webnovel

Indigo Love Story

Ana adalah gadis yang bisa melihat hal gaib dan dia patut bersyukur berkat kemampuannya itu, dia menemukan seseorang yang sangat di cintainya. Pernah diterbitkan di Wattpad

Ayi_Lee · 若者
レビュー数が足りません
8 Chs

Indigo Love Story Part 3

Ana Pov

'Ada apa denganku, kenapa aku malah menembaknya tadi?' pikirku bingung.

Aku melihat seseorang keluar dari dalam tubuhku sambil tersenyum 'Kau memang cocok dengannya' ucap wanita berwajah rusak itu 'eh dia merasuki tubuhku, sejak kapan?'batinku.

'sejak kau keluar dari dalam rumahmu' ucapnya lalu menghilang.

Aku menghela nafasku, 'bagaimana ini, aku harus bilang apa padanya'. Aku kembali menoleh untuk melihatnya. Dia berjalan kearahku, tidak lupa dia juga tersenyum padaku. Setelah dekat dia memeluk tubuhku. 'Oh apa yang harus aku lakukan?'

"Aku akan mengulangnya. Agar terlihat, bahwa aku yang menyatakan perasaanku padamu. Kau mau jadi pacarku?" tanyanya. Dan sang hantu kembali menampakan wajahnya padaku, sedetik kemudian aku menganggukkan kepalaku padanya "aku mau menjadi pacarmu" ucapku dengan nada yang sangat lantang. 'Ada apa denganku? Kenapa hantu itu bisa masuk seenaknya ke dalam tubuhku?' pikirku, air mataku mengalir begitu saja. Kevin menangkupkan kedua tangannya di daguku. Aku menatap matanya "kenapa kau menangis?" tanyanya. Aku hanya tersenyum padanya "karena aku terharu" ucapku.

'Kenapa hantu ini tidak mau keluar dari tubuhku'. Kevin kembali memelukku "kau tau, aku juga bahagia. Ya.. meskipun kita baru bertemu beberapa jam yang lalu. Tapi, aku akan berjanji untuk tidak melukaimu" ucapnya. Aku menganggukkan kepalaku 'kenapa, aku tidak bisa menjadi diriku saat di dekatnya seperti beberapa jam yang lalu. Aku tidak ingin melukainya'.

"Kau janji?" tanyaku sambil menunjukkan jari kelingkingku padanya. Dia tersenyum lalu membalas uluran kelingkingku "Aku janji" ucapnya lalu mengacak rambutku pelan.

***

Kevin mengantarkanku pulang "masuklah" ucapnya ramah, aku menganggukkan kepalaku lalu masuk ke dalam rumah. Dia masih berdiri. Kembali. Tubuhku tidak bisa mengikuti keinginanku. Aku berjalan kearahnya lalu mencium pipinya 'bagaimana ini?' dia terdiam "sampai jumpa lagi" ucapku lalu berlari masuk ke dalam rumah. 'Apa yang kulakukan barusan, aku seperti seseorang yang terlihat mengerikan'.

Aku masuk kamarku, Fitria tiba-tiba menjambak rambutku 'tidak sakit' tapi aku merintih "YA! HANTU SIALAN KELUAR KAU DARI TUBUH KAKAKKU!" teriaknya. Dan sedetik kemudian, hantu itu berhasil di keluarkan oleh Fitria dari dalam tubuhku. Hantu itu tertawa "baiklah-baiklah aku akan keluar dari tubuhnya. Tapi, perlu kau ingat bahwa kau harus bertanggung jawab atas semua kejadian yang tadi" ucapnya dengan nada yang sangat angkuh. Fitria memukul bibir wanita itu "BIBIRMU ITU HARUSNYA DIAM!! KAU MAU MATI DI TANGANKU HAH??" teriak Fitria. Aku hanya terdiam dan mengingat kejadian yang tadi 'mati aku, besok aku harus bagaimana jika aku bertemu dengan Kevin'.

Fitria memukul beberapa kali hantu itu, tidak segan-segan bahkan sekarang Fitria menjambak rambut sang hantu. Aku hanya melihat mereka dalam diam. Pikiranku tidak tenang sekarang 'aduh kenapa tadi hantu itu malah mencium pipi Kevin sih!'. Aku menjambak rambutku "ah aku tidak tau!" ujarku lalu menidurkan tubuhku diatas kasur. Aku membekap kepalaku menggunakan bantal. Hantu yang sedang bersama Fitria tiba-tiba menghilang "ISH… DASAR HANTU CENGENG. MASA SEGITU SAJA SUDAH KABUR!!" teriak Fitria frustasi.

