Meskipun aku sendiri adalah orang yang meneerima Leena masuk ke dalam party-ku sendiri, tapi aku juga tidak sampai memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya karena semuanya murni keluar dari dalam pikiranku yang didorong oleh perasaan begitu saja.
Mengingatnya saja sudah membuatku merasa amat begitu bersalah karena tidak bisa menjamin segalanya terhadap Leena.
Kini diriku sudah berada di depan konter Guild sekali lagi dan hanya bisa tersenyum masam pada saat mengingat saat-saat dimana aku menumpahkan perasaanku kepada Leena.
Ini antara aku terlalu bodoh dan terbawa perasaan atau baru saja berhasil menyelamatkan seseorang yang sudah tidak punya apapun.
Apapun itu juga pada akhirnya aku harus memikirkan bagaimana cara untuk menghadapi semua hal untuk ke depannya.
Apalagi aku mengajak Leena masuk ke dalam party tanpa mengetahui apapun mengenai dirinya.
Kekuatan, kemampuan, skill, sihir, dan lain sebagainya masihlah tidak diketahui karena pemeriksaan dengan menggunakan Estimation Stone masih belum dilakukan.
Walau aku bisa dibilang seperti salah satu orang terkuat di sini tapi jujur aku sama sekali tidak memiliki skill macam appraisal yang memungkinkan untuk melihat kemampuan orang lain, aku tahu terlihat sangat menyedihkan seorang tokoh novel dengan tema Isekai tidak memilki skill wajib ini tapi aku setidaknya berencana untuk mempelajarinya nanti.
Sekarang sedang berjalan tantangan sebenarnya dari keputsusanku untuk mengundang masuk Leena ke dalam party-ku.
"Senang bertemu denganmu, aku Leena. Mulai dari sekarang mohon kerja samanya!"
Sang gadis Elf pirang kini tengah menundukkan kepalanya tepat di hadapan Shigure.
Ini sepertinya adalah salah satu cara untuk memperkenalkan diri di Eos yang memiliki perbedaan budaya kental yaitu dengan menundukkan kepala lalu menyebutkan nama serta menyatakan tujuan atau keinginan mereka.
Aku sudah agak lupa dengan berbagai budaya yang ada di dunia ini sih, wajar saja karena sudah 7 tahunan aku meninggalkan tempat ini.
Namun apa yang paling penting dari situasi ini adalah fakta kalau Shigure terlihat kebigungan dengan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan perasaan terkejut dan diiring dengan dua patah kata saja, "Eh apa?"
Aku yang melihatnya hanya bisa mengusap pelan wajahku lalu mengganti ekspresi kaku yang terpasang dengan sebuah senyuman kecil.
"Anu, jadi begini Shigure… biarkan aku yang memberikan penjelasan dari sini."
Bagaikan seseorang yang memiliki tingkat intelektual tinggi aku menyilangkan kedua tanganku lalu memasang wajah serius dan tak lupa diiringi dengan senyuman yang terkesan menyebalkan bagi beberapa orang.
"Leena ini akan menjadi anggota baru dari Party kita!"
Kunaikkan jempolku dengan penuh kepercayaan diri setelah mengucapkan kalimat yang menjadi pemberi hasil akhir dari percakapan antara kami berdua.
"Eh? Eh?"
Shigure masih menggerak-gerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan pandangan mata kosong seolah dia masih belum bisa menerima apa yang baru saja terjadi tepat di depan matanya.
Aku sendiri langsung mengeluarkan senyuman kembali, bukan penunjuk kalau aku percaya diri lagi, senyuman ini telah turun level sampai ke saat dimana seseorang bisa mempertanyakan apakah aku sekarang benar-benar memiliki niat untuk tersenyum atau tidak.
"Mohon bantuannya."
Sekali lagi, Leena mengulang perkataanya dan masih dalam posisi menundukkan kepalanya.
Rasanya sudah tidak apa-apa untuk menaikkan kepalanya tapi karena dia masih belum mendapatkan jawaban apapun dari Shigure sehingga dia masih terus menunduk.
Aku segera bergerak mendekati Shigure sambil berbisik dengan pelan kepadanya.
"Agar situasi ini aneh ini segera berakhir lebih baik kau menjawab perkenalannya saja."
Shigure masih berada dalam keadaan syok sehingga dia masih belum bisa menjawabku dengan begitu jelas.
