webnovel

Jadi Pahlawan Lagi?

Entah karena kesialan atau keberuntungan, Sakaki Hiyama baru saja dikirim ke sebuah dunia lain setelah mati gara-gara tertabrak truk dan tercebur masuk ke dalam sungai dalam keadaan mabuk. Di luar dugaan dia ternyata dikirim ke sebuah dunia lain yang dulu pernah diselamatkannya pada saat dia masih berumur 16 tahun, Eos. Dimulailah kehidupan Sakaki yang damai di dunia lain. Setidaknya aku, Sakaki, yang menarasikan semua ini berharap hal tersebut akan terjadi kepadaku tapi ternyata malah sebuah kehidupan yang penuh akan petualangan berbahaya dan juga pertarungan menantiku. Kenapa aku kembali jadi [Pahlawan] sih?!

MikaMika · ファンタジー
レビュー数が足りません
26 Chs

Chapter 4

Dalam waktu singkat aku sudah bisa mengalahkan lima orang yang berusaha untuk menculik diriku dan Kaito juga kawan-kawannya.

Sebenarnya aku paling tidak suka yang namanya harus bertarung karena hal semacam itu benar-benarlah merepotkan dan terkadang aku harus berbincang dengan lawanku yang kadang kelewat arogan maupun sombong, mereka selalu mengatakan kalau diri mereka tidak bisa dikalahkan lah atau semacamnya.

Namun urusannya beda kalau orang yang kuhadapi sekarang memiliki kemampuan yang berada di bawahku atau mungkin jauh di bawahku sekali.

Aku suka pertarungan berat satu sisi seperti ini.

Alasan mengapa aku menyukainya bisa dibilang mirip dengan alasan seorang anak kecil.

Yang paling mudah adalah yang paling menyenangkan.

"Janganlah gentar!"

Oh, sepertinya seseorang berusaha untuk menyatukan mereka semua dan menggantikan peran dari orang yang kuterbangkan tadi.

Kurasa dia pemimpinnya, soalnya dia mau saja sih berbicara kepadaku dengan nada sombong sampai membuatku agak kesal, hanya seorang pemimpin biasanya melakukan hal semacam itu dan itu sudahlah hal yang tipikal.

"Dia cuma seorang! Sedangkan kita bersepuluh, dengan mengepung dan membatasi gerakannya maka kita bisa mengalahkan dia!"

Secara serempak prajurit lainnya mengucapkan teriakan penyemangat untuk meyakinkan diri mereka setelah mendengar perkataan dari orang yang berusaha untuk mengambil peran sebagai pemimpin tersebut.

"Ah benar-benar deh, event fantasi ini benar-benar menyenangkan, maksudku melawan orang keras kepala dan memberikan pelajaran kepada mereka itu cukuplah menyenangkan."

Ujarku sambil mengambil sebuah pedang dari tanah yang dilemparkan oleh salah satu penyerang ke arahku begitu mereka menyadari kalau pakaian milik mereka terbakar.

Mereka masih berguling-guling untuk menghilangkan api…

Apa mereka ini bodoh?

Cukup lepas pakaian itu maka semuanya akan selesai kan?

Oh, jangan-jangan pakaian itu adalah pemberian Raja dari Mestala makanya mereka begitu menjaganya, kalau alasannya begitu sih wajar.

Tapi aku tidak peduli.

Semuanya tampak keheranan dengan keputusanku untuk mengambil pedang yang berada tadi berada di atas tanah tersebut.

Wajah mereka seolah mengatakan, "Memangnya mau apa seorang Wizard dengan sebuah pedang?"

Sebuah senyum sinis menghiasi wajah mereka.

Ah, baik-baik… mereka pasti mengira kalau aku tidak bisa melakukan apapun dengan pedang ini.

Seorang Wizard itu menggunakan Staff atau Tongkat, bukannya pedang.

Aku yakin itu apa yang ada di pikiran mereka semua.

Aku agak menurunkan tubuhku dan menekuk lututku, kemudian aku berlari untuk bergerak ke depan.

Dalam satu kedipan aku sudah berada di depan salah satu prajurit yang berada di sana.

