang yang sebelumnya pernah sampai ke dunia ini.
"Orang itu sebenarnya siapa sih?"
"Dia sudah bilang kan, Shizuka. Dia adalah mantan [Pahlawan Legendaris]."
"Benar sekali."
"Hmph, mana mungkin aku percaya. Orang dekil dan berpenampilan macam orang tua bangka seperti itu mungkin seorang [Pahlawan Legendaris] dulu, tapi sekarang kitalah yang akan menjadi [Pahlawan Legendaris] dan aku tidak terima orang semacam dia juga terpilih lagi!"
"Shizuka, kau terdengar tidak sopan lho terhadap orang yang telah menyelamatkan kita."
"Memang dia menyelamatkan kita tapi aku masih tidak bisa menerima jika dia adalah seorang [Pahlawan Legendaris], bukankah seorang [Pahlawan Legendaris] itu harus memiliki sesuatu yang mirip dengan karisma, sementara Sakaki itu sama sekali tidak memilikinya dan lagi dia mesum!"
Baik Kaito dan Kaori hanya saling tersenyum kecil karena Shizuka sangat sulit ditangani dan mempercayai perkataan dari mereka, bahkan meski itu adalah Kaito tercintanya yang mengatakannya.
Mereka bertiga lanjut mengorbol sementara aku hanya bisa memaksakan sebuah tawa agar merasa lebih tenang setelah mendengar pembicaraan mereka.
Entah mengapa aku merasa diriku agak tidak dihargai sekarang.
Sepertinya sudah seperti tabiat milik Shizuka memang begitu dan sudah tidak bisa diperbaiki lagi, kecuali kalau aku membuat sebuah impresi yang terkesan bagus di depannya.
Yah, aku tidak terlalu mempedulikan hal semacam itu untuk saat ini.
"Sa—Sakaki-san…"
Mendengar suara yang berasal dari gadis mungil di sampingku aku langsung menoleh ke arahnya sambil memasang senyuman terbaik yang bisa kupasang walau dalam hati aku merana dan sedang mencakari tembok yang berada di dalam kamar hatiku.
"Ada apa, Shigure?"
"Uhh, anu, itu…"
Ah gadis ini, dia sepertinya memang lebih pemalu daripada Kaori.
Berbeda dengan Kaori yang sepertinya mulai berani berbicara kepadaku setelah berbagai kejadian yang terjadi kepada kami, Shigure masih saja tetap pendiam sekaligus pemalu di sekitarku.
Aku ingin rasanya memecahkan perasaan tidak nyaman semacam ini…
"Uhm, tidak usah ragu kok, katakan saja apa yang ingin kau tanyakan."
"Sebenarnya, aku ingin minta maaf…"
Menjelang akhir dia menundukan kepalanya dan menyembunyikan dirinya di balik jaket blazer seragam laki-laki sekolah yang dikenakannya dan memelankan suaranya tapi aku masih bisa mendengarnya.
Aku yang mendengar semua ini menggaruk-garuk kepalaku saja sambil tertawa pelan.
"Maaf? Memang ada apa sampai kau perlu meminta maaf?"
"Gara-gara perkataanku tadi akhirnya anda malah semakin dibenci oleh Shizu-chan…"
Ohh soal perkara resetling celana tadi rupanya.
Itu sebenarnya juga adalah bagian dari kesalahanku sendiri karena tidak memastikannya terlebih dahulu dan dengan terburu-buru berjalan ke luar dari kereta juga sih.
"Tidak, tidak, kau tidak usah mengkhawatirkan hal semacam itu… beneran deh."
"Eh?"
"Mengkhawtirkan orang macam diriku ini sama sekali tidak ada untung atau efeknya sama sekali lho, seperti yang dapat kau lihat meskipun aku sebelumnya dipukuli oleh Shizuka apakah kau melihat ada bekasnya sekarang?"
"Sama sekali tidak…"
"Benar kan? Itu karena aku memang bukanlah orang biasa yang pantas dikhawatirkan."
Dia yang sebelumnya menurunkan kepalanya langsung menaikan kepalanya lalu memiringkannya, jarinya bergerak mendekati bibirnya yang berwarna pink.
