Cantika masih mengomel-omel tak jelas dan pria itu pun hanya diam saja mendengarkan semua isi hati dari wanita yang ia gendong.
Sampai apartemen Cantika pun langsung berubah agresif. Entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang Cantika pun melumat bibir dari pria yang ada didepannya. Bahkan secara terang-terangan wanita ini pun mulai menanggalkan seluruh pakaiannya sampai benar-benar polos.
Pria dihadapannya pun tak bisa menolak jika disuguhkan pemandangan yang begitu elok dihadapannya. Ia seorang pria normal tak bisa jika melepaskannya. Kini keduanya pun bertempur sampai pagi dengan berbagai gaya.
Keesokan harinya Cantika pun terbangun dan terkejut karena ia berada di dalam sebuah kamar. Ia juga melihat dirinya sendiri.
"Ya, ampun," gumamnya melihat dirinya benar-benar polos hanya tertutup selimutnya.
Wanita ini pun. melihat sekitar kamar ini tak asing sekali. Ia melihat sekitar mencari di mana pakaiannya tapi, di lantai tak ada satu helai pakaian pun.
Dalam hati berpikir. "Di mana pakaianku?" tanyanya sendiri.
"Selamat pagi menjelang siang," sapa seseorang yang benar-benar tak asing sekali.
"Leonar!" serunya terkejut saat melihat pria ini ada dihadapannya yang hanya mengunakan handuk saja untuk menutupi area sensitifnya.
"Kamu itu seorang penipu!" hardiknya menyeringai.
"Apa maksudmu?" tanya Cantika dengan nada tinggi.
"Yah, kamu menipu dirimu sendiri. Bilang rela melepaskan tapi, kenyataan kamu tak bisa hidup tanpa aku kan ...." Leonar menyeringai.
"Hentikan omong kosong mu," bentak Cantika beranjak bangun.
Akan tetapi, Leonar pun berjalan cepat dan mendorong tubuh Cantika sampai Cantika berbaring di tempat tidur. Sesaat Cantika dan Leonar pun saling melihat satu sama lain. Kedua tangan Leonar pun begitu kekar menahan ke tempat tidur dengan Cantika yang ada di bawah tubuh Leonar.
Cantika pun berpaling namun, dengan lembut tangan Leonar pun membalikan wajahnya dah keduanya saling melihat satu sama lain.
"Lepas," pinta Cantika mencoba mendorong tubuh Leonar yang berada di atasnya.
Pertahanan tubuh Leonar begitu kuat sehingga Cantika benar-benar tak bisa melepaskan diri. Leonar pun malah melumat bibir Cantika yang menolaknya akan tetapi, Leonar pun memaksanya sampai membuat Cantika pun tak bisa berkutik dan pada akhirnya pasrah.
Leonar pun mulai menjelajahi seluruh tubuh Cantika dari wajah sampai area sensitifnya. Wanita ini yang membuatnya jatuh cinta. Cantika pun mulai merasakan setiap sentuhan yang diberikan Leonar.
Cantika menikmati setiap sentuhan dari laki-laki yang membuatnya gila seperti ini. Entah berapa lama keduanya bercinta sampai pada akhirnya pun keduanya kelelahan.
"Bukanya kamu sudah bertunangan?" tanya Cantika saat keduanya sudah selesai bertempur dengan tubuh polos yang ditutupi selimut.
"Memang kenapa? Yang sudah menikah pun bisa selingkuh apalagi baru bertunangan," jawab Leonar santai.
"Kamu tak bisa seperti ini?"
"Kenapa? Bukankah ini yang kamu mau?"
"Aku mau pulang," ucapnya beranjak bangun.
"Tak bisa, kamu harus menyelesaikan urusan kita," tahan Leonar menarik tangan Cantika sampai Cantika kembali berbaring.
"Urusan yang mana? Bukankah semuanya sudah selesai! Kamu sudah bertunangan ya sudah apa lagi?" tanya Cantika dengan nada tinggi.
"Kamu yang memaksaku untuk bertunangan dengan Karisa! Apakah kamu lupa?" balik tanya Leonar dengan nada lebih tinggi dari Cantika.
"Masalah apa?"
"Kamu."
"Aku?"
"Ya, kamu! Karena kamu begitu jaim mencoba menipu hatimu sendiri."