"Fit.." panggilku tapi masih dalam posisi yang sama "Humm.." jawabnya.

"Bagaimana jika besok aku tidak usah pergi ke sekolah?" tanyaku padanya. Fitria melemparku menggunakan bantalnya "jika kakak mau mati ditangan kak Luna, silahkan saja!" ucapnya dengan nada yang kesal. Aku mengerucutkan bibirku "heh tidak asik memang jika berbicara denganmu!" ujarku lalu tidur.

Fitria POV

Aku melihat kakakku yang sudah terlelap tidur. Tanpa seizinnya, aku membuka ponselnya yang tergeletak di atas meja. Aku membuka galerinya, mataku terkejut saat melihat satu buah foto yang menampilkan kakakku tidur bersama Kevin di perpustakaan. Yang membuatku terkejut adalah… Siapa orang yang mau memotret mereka? Sungguh tidak ada kerjaan orang itu. Setelah selesai melihat beberapa galeri foto dalam ponselnya, aku kembali melihat isi tas kakakku. 'Tumben dia banyak bawa buku?'. Aku memeriksanya 'eh.. buku kak Kevin?'.

Kerena penasaran, akhirnya aku membuka dan melihat tulisan kak Kevin 'Wuih.. tulisannya sangat rapi. Beda dengan kakakku' pikirku lalu melempar kakakku menggunakan bantalku. Ya kebiasaannya sama denganku, tidak bisa di ganggu saat dia tidur. Aku melihat sekeliling kamarku, anak kecil yang kemarin sempat mengobrak-ngabrik kamar kami sewaktu aku tidur. Sekarang berdiri di dekat pintu "Hey, mau apa kau kemari. Kau mau aku pukul?" tanyaku, dia hanya terdiam lalu melayang kearahku. Dia duduk disampingku sambil menatap kearah kak Ana "kau kenapa menatapnya?" tanyaku padanya. Dia tiba-tiba, tersenyum padaku lalu menunjuk kakakku 'bolehkah aku membawa rohnya bersamaku?' tanyanya.

Sontak saja itu membuatku sangat kaget "ei mana boleh, dia masih punya kehidupan disini. Kau tidak bisa membawanya, dia kakak yang sangat berarti untukku" ucapku padanya. Anak kecil itu menganggukkan kepalanya 'aku sangat ingin punya kakak seperti dia. Dia orang yang mengasikkan meskipun dia terlihat sangat kejam' ujarnya. Aku terkekeh "dia pengganti ibuku disaat ibuku pergi bekerja. Aku selalu ditemani olehnya saat sedang bermain. Dia juga banyak bercerita hal konyol saat aku sedang sedih. Dia kakak yang baik, tapi aku merasa bersalah padanya" ujarku.

Gadis kecil itu menatapku bingung "bersalah apa?" tanyanya "karena aku tidak pernah bisa menemaninya disaat dia sedang sendiri, karena aku tidak bisa menjadi adik yang bisa dia andalkan, karena aku tidak bisa menjadi contoh untuknya. Semua orang memang selalu menyebutku anak yang selalu disayang keluarga karena Ayahku sudah tiada. Tapi, aku merasa seharusnya kakakku yang harus mendapatkan itu, karena dia selalu mendapat kesepian yang lebih dari pada aku"

Hantu itu menatap sendu kearah kak Ana "aku menyanyanginya. Tapi, aku malu untuk mengatakannya. Maka dari itu, aku hanya bisa memendamnya sendiri" jelasku.

***

Ana Pov

Aku terbangun dari tidurku sambil menguap "jam berapa ini?" ucapku sambil mengucek kedua mataku. Kulihat sekeliling kamarku, Fitria sudah tidur, lampu kamar juga sudah mati. Perutku bersuara 'ah aku belum makan'. Aku beranjak dari kasurku, tidak lupa aku juga membawa ponselku. Rumah sudah sangat sepi, sepertinya, semua orang yang ada di dalam rumah ini sudah tidur, kecuali aku. Aku melihat jam di dinding 'Pukul 9 malam' masih malam bukan larut malam hehe. Aku berjalan ke dapur lalu memasak, aku hanya membuat nasi goreng. Tiba-tiba ada suara yang berasal dari ponselku "siapa sih?" tanyaku sambil menatap layar persegi ditanganku.