"Goh!"

Aku tidak menusuknya menggunakan pedang melainkan hanya memukulkan gagang pedang ke dagu milik prajurit itu.

Yah, bisa dibilang aku ini tidak terlalu suka darah juga walau tidak membenci mereka dengan penuh semangat.

Jadi aku akan bertarung dengan cara yang tenang dan tak mematikan tapi tetap saja mencolok.

"Kau!"

Salah satu prajurit bergerak maju ke arahku untuk membalaskan temannya yang baru saja kubuat tak sadarkan diri, dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan siap untuk menebasku kapan saja.

Aku hanya mengarahkan tanganku ke arahnya lalu tanpa melakukan apapun lebih lanjut sebuah bola cahaya muncul kemudian melesat dari tanganku ke arah wajah milik prajurit yang maju.

"Apa?!"

Udara bagaikan terbelah begitu bola cahaya yang ada di tanganku terbang melesat.

Begitu bola tersebut berada di depan mata milik sang parjurit, bola tersebut terpecah sambil mengeluarkan berbagai kilauan tepat di depan matanya.

Prajurit itu langsung terkapar.

Dia kejang-kejang sambil memegangi mata miliknya.

Ah… cahaya yang terang bisa sedikit mengacaukan kondisi tubuh dan pikiran seseorang menurut salah satu buku yang pernah kubaca.

Jadi aku mengaplikasikannya dalam [Sihir] ini dan hasilnya bisa dilihat.

Hmm, sebenarnya efek jangkauan ledakannya bisa kuperluas lagi agar bisa selevel atau mungkin melebihi sebuah ledakan Flashbang dengan suara tetapi hal semacam itu bisa membahayakan diriku juga jadi lebih baik aku tidak mengembangkannya secara gegabah di tengah pertarungan macam ini.

Aku baru menyadari hal ini tetapi sepertinya aku bisa menggunakan sihir seperti sebelumnya.

Tidak ada batasan atau sesuatu yang menyerupai dengannya, sepertinya apa kata bawahan Dewa teledor itu benar.

Ah bodoh, bodoh.

Bagaimana jadinya kalau ternyata aku tidak bisa menggunakan sihirku ya?

Semuanya mungkin akan menjadi lebih rumit daripada sekarang ini dan tentunya lebih gawat lagi.

Ah bodohnya aku.

Aku tidak boleh bertingkah seperti ini lagi, terlalu berisiko dan membahayakan diriku.

Aku akan menganggap kalau kali ini adalah efek dari keberuntunganku sendiri yang sedang bagus.

"Se—sebenarnya apa dia ini, bisa menggunakan sihir dan ilmu berpedang, apakah dia ini semacam monster?!"

Di dunia Eos, jarang sekali ada orang yang bisa menggunakan pedang dan sihir, kebanyakan dari mereka hanyalah mendalami salah satu tapi aku adalah pengecualian karena aku tidak tahu [Blessing] macam apa yang kudapat di awal sehingga aku memutuskan untuk berlatih pedang juga.

Begitu aku mengetahui [Blessing] milikku pada akhirnya aku bisa mengetahui senjata macam apa yang kugunakan tapi aku sudah cukup jago menggunakan pedang…

Aku saja baru tahu [Blessing] yang kumiliki setelah 6 bulan berada di Eos..

Aku bisa menebak pikiran kalian, kalian pasti berpikir mengenai kehidupan macam apa yang sebenarnya kujalani di Eos sebelumnya sampai mengalami berbagai kejadian yang sama sekali tidak terkesan seperti seorang tokoh utama sama sekali.

Itu akan menjadi sebuah cerita lain.

"Ayo, kalian semua majulah."

Oho, di luar dugaan aku lebih tenang dan beraksi lebih keren daripada yang kuharapkan.

Awalnya sih kukira diriku akan ketakutan atau apa setelah sekian lama tidak bertarung tapi ternyata tidak sama sekali, aku masih memiliki ketenangan yang sudah lama terpendam di dalam diriku.

Ketenangan yang selama sekitar 8 tahun ini tidak pernah keluar.

