webnovel

Istri Simpanan

Warning: 21+ Mohon bijak dalam memilih konten bacaan. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai terasa hidup seperti di neraka. Terlebih lagi mengetahui ternyata sang suami ternyata sudah mempunyai istri. Soo Yin sangat membenci Dae Hyun karena telah membohongi dirinya. Ia mengira Dae Hyun belum memiliki istri sehingga ia mau menikah dengan pria itu. Ikuti terus kelanjutan kisah Soo Yin dengan Dae Hyun. Mohon beri dukungannya, agar Author semangat nulisnya...

Nayya_Phrustazies · 都市
レビュー数が足りません
628 Chs

Bab 41 - Menghilang Secara Bersamaan

Akibat tergesa-gesa dan panik Soo Yin berlari ke jalan yang salah. Justru malah ke jalan menuju gunung Nam. Hari sudah mulai gelap meski mereka berdua masih melihat jalan. Semakin lama ternyata jalan semakin menanjak sehingga Soo Yin kelelahan. Dia juga kasihan dengan Jo Yeon Ho yang terus berjalan. Mereka berdua sama-sama terengah-engah sehingga Soo Yin memutuskan untuk istirahat sejenak.

Soo Yin menyerahkan botol air mineral kepada Jo Yeon Ho yang ada di dalam tasnya.

"Kakak, aku takut," ucap anak itu lirih. Dari suaranya terdengar seperti akan menangis.

"Sudah jangan takut." Soo Yin mengusap kepala Jo Yeon Ho dengan lembut.

"Cepat, cari mereka! jangan sampai kita kehilangan anak itu." Terdengar suara penculik itu.

"Ayo naiklah ke punggungku," ucap Soo Yin sembari berjongkok membelakangi Jo Yeon Ho.

"Ka ... kak," ujar Jo Yeon Ho sambil terisak.

"Cepat naik sebelum mereka menemukan kita," ujar Soo Yin yang sudah tidak sabar karena mendengar suara langkah kaki semakin dekat ke arah mereka.

Jo Yeon Ho akhirnya naik ke punggung Soo Yin. Keringat dingin keluar dari tubuhnya.

Benar saja baru saja hendak berjalan menaiki jalan menanjak, ada lampu senter yang menerangi Soo Yin dari arah belakang.

"Cepat kejar dia!" Bukan dua pria lagi yang mengejar namun kini sudah ada lima orang yang kini berada di belakang mereka.

Soo Yin kembali melangkahkan kakinya perlahan. Jika terlalu cepat khawatir justru mereka akan terjatuh. Saat di persimpangan Soo Yin kehilangan arah, dia tidak tau harus kemana lagi ada tiga jalan yang sama-sama terjal. Setelah dipikirkan matang-matang sehingga menurunkan Jo Yeon Ho.

"Sayang, larilah terlebih dahulu nanti aku akan menyusul," ujar Soo Yin mendorong tubuh Jo Yeon Ho agar berlari ke jalan yang sepertinya tidak terlalu menanjak sedangkan Soo Yin berencana akan melewati jalan di atasnya untuk mengecoh mereka.

"Kakak, aku takut," ujar Jo Yeon Ho dengan gemetar. Air matanya terus mengalir di pipi.

"Bersembunyilah, cepat!" Soo Yin memberikan pisau kecilnya pada Jo Yeon Ho dan juga ponselnya untuk penerangan.

Sudah terpikir untuk menghubungi seseorang namun ponselnya tidak mendapatkan signal sama sekali sehingga tidak ada cara lain jika ingin selamat. Jika membiarkan Jo Yeon Ho tetap bersamanya kemungkinan besar mereka akan tertangkap.

Dengan perasaan takut dan berbekal penerangan ponsel Jo Yeon Ho berjalan sendirian hingga akhirnya menemukan sebuah gua.

Soo Yin sengaja tidak berjalan terlebih dahulu sebelum para penjahat itu melihatnya.

"Aku di sini!" teriak Soo Yin saat melihat para penjahat itu sudah muncul sembari terus berlari ke jalan yang berbeda dengan jalan yang dilalui Jo Yeon Ho. Jalannya banyak batu besar di sisinya.

Segerombolan penjahat itu langsung mengejar Soo Yin. Namun ternyata jalan yang di lewati Soo Yin buntu. Saat ini dirinya tengah berada di bibir tebing yang curam. Saat menginjak tepi tanah saja Soo Yin dapat merasakan ada reruntuhan yang jatuh.

"Anak itu tidak ada bersamanya!" teriak salah seorang di antara mereka.

"Kurang ajar!"

Dorrr ...

Dorrr ....

Pria berambut gondrong yang tadi di tendang oleh Soo Yin sangat marah karena merasa dipermainkan segini langsung melesatkkan tembakan.

"Aaaaaa!" teriak Soo Yin sembari memegang lengannya. Kakinya tergelincir hingga membuatnya terjatuh. Soo Yin hanya bisa pasrah kali ini.

"Dae Hyun, selamat tinggal," ucap Soo Yin.

Brukkkk ....

"Gadis itu terjatuh!" ujar pria botak yang masih memegangi lengannya akibat luka tusukan.