"Kamu lupa, Ibumu tak menyukaiku? Kamu mau menjadi anak durhaka karena melawannya."
"Kenapa pikiranmu begitu picik?" Leonar beranjak bangun.
Cantika memperhatikan Leonar dan ikut beranjak bangun.
"Kamu ingin mempermainkan ku?" tanya Leonar sembari memegang dagu Cantika dengan sangat keras.
"Lepas, kamu menyakitiku!" seru Cantika berpaling saat Leonar melepaskan tangannya dari dagu Cantika.
"Sekarang semuanya terserah padamu Cantika. Aku hanya ingin kamu bersamaku tapi, kamu malah menyerah sebelum bertanding," ungkapnya berjalan meninggalkan Cantika dan masuk kamar mandi.
Cantika terdiam sesaat setelah itu beranjak bangun. Ia mencari pakaiannya dan langsung pergi dari apartemen Leonar. Matanya berkaca-kaca akan tetapi, ia mencoba menahannya.
Cantika pun menyetop taksi karena saat ini ia ingin pulang akan tetapi, saat ia akan masuk taksi seseorang menarik tangannya. Laki-laki itu pun menutup mulut Cantika dan segera mengendongnya membawa Cantika masuk ke mobil yang ada dibelakangnya.
Laki-laki itu pun melempar tubuh Cantika yang langsung berteriak akan tetapi, laki-laki itu langsung menutup mulutnya dengan lakban dan mengikat tangan dan kakinya agar Cantika tak bisa kabur.
Tak ada yang melihat kejadian ini karena pada siang ini di luar apartemen terlihat sangat sepi dan tak begitu banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar sini. Mobil itu pun melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan halaman apartemen.
Leonar pun keluar dari kamar mandi. Melihat sekitar Cantika sudah tak ada di kamarnya. Leonar pun menghembus napas panjang. Leonar memang agak lama berada di kamar mandi.
Laki-laki ini merenung sendiri. Ia tak tau lagi bagaimana cara menghadapi Cantika? Padahal jika Cantika mau, mereka bisa berjuang bersama-sama untuk meluluhkan hati Ibunya.
Suara ponselnya pun berbunyi. Leonar pun mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera di ponselnya. Leonar pun mengangkatnya.
"Halo."
Tak ada jawaban sama sekali. Hanya terdengar suara seseorang bersenandung ria.
"Halo," jawab Leonar sekali lagi. Lagi-lagi tak ada jawaban sama sekali.
Leonar pun bergegas menyadari ada yang tidak beres dengan Cantika. Ia segera memakai pakaiannya dan langsung keluar dari apartemennya. Ia melihat sekitar tak ada apa pun di luar halaman.
Salah satu penjaga apartemen pun menghampiri Leonar. "Siang Pak," sapa nya.
"Bapak melihat seorang wanita yang kemarin malam saya bawa ke sini. Dengan perawakan tinggi berpakaian hitam dan berambut panjang?" tanya Leonar serius.
"Karena itu? Bapak ikut saya," ajaknya.
Leonar pun mengerutkan keningnya dan mengikuti penjaga itu ke ruang keamanan. Salah satu penjaga itu pun menunjukan salah rekaman cctv sekitar satu jam yang lalu tentang apa yang terjadi pada Cantika.
Leonar terkejut saat melihatnya. "Cantika? Saya mengenalnya, Pak!" seru Leonar.
"Ini terjadi tadi satu jam yang lalu. Kita minta maaf karena teledor sampai terjadi seperti ini di lingkungan apartemen," ucap salah satu penjaga merasa bersalah.
"Tidak Pak, ini semua bukan sepenuhnya salah Bapak. Saya yang harusnya berterima kasih karena Bapak memberitahu saya sehingga saya bisa langsung mencari ke mana mobil itu membawa Cantika," ungkap Leonar.
"Bapak tak akan melaporkan kita?" tanya salah satu penjaga itu.
"Bapak-bapak tak usah khawatir! Saya tak akan melaporkan kalian akan tetapi, jika saya meminta bantuan Bapak, bisakah Bapak-bapak membantu," jawab Leonar.
"Siap Pak dan terima kasih karena tidak melaporkan kejadian ini pada pemilik apartemen ini," ucap dua penjaga itu secara bersamaan.
Leonar pun menganggukan kepalanya dan langsung menelpon seseorang untuk mencari di mana mobil itu berada sekarang?
Bersambung