LINE

Kevin menambahkanmu sebagai teman

Add || Block

Kevin

Addback dulu!

'Mataku terbelalak saat melihat siapa yang mengirimkan pesan padaku'

Ana

Iya, sudah aku addback

Kau tau dari mana idline ku?

Kevin

Sewaktu di sekolah kan kau memberikan no ponselmu padaku. Karena aku ketua kelas. Dan lagi, no Ponselmu sudah terhubung langsung dengan Line.

Aku memukul kepalaku pelan 'dasar bodoh! no ponselku kan terhubung langsung dengan Line'

Ana

Kevin, apakah pernyataanmu tadi sore. Serius?

Dua menit aku menunggu balasan darinya, tapi tak ada.

'Kenapa aku merasa kecewa?'

Aku terus menunggu pesan darinya.. Karena kesal, aku makan nasi goreng yang telah ku masak tadi dengan cepat. Ponselku kembali bergetar, Aku segera memeriksanya.

Kevin Video Call…

Aku terbatuk melihat ini, aku menyimpan ponsel itu diatas meja. Beberapa kali aku mengetuk-ngetukkan kepalaku pelan ke atas meja 'bagaimana ini??!!!'.

'Mau aku bantu?' tanya sesosok hantu di depanku. Hantu itu seorang wanita yang selalu berdiri di sudut tangga "kau mau bantu apa?" tanyaku. 'Mengangkat video call dari Kevin kan?' tanyanya, aku menganggukkan kepalaku "eh.. bagaimana bisa kau kenal Kevin?" tanyaku padanya. Hantu itu tersenyum malu "jangan bilang kau juga menyukainya?" tanyaku penuh selidik.

'Bagaimana ya, aku memang menyukainya. Apalagi, saat dia selalu berkunjung ke rumah untuk memberikan sesuatu. Dia sungguh menarik dan tampan'.

Aku menghela nafasku kasar lalu pergi meninggalkan dapur. Tak lupa pula aku membawa ponselku lalu masuk ke dalam kamarku. Ponselku terus berdering dan dengan terpaksa aku mengangkat Video Call darinya.

Kevin : kenapa lama sekali? (mengapa dia tampan sekali)

Ana : Maaf, tadi aku sedang makan. Kau sedang dimana, mengapa disana begitu ramai? (tanyaku saat melihat begitu banyaknya orang yang berlalu lalang di belakangnya).

Kevin : Kau ingin tau? Aku akan memberi tahumu. Setelah, wajahmu terlihat. Mengapa kau diam di tempat yang gelap? (Hehe.. aku sengaja menutup kameranya karena merasa malu untuk bertatap muka dengannya dan sekarang aku mulai suka melihatnya).

Ana : Hehe, aku malu. Manalagi, aku habis bangun tidur. Wajahku sungguh tidak enak di pandang.

Kevin : tidak apa-apa, yang penting aku bisa melihatmu (kenapa ini, kenapa aku sangat suka dengan yang dia ucapkan? Dan kenapa detak jantungku berdetak sangat cepat?).

Ana : sungguh aku sangat jelek, jangan lihat aku. Aku takut kau tidak suka lagi padaku (eh.. kenapa aku berkata seperti ini?).

Kevin (tertawa) (untuk pertama kalinya, aku melihatnya tertawa) tentu tidak. Yasudah kalau kau tidak mau memperlihatkan wajahmu. Aku tidak akan memaksamu, tapi aku kecewa padamu.

Ana : Eh jangan begitu, baiklah aku akan menyalakan lampunya. (Aku menyalakan lampunya dan kenapa aku begitu menurutinya?).

Kevin : kau cantik (kurasakan pipiku mulai memanas mendengar itu).

Ana : apaan sih, sudah ya aku mau tidur. Jangan terlalu lama main diluar rumahnya. (Kenapa aku jadi perhatian padanya. Apakah aku kerasukan lagi?).