"Se—sebenaranya yang kukhawatirkan bukan dari kondisi fisik Sakaki-san… tapi lebih ke perasaan anda."
*Gulp!*
Ah… kenapa gadis semanis ini baru saja melakukan pose yang begitu 'menyerang' hatiku dan mengucapkan suatu 'line' yang sebenarnya hanya bisa didengar di anime saja sambil menggunakan suara imut miliknya.
Secara refleks aku segera menaikkan kedua tanganku dan mengepalkannya sembari menatap ke arah langit dan menguap sebentar.
"Aaa~ aku ini orangnya sudah biasa dibenci jadi tidak usah khawatir dan tak usah meminta maaf, sebenarnya ada hal yang juga ingin kutanyakan kepadamu."
Sambil menurunkan kedua tanganku, aku kemudian memandang mata milik Shigure dan tersenyum.
"Apa itu, Sakaki-san?"
Kembali dia memiringkan kepalanya, tanda bahwa dia kebingungan.
Ah ngomong-ngomong dia sudah melepaskan jari dari bibirnya kok jadi hatiku sudah dapat beristirahat untuk saat ini.
"Mengapa kau mengenakan seragam siswa laki-laki, dengan blazer dan celana itu juga…"
Itu sebenarnya adalah hal yang ingin kutanyakan sejak kemarin tapi aku tidak menemukan momen setepat saat ini juga, saat dimana kami berdua sedang berbicara antara satu sama lain karena selain itu juga kami tidak memiliki banyak kesempatan untuk saling berbicara juga.
"Ah ini, sebenarnya salah satu temanku secara tidak sengaja menumpahkan minumannya ke seragamku sebelum aku pulang sekolah di dunia sebelumnya, jadi dia sebagai gantinya menyerahkan seragam cadangan yang disimpannya di sekolah."
"Tunggu, temanmu itu laki-laki kan?"
"Uhh, sebenarnya itu seragam milik pacarnya tapi aku dipaksa untuk memakainya soalnya dia tidak memiliki pakaian lain yang bisa kukenakan."
Sambil menceritakan hal ini dia terus memejamkan matanya lalu menaikan jari telunjuknya.
"Hee… begitu ya."
Untung saja itu tadi adalah teman perempuannya, kalau teman laki-lakinya aku pasti akan langsung berteriak meminta penjelasan yang lebih detail dari sekarang juga.
Kalau teman laki-laki bukankah berarti dia ini sudah bisa diambil oleh orang lain dan itu adalah hal yang tidak kuinginkan.
Maksudku lihatlah dia!
Dia itu mungil, manis, dan juga baik.
Akan menjadi suatu hal yang sia-sia kalau dia sampai dinodai oleh seorang laki-laki!
Aku bersumpah di dalam hati kalau aku akan melindunginya.
Pembicaraan kecil-kecilan kami berlangsung sepanjang perjalanan setidaknya sampai kita semua sampai di sebuah jalan bercabang.
Di sana terdapat tiga orang yang seolah sedang menunggu keberadaan seseorang.
Aku yang menoleh ke depan langsung memberikan perintah kepada semuanya.
"Berhenti!"
"Haaa? Memang kenapa kita harus berhenti hei paman ubanan."
Gadis ini… dia sudah tidak bisa diapa-apakan lagi juga sih…
Meskipun begitu, sama seperti yang lain, dia juga berhenti berjalan dan aku langsung berjalan ke depan menghadap ke arah tiga orang tersebut.
"Ah, kami sudah menunggu orang-orang macam kalian untuk lewat jalan ini."
"Jangan-jangan kalian ini adalah…"
"Benar sekali, kami adalah Bandit."
Jangan membuka kedokmu dengan begitu cepat, aku mengira kalau kalian adalah orang-orang yang dikirim oleh Kerajaan untuk menjemput kami tapi sepertinya perkiraanku salah ya.
Dan lagi jangan menyerobot perkataanku sebelum aku selesai berbicara.
"Hm, hm, dilihat dari pakaian kalian yang tidak pernah kulihat sebelumnya kecuali si rambut putih ini, apakah kalian adalah pengembara dari negeri yang begitu jauh?"
""Hehehehe…"
Pria yang berada di tengah ketiga orang tersebut bergerak mendekati kami yang berhenti berjalan.
Hee… sepertinya dia adalah pemimpinnya.
"Fumu, bisa dibilang mereka semua adalah pengembara yang berasal dari suatu tempat yang amat jauh."
"Heh, kalau begitu kalian semua membawa uang kan?"
Dalam sekali kedipan mata, pria itu sudah berada tepat di depan hadapanku dan sebuah pedang sudah di tenggorokanku namun masih belum menusuk.
"Jadi serahkan semua uang kalian."
"Barusan… [Skill]:[Flicker] kah… huh, berarti kemungkinan besar di dalam [Sistem Rank] kalian itu berada di [Rank: E atau D] kah?"
"Heh, hebat juga kau bisa mengetahui [Rank] kami… sebagai gantinya mari kita melihat [Rank] milikmu!"
Dia sama sekali tidak bermaksud untuk melihat [Rank] dengan menggunakan [Skill] atau semacamnya, melainkan dia berniat untuk melihatku secara langsung dalam membuktikan [Rank]-ku.
Aku dengan cepat memahami ini semua pada saat pedang yang diarahkannya kepadaku ditariknya lalu dia mengayunkannya ke arah kepalaku.
"Sakaki-san!"
Shigure yang berada di dekatku langsung berteriak dengan suara lantang yang belum pernah kudengar sebelumnya.
*Ctar!*
"Apa?!"
"Sudah kubilang tak usah khawatir denganku."
Gerakan dari pedang tersebut terhenti tepat sebelum menyentuh diriku, lebih tepatnya pada saat masih sedang diayunkan di udara pedang tersebut terhenti.
Begitu aku menggelengkan kepalaku satu kali, langsung saja tubuh milik Pemimpin Bandit melesat ke arah kedua anak buahnya yang sedang tidak siap sehingga mereka semua langsung terjatuh.
Aku dengan perlahan bergerak mendekati mereka bertiga dan angin yang berhembus membuat jubah milikku terkibaskan beberapa kali, mungkin di mata para Bandit itu aku adalah semacam dewa kematian atau semacamnya, aku menyimpulkan hal ini setelah melihat wajah mereka.
"Ba-gaimana ka—kau bisa mementalkan Bos?"
"[Sihir]:[Barrier] itulah jawabannya."
"Hah?"
"[Barrier] memang adalah jenis [Sihir] pertahanan diri tapi kalau kau bisa menggunakannya dengan tepat maka kau bisa saja menggunakannya untuk menyerang lawan atau melakukan serangan balik."
"Ti—tidak mungkin itu, seharusnya hanya [Pengguna Sihir] dengan [Rank D] atau di atasnya saja yang dapat melakukan hal semacam itu!"
"Seperti yang kalian lihat, aku sendiri bukanlah orang dengan [Rank] sembarangan kalau begitu."
*BZZZZZZzzzzzzttttt!*
Suara yang memekikan telinga dan seolah menggelitik daun telinga siapapun yang medengarnnya tersebut berasal dari rentetan listrik yang keluar dari jari-jariku, mereka semua kemudian mulai menyatu di telapak tanganku lalu dalam sekejap mata sudah berada di depan para Bandit tersebut.
"Hii! Menjauhlah! Bagaimana mungkin kau bisa menggunakan [Flicker] juga kalau kau sendiri bisa menggunakan [Sihir]?!"
"Hal semacam itu bukanlah urusan kalian."
Para Bandit tersebut berusaha untuk menjauh dengan merangkak mundur ke belakang tapi sayangnya hal semacam itu tidak akan bisa membantu mereka karena jarak antara kami sudah terpotong begitu dekat.
Tak ada jalan untuk melarikan diri lagi.
"Jangan khawatir, ini hanyalah [Sihir]:[Shock] saja kok."
[Shock] adalah sebuah [Sihir] dasar bagi seorang [Pengguna Sihir], [Sihir] ini membuat pemakainya mengeluarkan aliran listrik dari tangannya dengan tegangan yang bisa membuat hewan kecil kehilangan kesadarannya, tapi lain ceritanya kalau aku adalah penggunanya.
Di tanganku, [Sihir] ini mampu melumpuhkan berbagai hewan besar, mungkin Harimau atau bahkan Gajah bukanlah halangan untuk sihir ini.
"Nikmatilah istirahat kalian!"
"Dilihat dari manapun itu bukan [Shock]!"
*BZZZZZZzzzzzzzzt!*
*Ctaaaaaar!* *Ctaaaaaaaaar* *Ctaaaaaaaaaaaaaar!*
Begitu suara itu mereda, bisa dilihat kalau Para Bandit berada di keadaan yang sungguh mengenaskan.
Pakaian mereka berubah gosong dan compang-camping setelah menerima [Shock] dariku, keadaan tubuh merkea semakin memperkuat kesan naas bagi mereka, tubuh mereka kejang-kejang dan busa keluar dari mulut mereka, air mata juga menets dari kelopak mata milik mereka.
Aku yang melihatnya hanya bisa sedikit menggelengkan kepala sambil tertawa pelan.
"Yah, hal semacam ini sudah bisa diduga dari lawan sekelas Mob seperti mereka sih."
Sambil menepukan kedua tangan lalu mengangkat kedua bahu yang membuatku terlihat seperti mengatakan 'sudah tidak bisa diapa-apakan lagi'.
"Sakaki-san, apakah itu tadi tidak berlebihan?"
Kaito berjalan ke arahku dan berbeda dengan sebelumnya, dia bahkan tidak gemetaran, hanya saja dia terlihat kasihan kepada para Bandit yang terkapar itu.
"Ah, hal macam ini kah? Tak usah khawatir, mereka mendaptkan ganjaran dari apa yang mereka lakukan."
Kukibaskan tanganku sebagai tanda kalau mereka tidak usah terlalu memikirkannya.
Shigure juga kemudian berjalan maju.
"Tapi… ini rasanya sudah keterlaluan."
Ohh, dia menyuarakan isi hatinya untuk kali pertama~
Ahh… kalau begini lebih baik aku segera membongkar rencanaku dengan cepat saja.
"Dengar ya… begini rencanaku…"
Aku menyuruh mereka semua untuk mendekat, seperti yang sudah kuminta semuanya mendekat walau Shizuka kelihatan agak ragu-ragu untuk melakukan hal ini.
"Kita akan menyembuhkan mereka lalu mengintrogasi dan merampok balik mereka."
""""EEEEEEEEHHHH?!""""
Aku sudah memperhitungkan semua ini, kontan saja mereka berteriak penuh akan keterkejutan.
Sebelum semuanya sadar akan apa yang terjadi, aku sudah berjalan kembali ke arah para Bandit lalu aku menggunakan [Sihir]:[Great Heal All] kepada para Bandit tersebut dan keadaan mereka menjadi pulih seperti semula, begitu juga dengan kesadaran mereka.
"Hii monster!"
*Kats!*
Sebelum mereka semua bisa melarikan diri setelah disembuhkan olehku, sebuah tali dari cahaya muncul dari udara dan langsung mengikat mereka.
Itu adalah [Sihir] yang kukeluarkan.
[Bind Hostage].
"Apa-apaan ini?!"
"Maaf ya, tapi tolong serahkan semua harta yang kalian punya dan juga semua informasi yang kalian ketahui."
Begitu aku mendekat, teriakan mereka terasa begitu menyedihkan namun juga seperti guyonan juga.
Pada hari itu, seorang Sakaki Hiyama pada akhirnya bisa melampiaskan emosinya setelah seharian ini diganjar oleh berbagai macam hal buruk.
Dan dia juga mendapatkan berbagai hal yang sangat berguna untuk kelanjutan perjalanannya menuju Ibukota sambil menjaga para [Pahlawan Legendaris]lainnya yang masih hijau dan masih belum memahami kekuatan mereka sendiri.