"Gadis yang malang."

"Salah sendiri ingin menjadi pahlawan."

"Sebaiknya kita cari anak itu segera."

Para penjahat itu segera meninggalkan di mana Soo Yin terjatuh. Kembali mencari Jo Yeon Ho yang tidak tahu di mana keberadaannya.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

UN Village.

Dae Hyun baru saja tiba di rumah sore hari. Tidak ada Aeri di kamarnya sehingga langsung menghubungi nomor Soo Yin. Berulang kali mencoba namun tetap tidak aktif. Akhirnya menghubungi nomor ponsel Bibi Xia untuk memastikan keadaannya.

"Hallo, Tuan," ujar Bibi Xia dari seberang telepon.

"Bibi, dimana istriku? berulang kali aku menghubunginya namun tidak aktif ponselnya," ucap Dae Hyun sembari melepaskan dasi dengan sebelah tangannya.

"Sebenarnya Nona Muda pergi sejak siang hari tadi namun belum kembali sampai sekarang," jawab Bibi Xia.

"Apa dia mengatakan ingin pergi kemana?" tanya Dae Hyun.

"Nona bilang hanya pergi ke Namsan Park," ujar Bibi Xia.

"Baiklah, aku akan mencarinya."

Dae Hyun yang hendak mandi kini langsung ke luar dari kamar. Penasaran juga dengan putranya, biasanya saat pulang anak itu selalu menyambutnya saat turun dari mobil.

Dae Hyun membuka pintu kamar Jo Yeon Ho namun tidak ada keberadaannya. Segera bergegas menemui pengasuhnya namun ada Ny. Park yang tengah duduk di sofa.

"Ibu, dimana Yeon Ho?" tanya Dae Hyun.

"Dia sedang pergi bersama dengan Aeri," jawab Ny. Park.

"Kemana mereka pergi?" Tiba-tiba perasaan Dae Hyun jadi tidak enak.

"Ke taman yang katanya biasa dikunjungi," ujar Ny. Park.

"Ya sudah aku akan mencarinya." Dae Hyun segera mengenakan mantelnya karena cuaca sepertinya akan turun salju.

Dae Hyun sangat khawatir dengan keadaan Soo Yin. Ditambah lagi Aeri yang tidak menjawab teleponnya.

"Sebenarnya dimana kalian berada? kenapa kalian tidak ada kabarnya di saat waktu yang bersamaan," ujar Dae Hyun sembari terus mengemudikan mobilnya.

Sebelum turun Dae Hyun menghubungi Chung Ho agar membantunya menemukan Soo Yin karena tidak tau apa yang terjadi padanya saat ini.

Saat sudah sampai di Namsan Park ternyata taman sepi karena salju turun cukup deras. Angin berhembus cukup kencang, menusuk kulit setiap orang yang berada di luar rumah.

Dae Hyun mengerutkan dahinya saat melihat ada Chang Yuan juga di sana tengah bersama dengan Aeri. Tidak terlihat Jo Yeon Ho di antara mereka.

"Chang Yuan? ada apa kalian berdua di sini?" seru Dae Hyun.

"Sayang, Jo Yeon Ho menghilang. Aku sudah berkeliling mencarinya namun tidak ada," ujar Aeri sambil terisak-isak di sela tangisannya.

"Bagaimana bisa?" teriak Dae Hyun. Merasa marah karena putranya hilang.

"Aku tidak tau, aku tadi menyuruhnya untuk duduk di sini. Aku hanya pergi sebentar untuk membelikannya minuman dan setelah aku kembali, aku sudah tidak menemukannya." Aeri memeluk Dae Hyun sambil terus menangis.

"Ya sudah, pulanglah! aku akan mencarinya bersama yang lain," ujar Dae Hyun sembari melepaskan pelukan Aeri.

"Kenapa kau tidak pulang saja? kau pasti lelah, biarkan Asisten Chang yang mencarinya," ucap Aeri dengan penuh manja.

"Aku tidak tenang jika belum menemukan putraku," ucap Dae Hyun dengan nada dingin. Entah mengapa dirinya tidak percaya ucapan Aeri.

Aeri terpaksa pergi meninggalkan tempat itu sembari memikirkan alasan yang tepat jika Jo Yeon Ho berhasil ditemukan.

Setelah Aeri pergi Dae Hyun dan anak buahnya segera mencari keberatan Jo Yeon Ho dan Soo Yin.

"Sebenarnya dimana kalian berdua," ujar Dae Hyun sembari menghubungi kembali Bibi Xia namun Soo Yin belum juga kembali ke villa Pyeongchang-dong.

Di taman itu tidak terdapat cctv sehingga cukup kesulitan untuk menemukan mereka.

"Sebaiknya kita berpencar," ujar Dae Hyun memerintah anak buahnya.

Dae Hyun berjalan sendirian sambil berteriak memanggil - manggil nama Jo Yeon Ho dan Soo Yin. Sangat berharap mereka sekarang baik-baik saja dan dapat mendengarkan panggilannya.

Menyusuri jalan setapak ke arah gunung Nam yang licin.