Kevin : Hum.. tidur saja. Aku ingin melihatmu tidur, biar aku yang mematikan sambungan teleponnya. (Kepalaku kembali mengangguk lalu menidurkan tubuhku. Tidak lupa juga aku memegang ponsel itu).

Ana : begini? (aku menidurkan tubuhku. Sedangkan, Kevin hanya menganggukkan kepalanya sambil menatapku. Dan aku tertidur).

["selamat tidur" ucap Kevin lalu mematikan sambungan Video Callnya].

***

Aku bangun pagi sekali, tidak lupa aku langsung mengerjakan beberapa kegiatanku di pagi hari. Seperti salat, mandi, membereskan kamarku, menyiapkan pelajaran lalu sarapan pagi. Aku berjalan lesu keluar dari rumah, Fitria menyenggol tanganku "kak lihat, ada kak Kevin di depan rumah" tunjuk Fitria pada sosok tampan itu. Dia seperti menyadari kehadiranku, dia tersenyum padaku.

"Fit, bagaimana ini? Aku sangat gugup sekarang!" ucapku sambil merangkul tangan Fitria. "Itu urusanmu kak, aku tidak ikutan. Aku akan pergi sendiri hari ini karena aku harus ikut bersih-bersih kelas. Sekalian, PDKT sama El Putra, bye!" ucapnya lalu berlari begitu saja meninggalkanku yang berdiri dengan kaku. Kulihat Fitria membungkuk sopan pada Kevin lalu berjalan melewati Kevin begitu saja. Aku masih berdiri mematung 'Kenapa kakiku tidak mau bergerak padanya?'.

Dia mulai memperhatikanku lagi lalu berjalan kearahku 'oh ya Tuhan, kenapa dia menghampiriku?'.

Sekarang, dia sudah berdiri di hadapanku. "Kenapa kau malah berdiri disini, ayo berangkat sekolah… denganku?" ucapnya lalu menggenggam tanganku. Dia menarikku untuk berjalan bersamanya. 'Oh Tuhan, dadaku bergemuruh hebat sekarang' . Beberapa hantu yang ada di sekitar rumahku bersorak kesenangan saat melihat Kevin yang berjalan bersamaku sambil menggenggam tanganku.

"Kenapa kau dari tadi diam, setau ku kau orang yang suka mengumpat orang di depan orangnya" candanya. "Kau tidak membawa sepedamu?" tanyaku beda pembahasan. Dia menoleh padaku lalu menganggukkan kepalanya. "Aku ingin berjalan bersamamu dan kita akan lebih lama sampai ke sekolah" ucapnya, aku sempat tertegun mendengar ucapannya. Aku tiba-tiba berhenti berjalan, membuatnya juga berhenti. Dia menatap bingung ke arahku "kau kenapa?" tanyanya. "Kau beneran suka padaku?" tanyaku yang masih tidak percaya dengan ucapannya kemarin. Dia membalikkan badannya padaku lalu memelukku "Aku memang menyukaimu. Atau bisa jadi, ini sudah ke tahap aku mencintaimu" ucapnya yang terdengar tulus, meskipun nadanya masih sama seperti saat pertama kali aku berbicara padanya.

Aku masih terdiam saat dia memelukku "dadamu bergemuruh hebat" ucapku, dia melepaskan pelukannya lalu menggenggam tanganku, dia menarik tanganku untuk kembali melanjutkan langkah kami. "Kau kenapa?" tanyaku yang merasa aneh dengan sikapnya "jangan pernah bilang itu, aku tidak suka" ucapnya yang terdengar lebih dingin.

'Apakah perkataanku tadi menyinggungnya? Tapi apa? Mengapa dia begitu sensitive?'.

"Maaf, aku tidak sengaja membuatmu tidak nyaman" ucapku sembari menundukkan kepalaku. Dia hanya diam tidak menjawab pernyataanku barusan. Dan hal yang terjadi selanjutnya, sikapnya berubah menjadi dingin padaku.

'Apa salahku?'.

Dia bahkan melepaskan tanganku saat di sekolah. Bukan hanya itu, dia seperti orang yang tidak kenal aku di sekolah. Dia bersikap menjadi orang yang pertamakali ku temui, dingin dan tidak berprasaan.

'Kau kenapa, kenapa tidak seperti kemarin dan beberapa jam yang lalu?'

Aku masuk ke dalam kelas dengan lesu, sesekali aku melihat kearahnya. Dia hanya mengabaikanku dan terus membaca buku pelajarannya 'ada apa sih dengannya, aku mulai membencinya!'. Citra melambaikan tangannya padaku, aku tersenyum lalu berjalan menghampirinya. "Pagi" sapanya, aku menganggukkan kepalaku lalu duduk di kursiku "Pagi juga" sapaku padanya. "Kemarin kau kemana?" tanya Citra, salah satu alisku mengangkat "maksudmu, aku kemarin ada di rumah" ucapku, dia menggeleng "bukan yang itu, sewaktu pelajaran terakhir. Kau pergi kemana bersama Kevin?" tanya Citra. Mulutku membentuk huruf 'O'.

"Oh itu, aku mengerjakan beberapa pekerjaan sekolah. Di dalam perpustakaan" jelasku, Citra menganggukkan kepalanya lalu menatapku tidak percaya.

"Apa?" tanyaku padanya "Kevin meninggalkanmu sendirian di perpustakaan, kau tidak takut?" tanya Citra, aku menggaruk keningku "takut? takut kenapa?" tanyaku. Citra mendekatkan wajahnya padaku "dulu ada cewe yang gantung diri disana, gara-gara… Dia pernah ditolak sama Kevin. Semua orang mengatakan, jika dia akan terus menghantui orang yang datang ke perpustakaan sendirian" jelas Citra.

'Cih… karangannya buruk sekali' ucap hantu yang tempat duduknya ku tempati. Aku menoleh sebentar padanya lalu fokus kembali ke Citra "benarkah, aku tidak tau" ucapku pura-pura syok mendengar itu. "Makanya, kau jangan ke perpustakaan sendirian. Kau harus ada teman untuk pergi kesana untuk menemanimu" ujar Citra, Aku hanya menganggukkan kepalaku. Citra tersenyum lalu duduk menghadap kearah papan tulis, membelakangiku. 'Kau beneran pernah ditolak oleh Kevin?' tanyaku pelan pada sang hantu, hantu itu menganggukkan kepalanya 'aku memang pernah ditolak oleh Kevin. Tapi, aku bukan bunuh diri karena di tolak oleh Kevin. Aku…' aku membungkam mulutnya menggunakan tanganku. "Aku tidak ingin tau soal kematianmu" ucapku lalu melepaskan tanganku dari mulutnya. Aku segera mengeluarkan buku dari tasku lalu membacanya, sesekali aku juga menyalin cacatan milik Kevin. Tulisan tangannya sangat rapi. Berbeda dengan milikku yang kadang tidak tau bentuk. Aku menatapnya punggungnya sesaat, dia berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar dari dalam kelas tanpa menoleh sedikitpun padaku. 'Cih kenapa aku kecewa sekali padanya. Kenapa juga aku ingin diperhatikan olehnya?' umpatku dalam hati.

Istirahat tiba, aku segera membereskan bukuku. Tatapanku beralih padanya, dia menatapku sekilas lalu pergi bersama teman-temannya. 'Ish dia mengabaikanku lagi! Pacar macam apa dia!' umpatku dalam hati. Aku berjalan cepat ke arahnya, Citra yang memanggilku bahkan aku tidak menghiraukannya. Saat aku melewatinya, aku kembali mengeluarkan umpatan kesalku padanya "dasar laki-laki jahat, tidak tau diuntung, kenapa juga dia mau berpacaran denganku. Jika dia hanya mengabaikanku dan menatapku tajam! Aku kesal sekali padanya!!" ucapku sambil menyenggol bahunya kencang. Dia dan teman-temannya berhenti sesaat "dia kenapa?" tanya salah satu teman Kevin, Reza. Kevin hanya menggelengkan kepalanya "aku tidak tau".

'Cih tidak tau, lihat saja. Jika dia merindukanku, aku akan mengabaikannya!!' langkahku tiba-tiba berhenti, aku memukul kepalaku 'ada apa denganku? Kenapa aku begitu marah saat dia mengabaikanku? Sadarlah, yang kemarin menyatakan perasaan bukan aku. Tapi, si wajah rusak itu '.

