Inggrid mengetukkan kuku di atas meja kaca dengan konstan. Dari tempatnya berdiri, Mika bisa dengan jelas melihat bibir wanita itu sedang berkomat-kamit. Mungkin wanita itu sedang membaca mantra kutukan untuk sang mantan atau bisa jadi untuk dirinya.
"Meja itu bisa terbelah jadi dua jika diketuk terus." Sebuah sindiran ke luar dengan lancar dari bibir kemerahan rasa anggur milik Mika.
Inggrid memutar bola mata. Ia kira tetangga sucinya itu sudah pergi, tapi syukurlah kalau dia masih di sini. Bukan, bukan karena Inggrid ingin makan malam bersama tetangganya itu. Ia hanya takut kalau Putra tidak datang dan semua biaya reservasi akan dilimpahkan padanya.
Inggrid bisa apa? Jiwa misqueennya langsung menjerit ngeri. Mungkin Inggrid akan berpura-pura terkena asma saat pelayan menyerahkan tagihan padanya nanti.
"Kau bawa ponsel?" Inggrid bertanya pada pria di seberang meja.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください