Tuan Arjun Saputra bungkam, ia sama sekali tidak tertarik untuk menjawab lagi pertanyaan Dinda yang masih penasaran.
Dinda menarik lengan tuan Arjun Saputra, menyeretnya ke sebuah tangga.
Dinda naik dua anak tangga lebih tinggi dari tuan Arjun Saputra. Sehingga posisi mereka menjadi sejajar.
Dinda melingkarkan kedua tangannya di leher tuan Arjun Saputra.
Cup... Kali ini Dinda tidak main-main. Dengan agresif dia memulainya. Menciumi bibir tuan Arjun Saputra yang membantu karena ulah istri kecilnya itu.
Desir darah mengalir begitu cepat. Tuan Arjun Saputra sampai merinding di perlakukan seperti itu. Memejamkan matanya dan mulai menikmati ciuman itu.
Dinda mengintip dengan sebelah matanya. Kemudian melepaskan ciumannya dengan paksa.
Berbalik dan melenggang meninggalkan tuan Arjun Saputra yang kebingungan.
"Hey kenapa kamu menyudahi ini sayang. Aku baru saja menikmatinya." seru tuan Arjun.
"Lalu aku harus apa? Enak tidak di gantung?" dengan senyum meledek Dinda menantang tuan Arjun.
"Baiklah, akan ku katakan semuanya. Tapi kita lanjutkan dulu yang tadi."
"Nggak mau. Aku sudah tidak mood."
"Setan kecilku tunggu."
Pada akhirnya tetap Dinda yang menjadi pemenangnya. Tuan Arjun Saputra harus mengejar Dinda yang berlari menghindari suaminya.
"Papa mertua sudah sadar sayang."
Dinda seketika berhenti. Menoleh ke arah tuan Arjun Saputra yang tengah memegangi lututnya karena lelah mengejarnya.
"Beneran? Kapan om?"
"Hah hah hah hah.... Beri aku air. Aku haus setan kecilku."
Kesalahan terbesarnya kali ini adalah mempermainkan Dinda. Tuan Arjun lupa, kekuatan mengintimidasinya lebih kejam dibandingkan dengan kekuatannya. Tuan Arjun menarik tubuh Dinda dan menaikkannya ke pundaknya. Menggendongnya dengan posisi terbalik yang membuat Dinda tidak nyaman.
"Aaaahhhh lepaskan. Turunkan aku om...."
"Rasakan, kamu akan di hukum setan kecil. Karena kamu telah membuatku marah."
"Aaaa lepaskan!!"
----
Matahari telah mengintip di ufuk timur, suasana yang sangat sepi begitu membuat Dinda sangat pulas tertidur.
Tuan Arjun yang bangun terlebih dahulu hanya bisa tersenyum kecil, menatap wajah istri kecilnya yang polos di pagi hari.
Kemudian membelainya dengan penuh rasa kasih sayang yang tidak terkira.
"Eeeeegghhhh...." Dinda terbangun karena sentuhan kecil dari suaminya itu.
Membuka kedua matanya dengan perlahan. Mata kecoklatan itu begitu sangat indah saat terbuka untuk pertama kalinya di hari yang baru ini.
"Morning setan kecilku." sapa tuan Arjun.
Dinda menarik selimut dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Bersembunyi di balik selimutnya, Dinda tinggal diam.
"Awwww...." tuan Arjun memekik.
Ikut masuk kedalam selimut untuk melindungi tubuhnya dari serangan Dinda.
"Kenapa kamu mengigit perutku?"
"Kenapa kamu mengigit leherku? Lihat ini merah."
"Hehehehe itu bukan di gigit juga."
"Sebel deh. Om Arjun jahat. Selangkangan Dinda nyeri tau."
"Namanya juga di hukum."
"Hukuman macam apa ini." kata Dinda ketus.
"Hukuman cinta dong. Berkembang biak agar kecebong macan menembus pertahan telur setan."
"Memangnya sejak kapan macan berkamuflase jadi macan. Kok ada kecebong segala. Oh ya maksudnya macan itu apa ya om?"
"Kamu tau kan setan kecil, selain aku ini dingin, aku ini juga kejam sekejam macan yang mengincar mangsanya. Atau saat kamu di sakiti oleh seseorang, aku juga bisa berubah menjadi kejam sekejam macan yang akan membayar semua rasa sakit yang kamu rasakan berlipat-lipat ganda setan kecil. Sampai sini paham?" tanya tuan Arjun.
"Iya om...." jawab Dinda singkat.
"Hihihihi...."
"Kenapa tertawa om, ada yang lucu memangnya?"
"Aku juga meremas-remas nih."
Seketika Dinda menutupi dadanya yang memang masih terekspos. Karena tubuh mereka berdua hanya di tutupi selimut saja.