Aku sendiri tidak tahu alasan akan mengapa dia bisa sampai sekaget ini namun aku setidaknya bisa mendengar sedikit bisikan yang keluar dari mulutnya.
"Sakaki akan menggantikanku dengan gadis ini…."
EEEH!?
Jadi itu yang membuat di khawatir!!?
Aku hanya bisa memasang wajah terkejut.
Ternyata pikiran milik Shigure sudah mencapai taraf seperti itu padahal kami masih belum terlalu lama bekerja sama.
"Oi, oi. Bertahanlah Shigure."
Dengan pelan aku mulai menggoyang-goyangkan tubuh milik gadis berambut perak dengan tubuh mungil tersebut sembari memasang wajah khawatir.
"Aku tidak akan menggantikanmu dengan orang lain atau semacamnya kok, aku hanya ingin kau menyambut anggota Party baru kita."
Baru setelah dia mendengar perkataanku wajah milik Shigure menjadi lebih cerah daripada sebelumnya.
Dia memandangiku dengan tatapan yang seolah mengatakan, "Benar kah?" dan terlihat memelas juga.
Seolah memahami tatapan matanya, aku menganggukan kepala dengan pelan secara berkali-kali agar Shigure tidak kehilangan keyakinannya sekarang.
Sebuah helaan napas dihembuskan dari mulut milik Shigure.
Aku langsung melepaskan genggaman tanganku lalu melakukan hal yang sama dengan Shigure.
"Apakah ada yang salah, Sakaki?"
Leena sepertinya menyadari tingkah aneh kami berdua dan dia juga telah mengangkat kepala miliknya.
Dia bertanya dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kalau dia tengah bingung degan segala hal yang terjadi.
Memang apa yang terjadi begitu aneh sih kalau dipandang dari sisi mata orang lain.
Orang-orang yang berada di dalam Guild memandangi kami lalu setelah aku memberikan tatapan tajam menggunakan mataku mereka semua langsung mengalihkan pandangan dan mengerjakan kegiatan mereka sebelumnya.
"Anu, jadi pada intinya, Sakaki. Kau baru saja merekrut gadis Elf tak bersalah masuk ke dalam party-mu?"
Demias yang berada di belakang kami semua bertanya dengan nada bicara penuh dengan sarkasme dan jujur itu agak mengangguku…
"Apa yang akan kau lakukan berikutnya? Membuat Harem dengan kedua gadis itu?"
Pandangan tidak mengenakan langsung dilancarkan oleh Shigure dan Leena di saat yang bersamaan kepada diriku.
Sebagai laki-laki jantan dan memiliki budi pekerti yang baik tentu saja aku tahu cara untuk menjawab ucapan dari Demias.
"Bicara lebih jauh lagi maka akan kubunuh."
"… aku paham."
Tindakan yang benar-benar jantan namun terlihat tidak memiliki budi pekerti, maafkan aku yang tadi sok mengumbar soal budi pekerti.
Aku rasanya lebih mirip tokoh cerita Web Novel Cina ketimbang pahlawan Isekai kalau bertingkah seperti ini terus.
Akhirnya, perkenalan antara Shigure dan Leena berjalan dengan lumayan lancar.
Mereka berdua sudah bisa berbicara antara satu sama lain dengan cukup baik.
Terkadang Leena terlihat gugup dan tidak tahu harus menghadapi Shigure yang bertingkah seperti seseorang yang tidak tahu banyak soal budaya dunia ini, aku memang belum mengajarinya hal semacam itu kepadanya sih sehingga bantuan dari Leena akan sangat dihargai.
Untuk saat ini kami mengaku sebagai sepasang pemuda-pemudi yang berasal dari desa yang jauh dan terisolasi sehingga kami kurang memiliki pengetahuan dari dunia ini, tapi aku juga mengatakan kalau aku kurang lebih sudah bisa mengetahuinya karena aku punya kemampuan untuk menulis dan membaca.
"Aku mempelajari semuanya dari buku."
Seperti itulah jawabanku pada saat Leena menanyaiku tentang beberapa hal untuk meyakinkan dirinya kalau kami memanglah orang yang berasal dari desa.
Sementara itu aku bilang kalau Shigure masih belum pernah membaca buku apapun atau pun memiliki pengetahuan baca tulis karena orang orang tuanya adalah orang yang benar-benar menolak budaya dari luar.
Sementara orang tuaku lebih santai dalam menghadapi hal semacam ini.
Dia juga mempertanyakan warna rambut milik kami berdua yang kurang lebih sama namun memiliki beberapa perbedaan tertentu.
Jawaban yang kuberikan adalah supaya terdengar semakin meyakinkan adalah karena milik Shigure merupakan rambut alami, itu sudahlah kebenarannya, sementara aku memiliki rambut berwarna putih layaknya orang tau karena suatu kejadian tertentu.
"Lebih tepatnya upacara tertentu untuk mendapatkan kekuatan yang luar biasa, sebagai gantinya aku kehilangan warna rambutku dan warna mataku menjadi emas."
"Aku pernah mendengar fenomena semacam ini tapi seharusnya ini adalah hal yang jarang terjadi."
"Bukan jarang lagi sih, ini sudah sangat langka."
Kemungkinan untuk terjadinya mungkin adalah satu banding jutaan orang yang ada di benua ini amatlah kecil.
Di bawah 10% dan jika terjadi pun akan sangat diragukan kalau mereka yang mengalaminya bisa bertahan hidup dengan dipaksakannya pengetahuan serta mana yang begitu besar.
"Mana Abundance adalah kejadian yang amat langkah dan menandakan kalau seseorang telah melewati batas kekuatannya namun masih dipompa dengan mana itu sendiri sehingga tubuh mereka harus menyesuaikan diri, pada akhirnya tubuhku menjadi lebih kuat dan lebih mahir dalam menggunakan sihir daripada sebelumnya."
Lanjutku sembari tertawa pelan dan menunjukkan otot tanganku yang membesar.
Pada dasarnya tubuhku sendiri pada saat masih berada di dunia asal memiliki kekuatan fisik yang berada di atas rata-rata orang normal, mungkin ini juga adalah saat yang tepat untuk menceritakan bagaimana aku bisa mati dengan begitu mudahnya, yakni hanya dengan menerima sebuah tabrakan dengan truk begitu saja.
Bisa dibilang fisik tubuhku saat ini jauh berbeda dengan fisik yang kumiliki pada saat masih hidup di dunia asal, sebenarnya aku bisa menggunakan sihir dan semacamnya juga pada saat masih berada di sana namun karena beberapa alasan dan demi menjaga kedamaian hidup tentunya aku sebisa mungkin tidak membiarkan diriku menjadi pusat perhatian secara sia-sia.
Dengan kata lain walau aku memiliki kemampuan melebihi manusia dengan sihir dan semacamnya bukan berarti tubuhku juga memiliki kemampuan dan kekuatan yang melebihi manusia, ingat saja peranku pada dasarnya adalah seorang penyihir walau sempat menjalani hari-hari sebagai pahlawan berpedang yang benar-benar memuakkan dan sangat mengkhawatirkan karena nyawaku bisa menghilang kapan saja dengan sekali tebasan pedang.
Sehingga kemampuan fisikku masih belum mampu menahan serangan yang bisa digambarkan sebagai 'Serangan Penentu Kehidupan dan Kematian'.
Kekuatanku tidak hilang atau apa, tapi hanya saja secara fisik aku memang sudah setara walau setidaknya berada agak di atas orang biasa.
Kejadian dengan pemberian kemampuan God Alchemy merubah segalanya.
Aku memang tidak membaca semua efeknya dengan detil tapi aku bisa tahu setidaknya kalau Skill yang serupa dengan Cheat tersebut memberikan efek sejauh ini kepada tubuhku, efek dimana terjadinya perubahan fisik habis-habisan.
Rasanya aku jadi mirip seperti tokoh dari novel tertentu dimana sang tokoh utama terdampar di lantai paling bawah dari sebuah Dungeon dan karena berbagai kejadian yang terjadi di sana akhirnya ia menjadi orang terkuat sedunia, bedanya antara kami mungkin hanya ada di sifat serta penampilan secara keseluruhan, rambut kami sama-sama putih dan fisik kami menguat secara drastis, walau aku belum memastikan level atau status milikku sama sekali, tetapi aku juga tidak menjadi sekejam dan sekeras dia sih.
