"Ouch!"
Inggrid mengerang tubuhnya baru saja melayang dari ketinggian satu meter, menghantam kerasnya keramik yang dingin. Pinggangnya yang memang mendarat lebih dulu memberikan efek dramatis di pagi hari.
"Oh, Tuhan ..." mulutnya menyebut nama sang penciptanya sambil berusaha bangkit dari posisinya susah payah. "Kepalaku rasanya mau pecah dan sekarang pinggangku juga!" Inggrid mengeluhkan kepalanya yang berdenyut efek minum-minum semalam.
Menatap ke atas ranjang, ia menemukan sosok yang masih terlelap dengan sebuah dengkuran kecil. "Oh, jadi dia yang membuatku jatuh dari atas ranjang?!" sungut Inggrid dengan tatapan yang seakan ingin mendang balik tubuh Anggi.
Tapi tidak, dia tidak setega itu. Melihat Anggi yang begitu damai di atas kasur empuk membuat kebaikan hati Inggrid terpanggil. Dia tidak bisa membayangkan sekacau apa hidup Anggi selama beberapa bulan terakhir.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください