webnovel

Chapter 2 Pengganti

Satu hari sebelumnya.

"Habislah aku. Hidupku benar-benar berakhir." Ucap seorang wanita yang terlihat seperti seumuran Aubrieta.

"Ada apa?" Tanya Aubrieta heran.

"Ayahku mencoba untuk menjodohkan aku lagi dengan pria yang tidak aku kenal! Aku benci sekali!" Jawab wanita itu sambil menangis.

"Kau sudah menolaknya?" Tanya Aubrieta.

"Tentu saja aku sudah menolaknya. Kau kan tahu sudah berapa kali kita melakukan hal gila untuk membatalkan perjodohan yang diatur ayahku. Aku tidak mengerti kenapa dia terobsesi sekali dengan perjodohan. Setiap hari dia selalu menyuruhku untuk menikah. Padahal aku kan masih muda sekali." Jawab wanita itu.

"Tahun ini kau sudah 27 tahun."

"27 tahun itu masih muda sekali! Kau juga 27 tahun ini!" Ucap wanita itu.

Aubrieta hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. Apa yang dikatakan Joan benar. Semua cara telah mereka lakukan untuk menghentikan perhodohan yang diatur oleh ayah Joan. Mulai dari memakai pakaian lusuh seperti gembel, pura-pura gila, menjadi wanita serampangan, wanita penggoda sampai melakukan pengusiran setan di depan pria yang bahkan tidak mereka ingat lagi wajahnya. Tapi semua itu hanya berakhir dengan sia-sia.

"Jadi apa rencananya?" Tanya Aubrieta dengan serius.

"Aku benar-benar kehabisan ide sekarang. Kau punya ide baru?" Jawab Joan sambil mengerucutkan bibirnya kedepan.

Aubrieta hanya menggeleng sambil mengambil laptopnya yang terletak diatas meja. Kepalanya terasa sakit hanya dengan memikirkan permasalahan Joan saja. Belum lagi pekerjaannya yang semakin menumpuk. Jadwal deadline komik karyanya yang semakin dekat dan dekat. Setiap hari dia harus berkutat dengan gambar didalam kamar seharian tanpa mandi dan hanya makan berbagai macam makanan yang bisa dia temukan di rumahnya.

Hidupnya benar-benar tidak sehat dan sayangnya satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah menggambar. Ah ya, ada dua hal lagi yaitu menghayal dan memasak. Berkat khayalan yang tinggi dan terkendali, dia bisa mendapat pekerjaan. Thanks to that. Kalau soal memasak... Sebenarnya dia bisa, hanya saja dia tidak punya cukup waktu akhir-akhir ini. Apalagi dia berencana untuk mengikuti kompetisi komik di sebuah perusahaan komik nomor 1 yang ada di negara ini. Atau mungkin dunia?

"Aku punya ide!" Ucap Joan tiba-tiba di tengah aktivitas menontonnya.

"Hmm." Gumam Aubrieta tidak jelas karena dia sedang fokus membuat alur cerita untuk komiknya.

"Kita bayar saja orang lain untuk menggantikanku." Ucap Joan yang merasa bangga dengan ide brilian nya.

"Aku rasa itu bukan ide yang bagus."

"Kenapa?" Tanya Joan terkejut.

"Ayahmu akan tahu hal ini dan kartu kredit kesayanganmu itu akan diblokir. Kau bilang kau tidak bisa hidup tanpa kartu itu." Jawab Aubrieta sambil menatap Joan.

"Ya ampun! Aku hampir lupa! Untung kau beritahu! Hampir saja hidupku berakhir karena kebodohanku sendiri." Ucap Joan dengan lega.

"Bagaimana kalau kau berpura-pura   menjadi seseorang yang tidak tertarik dengan seorang pria?" Tanya Aubri tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Tidak, itu sama seperti menggali kuburanku sendiri. Kau pikir ayahku akan membiarkan putri satu-satunya seperti itu? Yang ada dia akan langsung menikahkan aku saat itu juga hari itu juga."

"Apa kita akan melakukan pengusiran setan lagi?" Tanya Aubri sambil menatap Joan.

"Aku tidak mau melakukan hal itu untuk keempat kalinya." Jawab Joan dengan lelah.

"Bagaimana kalau pakai baju kerajaan?" Tanya Aubri.

"Tidak untuk kedua kalinya. Baju kerajaan sangat sesak dan panas sekali!" Jawab Joan setelah menghela napasnya dengan kasar.

"Pakai baju badut." Ucap Aubrieta sambil tersenyum.

"Oh please.."

"Bagaimana kalau kau jadi gembel lagi?" Tanya Aubrieta sambil terkekeh.

"God, aku tidak mau jadi gembel dan berakhir di kantor polisi lagi." Jawab Joan.

"Aku tidak bisa memberimu ide lagi." Ucap Aubri menyerah.

"80's style!" Ucap Joan tiba-tiba dengan penuh semangat.

"Bukannya kita sudah pernah melakukannya?" Tanya Aubri sambil berpikir.

"Tapi tema colorful belum!" Jawab Joan dengan senyum lebarnya.

"Oke, kali ini apa imbalannya?" Tanya Aubri sambil menutup layar laptopnya.

"BBQ daging kualitas terbaik di restoran mahal. Sepuasnya." Jawab Joan dengan matanya yang berkilat.

"Oke!"

Mereka berdua langsung berdiri sambil memasang kuda-kuda layaknya lawan yang akan melakukan pertandingan seni beladiri. Joan menatap Aubri dengan tatapan tajam dan serius begitu juga sebaliknya. Mereka berputar beberapa kali lalu dengan kompak mengangkat tangan kanan mereka ke udara dan dalam hitungan ketiga tangan mereka jatuh ke bawah dengan bentuk jari yang berbeda. Yup guys, mereka sedang melakukan gunting batu kertas.

"YES!" Tetiak Aubri dengan senang.

"Aish.. Hampir saja." Ucap Joan dengan kecewa.

"Asik! Akhirnya perbaikan gizi hahaha." Ucap Aubri sambil tertawa dengan puas.

"Baiklah, tidak masalah. Kita bisa membeli semua makanan yang kita mau dengan kartu ini. Aku akan mentraktir makananmu sampai kau menikah nanti. Karena setelah kau menikah, kau punya suami yang akan memberimu makan jadi aku tidak perlu khawatir lagi jika kau lupa atau kelaparan karena terlalu lama berada di dalam kamar." Ucap Joan dengan senyuman lebarnya.

"Joan.." Ucap Aubri terharu sambil memberi Joan sebuah pelukan hangat.

"Kenapa jadi sedih begini sih? Ayo kita selesaikan tahap selanjutnya." Ucap Joan sambil tertawa.

"Oke, baiklah. Aku tidak akan mengalah kali ini." Ucap Aubri dengan serius.

"Aku juga akan mengeluarkan semua kemampuan yang aku punya hari ini." Ucap Joan sambil merilekskan jari-jarinya.

"Siapkan dirimu. Kita akan memilih siapa yang akan menemui pria itu kali ini." Ucap Aubri.

"Baiklah, aku yakin akan menang." Ucap Joan setelah menghirup udara dalam-dalam.

"Bersiaplah."

Mereka berdua melakukan gerakan yang sama seperti tadi. Mereka berputar dua kali lalu mulai mempertaruhkan keberuntungan yang mereka miliki untuk besok. Dalam hitungan detik mereka sudah langsung tahu siapa yang harus bertemu dengan pria itu besok. Mau tidak mau yang kalah harus menjalankan misi rahasia mereka.

Kira-kira seperti itulah pertemuan konyol di restoran itu bisa terjadi. Pertemuan yang sudah direncanakan dengan matang malah salah alamat dan menyebabkan kekacauan. Mereka berdua pikir target yang akan mereka hadapi kali ini akan mudah tersingkir seperti biasanya. Namun, sepertinya perkiraan mereka melesat kali ini. Siapa yang akan menyangka kalau target yang muncul malah orang lain? Sial. Hari ini benar-benar sial.

"Cepat masuk!" Ucap Joan sambil membuka pintu mobil agar Aubri bisa langsung masuk.

Aubrieta masuk ke dalam mobil dengan cepat tanpa kendala apapun.

"Cepat! Injak gas nya!" Ucap Aubri dengan panik sambil menutup pintu mobil dengan cepat.

"Aku sedang berusaha! Jangan mendesakku!"

"Berhenti! Kalian yang ada disana!"

"Cepat Joan!" Ucap Aubri.

"Aku sedang melakukannya!" Ucap Joan dengan panik.

"Kenapa mobilnya malah mundur?!" Tanya Aubri yang ikut panik karena Joan yang tiba-tiba berteriak.

"Kenapa kau ikut berteriak?! Aku tidak tau kenapa mundur!" Teriak Joan.

"Karena kau tiba-tiba berteriak! Aku jadi panik juga!" Ucap Aubri.

"Damn!" Maki Joan dengan kesal.

"Hentikan mobilnya!" Teriak seorang pria dari luar mobil.

"Fuck! Kalau kau tidak jalan juga akan aku ganti yang baru!" Umpat Joan sambil menginjak pedal gas mobilnya.

Akhirnya mobil itu dapat melaju ke depan dengan lancar. Joan dan Aubri kompak menghela napasnya dengan lega saat beberapa pria bertubuh besar itu tidak dapat mengejar mereka lagi. Aubri melepas beberapa aksesoris yang dia pakai dengan kasar. Rasanya sesak dan tidak nyaman sekali. Apalagi baju ketat dengan warna terang yang terlalu mencolok ini. Arhgghh.. Demi apapun dia tidak mau memakai baju seperti ini lagi.

"Kau lihat kan tadi? Aku sangat hebat sekali! Aku pikir aku bisa jadi pembalap profesional sekarang. Aku benar-benar berbakat sekali." Ucap Joan sambil tertawa.

"Kalau hal itu sampai terjadi, aku akan mencukur botak rambutku."

"Kau tidak bisa menarik perkataanmu lagi ketika aku benar-benar jadi pembalap nanti." Ucap Joan sambil melirik Aubri.

"Ya, terserah kau saja." Ucap Aubrieta tidak peduli.

"Kenapa kau dikejar pria-pria besar itu tadi?" Tanya Joan heran.

"Kita hampir saja ketahuan." Ucap Aubri sambil menggosok bibirnya dengan tisu basah.

"Hah? Kenapa bisa jadi seperti ini? Kau bilang apa padanya?" Tanya Joan heran.

"Aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku sudah melakukan semua yang aku bisa dan reaksi pria itu juga cukup bagus jadi aku pikir rencana kita kali ini juga akan berhasil. Aku masih tidak mengerti kenapa malah jadi seperti ini."

"Terus?" Tanya Joan penasaran.

"Lalu tiba-tiba dia mengatakan kalau dia bukan pria yang bernama Keanu! Awalnya aku pikir dia sedang bercanda tapi ternyata dia benar-benar bukan Keanu yang kita cari!"

"Hah?! Bagaimana bisa?! Kau yakin tidak salah meja?!" Tanya Joan bingung.

"Tidak, aku sudah sangat yakin sekali dengan mejanya. Tapi kenapa pria yang ada disana mengaku bukan Keanu? Maksudku bagaimana bisa ada orang lain di meja yang sudah direservasi atas nama Keanu?" Jawab Aubri.

"Coba sebutkan ciri-cirinya. Aku hanya diberi beberapa ciri-ciri pria itu karena informasi pribadi orang-orang kaya sangat dirahasiakan dari publik." Ucap Joan.

"Pria yang aku temui itu sangat tampan, rambutnya coklat gelap, alisnya tebal dan rapi, matanya tajam, hidungnya mancung."

"Kalau ciri-ciri yang kau sebutkan itu hampir dipunyai oleh setengah populasi di dunia ini. Maksudku lebih spesifik lagi. Seperti apa sifatnya saat dia berbicara? Apa dia tipe perayu?"

"Tidak, dia sangat... Misterius. Kau tahu seperti dingin dan tak tersentuh. Tipe yang cuek dan tidak peduli."

"Oh My! What? Kali ini kita benar-benar gagal total! Keanu yang dijelaskan oleh sekretaris ayahku itu sangat bertolak belakang dengan yang kau jelaskan. Keanu itu tipe pria perayu! Dia sangat manis dan pintar merayu para wanita! Kau tahu tipe pria yang charming!"

"Habislah kita kali ini."

Di tempat lain, Orion yang masih marah atas apa yang baru saja terjadi memilih untuk mendatangi Keanu yang saat ini masih menjadi buronan. Nomor pria itu mendadak tidak aktif. Begitu juga dengan semua orang yang berada disekitarnya. Sialan kau Keanu. Umpatan demi umpatan terus menggema di batin Orion. Dia tidak menyangka kalau hari ini dia mendapat begitu banyak kesialan.

"Lacak plat mobil yang aku kirimkan barusan padamu dan cari tahu latar belakang pemiliknya. Oh ya, cari juga dimana bajingan itu berada sekarang."

"Baik, pak." Jawab sekretaris Orion melalui telepon.

Orion menutup sambungan telepon mereka lalu melempar benda itu dengan kasar ke bangku samping. Kepalanya benar-benar sakit sekarang. Keanu. Pria bajungan itu. Dia tidak mengerti kenapa mereka masih berteman sampai saat ini. Setelah semua yang telah dilakukan pria itu padanya, seharusnya Orion menghapus pria itu sepenuhnya dari hidupnya sejak lama. Hah, sial.

"Kita kemana sekarang pak?" Tanya Supirnya.

"Pulang ke rumah."

"Baik, pak."

Keanu sialan. Lihat saja nanti saat dia berhasil ditemukan. Orion memejamkan kedua matanya sambil menggertakkan giginya dengan kuat. Ini sudah keterlaluan. Wanita gila itu juga. Sial, kenapa juga dia masih memikirkan wanita itu? Hah, bikin kesal saja. Orion menarik salah satu sudut bibirnya keatas. Kalau dipikir wanita itu lucu juga ya. Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan?! Aku pasti sudah gila.

"Apa ada masalah lagi pak?" Tanya pengawalnya.

"Tidak."

____________

To be continued