"Aaaahhhh...."
"Apa sih, orang nggak diapa-apain juga."
"Aaaahhhh...."
"Dinda jangan kencang-kencang desahnya. Nanti ada yang dengar."
Dinda tersenyum licik, menunjukkan wajah setan kecilnya. Tersenyum menyeringai, lalu mengeluarkan kepalanya dari balik selimut.
"Aahhhh ahhhh ahhhh ahhhh...."
Dinda benar-benar usil. Dengan sengaja ia mengencangkan suaranya untuk mengerjai tuan Arjun Saputra yang sudah pasti panik.
"Awas kamu ya.." tuan Arjun tentu tidak habis pikir dengan tingkah istri kecilnya itu.
"Ahhhh Arjun sayang itu enak sekali...."
Dengan lidah menjulur Dinda terus saja dengan sengaja mengeluarkan kata-kata erotis agar pengawal di depan mendengarnya.
"Makannya jangan ngerjain Dinda. Baru di balas dikit saja sudah kena mental. Pada akhirnya, tentu Dinda yang jadi pemenangnya. Wleeeekkkk...."
Tuan Arjun mengejar Dinda. Adegan kejar mengejar di antara pasangan cinta itu tentu tidak bisa di bayangkan.
Berakhir dengan mandi bersama dengan romantis di bawah shower air hangat di kamar mandi tuan Arjun Saputra.
---
Berbicara tentang Bella. Mungkin akan menjadi sebuah misteri. Dia yang awalnya datang dengan status istri tuan Arjun Saputra, harus berpura-pura sakit di depan semua orang.
Sebenarnya Bella bukanlah orang jahat. Dia datang ke hadapan tuan Arjun Saputra dan minta untuk di nikahi.
Yang jadi pertanyaan, mengapa tuan Arjun Saputra dengan mudah untuk menyetujui permintaannya untuk menikahinya.
{Flashback On}
"Kamu harus menikahi ku Arjun. Aku cocok untuk posisi itu. Menjadi mata-mata segala gerak-gerik Dona, tugaskan saja padaku."
"Kenapa kamu begitu yakin jika Dona ingin mencelakai ku Bella. Bahkan dia sendiri saja tidak berdaya di atas kursi rodanya."
"Kalau kamu ingin tau, sebenarnya dia justru sengaja membuat penyakitnya semakin parah agar kamu iba padanya. Berlindung di balik tameng tante Clarissa. Dona akan menyerang mu saat kamu lengah."
"Lalu kenapa kau mau aku menikahi mu. Imbalan apa yang kamu inginkan untuk ini?"
"Aku rela menjadi mata-matamu, dan menjadi tawananmu di kediaman itu. Namun aku minta kamu melunasi semua hutang mendiang orang tuaku. Mereka meninggal dengan hutang yang terus berbunga padaku. Aku sudah tidak sanggup untuk membayar hutang-hutang itu sendiri. Ku mohon Arjun."
"Jadi kamu tau Dona bersekongkol dengan Bima?"
"Ya, mereka bersekongkol untuk menjatuhkan bisnismu itu."
"Tapi bagaimana mungkin? Aku tidak percaya Dona akan begitu."
Bella mendengus kesal, entah harus bagaimana lagi Bella harus menjelaskan hal itu padanya.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa memantau gerak-geriknya dulu. Aku yakin tidak berselang lama setelah ia masuk ke kediamanmu. Maka kerusuhan akan sering terjadi."
Tuan Arjun Saputra yang saat itu langsung memikirkan nasib Dinda dan kemudian langsung menyetujui penawaran dari Bella.
"Baik aku akan melunasi semua hutangmu itu. Tapi kamu harus berjanji satu hal padaku."
"Apapun itu Arjun."
"Kamu harus mengawasi Dona dengan baik. Jangan sampai dia menyentuh Dinda sedikitpun."
"Dinda? Apakah dia salah satu dari istrimu Arjun?" tanya Bella.
"Ya, dia istri kesayanganku."
"Tidak ku sangka, ternyata kamu punya istri kesayangan juga ya Arjun."
"Intinya kamu sanggup atau tidak?"
"Baiklah, aku yang akan mengawasi Dinda mu itu dari Dona."
"Baiklah."
----
Bella meletakan sebuah bungkusan kehadapan tuan Arjun Saputra.
"Lihat itu, aku memungut itu ketika abdi dalem Dona membuangnya."
"Apa itu?" tanya tuan Arjun.
"Itu obat pencuci perut yang Dona berikan pada makanan Dinda mu Arjun. Maafkan aku karena aku terlambat selangkah. Mungkin sekarang, dia tengah kesakitan di kasurnya."
"Kamu yakin abdi dalem Dona yang membuang ini?"