"Kau yang memintanya!"

Seolah menuruti perkataanku, lima orang lainnya segera bergerak mendatangiku dalam satu baris.

Ahh~ mereka berencana untuk menyerangku satu persatu dalam setiap baris, memangnya hal seperti ini adalah strategi yang konvensional di Mestala?

Aku tidak pernah melihatnya…

Namun ini semua justru memudahkanku.

Sekali lagi aku menjulurkan tanganku lalu mengarahkannya ke arah mereka yang sedang berbaris menjadi satu baris.

Hembusan angin melewati punggungku dengan pelan tapi begitu bertemu dengan tubuh milik para prajurit tersebut, mereka terhempas.

Mereka semua terhempas ke belakang seolah ada sesuatu yang mendorong mereka dari depan dan apa yang baru saja mendorong mereka adalah angin yang kukeluarkan.

Daripada kukeluarkan lebih tepatnya mereka kupanggil lalu arus mereka naik dan menabrak apapun yang kutetapkan sebagai sasaran.

Dengan cepat jumlah penyerang menyusut menjadi tiga orang dan itu termasuk orang yang berusaha untuk membangkitkan moral dari kawan-kawannya.

Wah, wah benar-benar deh.

Seperti yang sudah kuharapkan dari lawan kecil.

Aku ini bukan tipe orang yang senang ketika menghadapi orang kuat sih… jadi hal semacam ini sudah membuatku cukup senang.

Sekarang wajahnya mulai menjadi pucat setelah melihat kawan-kawannya terkapar tak sadarkan diri.

Baiklah, baik.

Sekarang saatnya memberaskan semuanya karena jumlah mereka juga tidaklah begitu banyak.

Aku lalu bergerak maju ke arah mereka bertiga dan secara satu persatu memukulkan gagang pedangku ke berbagai titik lemah yang akan menghilangkan kesadaran milik mereka seperti di ulu hati atau tengkuk leher.

Semuanya langsung tersungkur di atas tanah yang sudah di-paving.

"Fyuhh… itu berarti semuanya."

Ucapku sambil membuang pedang lalu menepukan kedua tanganku dan mulai berjalan ke arah Kaito yang berada di belakangku, lebih tepatnya sedang berada di dekat kereta kuda kami sebelumnya.

Sambil berjalan aku telah melihat keadaan sekitar.

Para penjaga tak ada di manapun, pekiraanku mereka dibuat lari oleh banyaknya prajurit yang muncul tapi itu rasanya tidak mungkin karena jumlah penjaga kami sampai sekitar 30 orang, aku sudah menghitungnya sebelum berangkat walau dalam keadaan mabuk tapi aku percaya dengan jumlah yang sudah kuhitung sendiri ini.

Selain itu, kuda yang seharusnya menarik kereta juga tidak ada, sepertinya mereka dilepaskan oleh pengemudinya tapi dalam keadaan terburu-buru juga…

Ahahaha~ entah mengapa perasaanku jadi tidak terlalu enak.

Aku lalu menghampiri Kaito sambil melambaikan tanganku dengan pelan, sementara itu Kaito terlihat sedang melongo seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat oleh dirinya sendiri.

"Yo, Kaito-kun, untuk saat ini semuanya telah aman, mungkin."

"Sa—Sakaki-san… apakah mungkin kalau kau memang benar-benar adalah seorang [Pahlawan]?"

"Heee! Keaslianku juga dipertanyakan lagi kah di sini?!"

"Dari cara bicara Sakaki-san sepertinya ada yang meragukannya juga."

"Yah, aku maklum kok. Penampilanku memang kurang meyakinkan begitu juga sifatku tapi secara de facto aku adalah seorang [Pahlawan] dulu dan begitu juga saat ini."

Masih terpampang tepat di hadapanku, wajah Kaito yang penuh akan ketidakpercayaan.

Aku sih menanggapi semuanya dengan santai.

"Kukira ini semua hanyalah trik dari sang Raja untuk membangkitkan kepercayaan diri kami dengan membuat seseorang yang berpengalaman seolah berada di antara kami."