Kalau aku bertarung melawan dia maka yang ada kematian menemuiku sih, senjatanya itu pistol dengan kecepatan 2.3 km/h lho! Pelurunya bisa langsung menembus kepala seseorang dalam waktu kurang dari satu detik, membayangkan harus melawan monster semacam itu saja sudah membuatku merasakan perasaan horor tersendiri.
Tetapi, kembali pokok bahasan awal.
Aku sudah menjelaskan semuanya secara mendasar kepada kalian akan alasan mengapa aku bisa mati.
Sehingga kurasa lebih baik kita kembali melihat hal yang tengah terjadi untuk saat ini.
Aku memandang ke arah sekitar Adventure Guild yang telah menjadi agak lenggang karena hari sudah mulai menjadi siang, kebanyakan para Adventurer lainnya pasti tengah menjalankan pekerjaan.
Kami, aku dan Shigure, masih harus menunggu keputusan dari para petinggi Guild sebelum bisa mengambil pekerjaan lainnya karena apa yang baru saja kami kalahkan adalah Calon Raja Iblis.
Aku harus memberikan penekanan di sana.
CALON RAJA IBLIS.
Walau pada awalnya aku merasa kalau ini begitu aneh serta aku sendiri sudah menebak kalau si Skeleton Knight itu adalah Calon Raja Iblis dengan melihat auranya tetapi sekarang setelah mendapatkan kepastian dari para petinggi akhirnya aku menjadi yakin dengan semuanya yang terjadi kepada kami.
Kami baru saja membantu dunia ini mengurangi masalah yang sedang menimpanya.
Aa, aku ingat kalau aku belum menceritakan tentang ancaman macam apa yang akan menyerang dunia ini karena beberapa alasan, dimana salah satunya mungkin adalah tidak adanya kesempatan untuk melakukannya.
Baik… aku mengaku.
Aku sebenarnya lupa untuk mengatakannya.
Apa yang terjadi sebenarnya kepada Eos, setidaknya untuk saat ini hanya kepada Benua Barat adalah keberadaan dari orang-orang yang entah bagaimana caranya memiliki pecahan kekuatan Raja Iblis di dalam diri mereka.
Karena kekuatan dari Raja Iblis itu mereka tentunya menjadi kuat, bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa, dan lain-lain, rasanya aku tidak perlu menuliskannya karena hal-hal semacam itu sudah bisa diperkirakan dari mereka yang memiliki pecahan kekuatan Raja Iblis.
Para Calon ini memiliki jumlah sekitar 22 orang.
Walau sedari tadi aku memanggil mereka dengan menggunakan kata 'orang' namun sepertinya para Calon Raja Iblis ini tidak hanya terbatas kepada orang saja….
Buktinya si Skeleton Knight masih dianggap sebagai Calon Raja Iblis walaupun dia sudahlah bukan 'orang'.
Aku sendiri belum mendapatkan info apapun yang bisa dianggap berguna dan lebih penting daripada sebelumnya.
Aku sendiri langsung mengingat kejadian bersama dengan Lumia dimana karena beberapa alasan akhirnya aku tidak bisa masuk ke dalam bagian dalam distrik Steelfit yang akan mengantarku masuk ke dalam Istana Steelfit, tempat dimana Ougon berada dan menjadi titik dimana kami semua akan mendapatkan informasi akan apa yang sebenarnya terjadi.
Namun gara-gara tingkahnya yang mengeluarkan amarah seperti anak kecil meski caranya benar-benar tertata rapi seperti sebuah rencana orang dengan pemikiran hebat, akhirnya aku dan Shigure tidak bisa berhadapan dengan Ougon dan mendapatkan informasi yang cukup.
Aa, seharusnya aku memaksakan diriku sedikit pada saat itu…
Kalau tidak seharusnya pada saat itu—
—Kubunuh dia.
Eh?
Rasanya seperti ada suatu pikiran yang aneh baru saja terlintas di dalam kepalaku…
Mungkin hanya perasanku saja.
Pokoknya, untuk saat ini kami menghabiskan hari, aku bersama Shigure dan Leena, di dalam Adventure Guild.
Sementara Shigure mengobrol bersama Leena yang penuh semangat karena tengah berbincang bersama penyelamatnya, aku memandangi langit-langit dari Guild sembari mendengus pelan.
"Sebenarnya perasan macam apa yang baru saja kurasakan tadi? Rasanya sungguh tidak enak…."