"Ouh… itu adalah salah satu hal yang mungkin Ougon pikirkan tapi dia tidak akan melakukan hal sejauh itu kok."

Maksudku yang kita bicarakan si Ougon lho, dia sebenarnya memiliki pilihan untuk membuat para Pahlawan menjadi [Slave]:[Budak] miliknya dengan menggunakan [Slave Choker] tapi buktinya dia tidak melakukan hal semacam itu…

Bagi kalian yang belum tahu, [Slave Choker] adalah semacam Item yang akan membuat pemakainya menjadi budak dari seseorang yang sudah memasang kontrak awal dengan sihir [Turn Slave] ke [Slave Choker] tersebut.

Sungguh sebuah Item yang menakutkan dan beberapa kali karena masih awam aku hampir saja mengenakannya…

Ah, gawat.

Aku jadi ingat kenangan lama yang lumayan horor.

Dulu ada seorang gadis bangsawan yang saking menyukaiku sampai mencoba untuk mengalungkan [Slave Choker] kepadaku… ehh, kenangan buruk memanglah buruk dan sulit untuk dilupakan dengan mudah.

"Sakaki-san, kenapa wajahmua menjadi membiru seperti baru saja dicekik begitu?"

"Hanya kenangan lama teringat kembali…"

Aku memalingkan wajahku sambil melihat ke arah dalam kereta dan di sana aku bisa melihat para gadis yang sedang menarik nafas dalam untuk menenangkan diri mereka akan sesatu walau si Shizuka tetap tak sadarkan diri sih.

Kaori keluar dari kereta kemudian berjalan mendekatiku dan sekarang dia berdiri di samping Kaito.

Langkahnya lalu diikuti juga oleh Shigure yang sedang gemetaran, dia juga keluar dari kereta sambil memegangi badannya agar perasaan gemetar yang dirasakannya berkurang, mungkin.

"Oh, bagus-bagus. Kalian berdua tidak apa-apa."

"Semuanya karena Sakaki-san."

"Itu benar, aku tidak menyangka kalau Sakaki-san ternyata sekuat tadi."

Wah, mendapatkan pujian dari dua orang gadis di luar dugaan memiliki efek begitu positif untuk menguatkan mood-ku yang sedang bagus.

Aku hanya tertawa sambil menggaruk kepalaku.

"Hal semacam itu sudah biasa untukku karena aku dulu pernah menangani hal yang sama."

"Tapi kenapa anda tidak menggunakan [Sihir] sejak awal, Sakaki-san?"

Tawaku terhenti dan berganti dengan keringat dingin menetes sedikit dari dahiku.

"Aku tadi… tidak tahu apakah kemampuan [Sihir] milikku masih ada atau tidak sehingga aku hanya melakukannya secara spontan."

Semuanya kembali terdiam.

Entah mengapa pada saat diam ini perasaanku selalu menjadi tidak enak dan biasanya akan datang sesuatu ke arahku.

"Sakaki-san! Bagaimana kalau kau tidak bisa menggunakan pedangmu, bukankah kita bisa mati?!"

Ahh~ sudah kuduga.

Langsung saja Kaito menggenggam pundakku lalu menarik dan mendorongnya terus secara berkali-kali sehingga tubuhku bergoyang ke depan dan ke belakang secara terus menerus.

"Uhh, sudah hentikan, yang penting semuanya terselesaikan kan?"

"Jangan bicara semudah itu! Kau terlalu santai, Sakaki-san!"

Setelah itu dia melepaskan genggamannya kepadaku lalu aku dipaksa duduk dalam posisi seiza dan harus mendengarkan nasehat yang diberikannya kepadaku.

Kepalaku kuanggukan seolah aku memahami segalanya walau sebenarnya aku sama sekali tidak medengarkannya atau bahkan memberi perhatian sedikit pun.

Aku hanya merasa agak tidak berguna karena seorang anak SMA harus menasehatiku.

Aku ini orang dewasa tapi sama sekali tidak bisa berlagak dewasa dengan benar, yah bisa dibilang ini sudah sifatku yang susah untuk dihilangkan sih.

"Apakah kau dengar, Sakaki-san?"

"Tentu saja aku mendengarkan, Kaito-kun."

"Apa yang baru saja kukatakan kalau begitu?"

"Milikilah harem sepertimu yang merupakan tipikal protagonis cerita Isekai."

"Bukan! Yang benar jangan bertindak gegabah dan tanpa perhitungan!"

"Iya, aku paham bagian itu juga."

"Nada bicaramu sama sekali tidak menunjukannya!"

Setelah berteriak secara terus menerus kepadaku yang memiliki kemampuan menjadi tembok pada saat yang kuinginkan, akhirnya Kaito berhenti dan menarik nafas agar bisa menjadi lebih tenang.

"Pokoknya, jangan lakukan hal aneh-aneh."

"Siap~"

Dengan santai aku membalasnya lalu berdiri kembali sambil memandang ke sisi jalan yang di-paving sementara itu aku mendengar suara tawa dari para gadis walau pelan, sepertinya tingkah kami berdua yang membuat mereka tertawa.

Syukurlah mereka bisa tertawa, kalau mereka trauma bisa repot urusannya dan itu hanya akan menambah beban kepadaku saja.

Sisi jalan kami adalah sebuah hutan yang lebat dan dipenuhi oleh pepohonan dengan daun yang memiliki berbagai warna dari merah, kuning, sampai ungu.

Seperti itulah warna pepohonan yang ada di sini, daerah ini memang dipenuhi oleh tanaman unik.

Di sini, sama seperti bumi, pohon biasanya memiliki daun berwarna hijau tapi tak jarang juga ada yang memiliki warna aneh macam yang ada di sini.

Dan aku hanya bisa menghela nafas pada saat menyadari kami semua sepertinya sedang terdampar di tengah jalan tepat di suatu tempat yang tidak kuketahui, semuanya terkesan berbeda dengan Eos yang pernah kujelajahi…

8 tahun sudah cukup juga untuk merubah berbagai hal namun juga memudarkan ingatan akan berbagai tempat kecuali mereka memiliki kesan tersendiri.

"Uhuk, uhuk!"

Ohh, ternyata masih ada prajurit yang sadar rupanya.

Kalau tidak salah… bukankah dia prajurit yang tadi kupukul menggunakan sikutku?

Ah tentu saja, pukulan di perut menggunakan sikut masih kurang untuk menghilangkan kesadaran seseorang.

Aku berniat untuk mendatangi orang itu tapi aku mulai menyadari hal yang salah.

Dia sama sekali tidak bergerak dari tempatnya tapi dia mengeluarkan sebuah peluit dari kantongnya.

Peluit itu terbuat dari tulang sepertinya dan memiliki bentuk melingkar dengan sedikit liukan di ujungnya.

Hmm, peluit itu kalau tidak salah…

Kugunakan database yang berada di ingatanku akan Item macam apa yang sedang digunakan oleh prajurit itu setelah beberapa detik berlalu aku akhirnya sadar Item apa itu.

"Hwaaaa! Jangan tiup!"

Aku yang berteriak sambil memasang wajah kesal memutuskan untuk berlari ke arah prajurit yang akan meniup peluit yang sekarang ada di tangannya itu.

Sebelum aku bisa menjangkau dia, ditiuplah peluit yang ada di tangan prajurit dengan sekuat tenaga.

Mataku segera membulat dan aku berhenti bergerak.

Daripada memikirkan soal prajurit itu aku lebih memilih untuk langsung menatap ke arah langit.

Ah, setelah event fantasi menghadapi musuh lemah biasanya memang ada lanjutannya.

Biasanya event tersebut adalah melawan boss character.

Rasanya itu adalah hal yang tepat untuk menggambarkan apa yang akan terjadi berikutnya.

Raungan dari salah satu mahluk yang terkenal paling menakutkan sekaligus terkuat di seantero Eos pun menggelegar meruntuhkan langit dan membelah udara, orang biasa yang mendengarnya akan langsung menutupi telinganya seperti ada sesuatu yang langsung menusuk masuk ke dalam gendang telinga mereka.