Aku melanjutkan langkahku yang sempat terhenti ke tempat yang kemarin, dimana aku bertemu dengan hantu para orangtua. Aku ikut senam bersama mereka seperti kemarin. Bahkan, aku bercerita soal masalahku dengan Kevin. Ternyata, benar dugaanku. Kevin memang di sukai banyak hantu. Setelah beberapa saat bersama mereka, aku kembali ke wilayah sekolah lalu berjalan ke kantin karena perutku merasa sangat lapar. "Bu pesen basonya satu ya, bu" ucapku lalu duduk di salah satu meja yang dekat dengan si Ibu, penjual bakso sekolah. Aku mengeluarkan ponselku sembari menunggu pesananku.

LINE

Kevin (3)

Temui aku diruang osis!

Ku klik pesannya lalu membacanya.

Kevin

Kau kenapa tadi, marah-marah tidak jelas?

Kau marah kepadaku?

Temui aku di ruang osis!

Aku mengabaikan pesannya dan lebih fokus untuk menyantap makananku 'masa bodo, dia mau marah padaku. Aku lebih marah padanya' pikirku. Langsung saja, ku santap makananku. Setelah menghabiskan setengah isi mangkuk, pipiku merasakan dingin. Aku menoleh untuk melihatnya 'Kevin'. Dia duduk di sampingku lalu menatapku, aku mengabaikan ke beradaannya dan berpura-pura tidak melihatnya. "Kau marah padaku, karena apa?" tanyanya yang terdengar seperti tidak terjadi apa-apa. Aku terkekeh mendengar itu lalu beranjak dari dudukku "Bu, berapa baksonya?" tanyaku, dia menahan satu tanganku "12.000 neng" ucap si Ibu, aku langsung membayarnya. Aku juga melepaskan tangan Kevin dari tanganku. 'Kenapa juga aku menghindarinya hanya karena hal sepele?'

Kami saling diam satu sama lain, dia tidak kembali mengajakku mengobrol di dalam kelas. 'Ish menyebalkan!' umpatku. 'Kevin bukanlah orang yang seperti kau bayangkan' ucap sesosok hantu disampingku. Aku menatapnya "memangnya Kevin seperti apa?" tanyaku. Saat hantu itu akan menjawab, Kevin berdiri lalu membagikan secarik kertas yang ku yakini adalah tugas dari guru yang tidak masuk hari ini. Saat dia akan membagikan kertas padaku, dia kembali menarik kertas itu lalu membawanya lagi.

'Dia kenapa sih?'.

Aku berjalan ke tempat duduknya "mana kertas untukku?" tanyaku, semua orang memperhatikanku termasuk dia "kertas untukmu habis. Kau bisa mengambilnya lagi di ruang guru" ucapnya, aku mebuang nafasku kasar.

"Ketua kelas macam apa kau ini, yasudah lupakan. Aku tidak mau membuang-buang waktu jika terus beradu argumen denganmu!" ucapku dingin. Aku pergi keluar dari kelas. Seorang guru datang menghampiriku "kenapa kau diluar saat jam pelajaran berlangsung?" tanya bu guru yang tidak ku ketahui namanya "aku mau mengambil kertas tugas Bu, aku tidak kebagian" jelasku padanya. Dia tersenyum "kau harus di temani ketua kelasmu" ucapnya lalu pergi begitu saja. 'Ketua kelas?' ku tekuk wajahku "bagaimana ini, aku sudah mempermalukannya di depan semua murid di kelas?"

Ku keluarkan ponselku lalu mengirimkan pesan singkat padanya.

Ana

Kevin, temani aku ke ruang guru.

Mereka bilang, aku tidak akan diberi kertas itu. Jika, tidak bersama Ketua kelas.

Kevin

Apakah kita saling mengenal?

Kau bahkan mengabaikanku tadi!

Dia jahat sekali padaku!

Ana

Apakah kau benar-benar pacarku?

Pacar macam apa kau?

Sangat mengecewakan!!

Kevin

Kau yang memintaku untuk menjadi pacarmu bukan?

Suruh siapa?

Dia benar-benar menyebalkan!!!

Ana

BUKAN AKU YANG MEMINTAMU MENJADI PACARKU!!! [Delete]

Hehehe.. Ayolah Kevinku sayang, bantu aku ya!

Oh ayolah, aku ingin muntah melihat isi pesanku!

Kevin

…..

Pesan macam apa ini? Membuatku tambah kesal saja. Pintu kelasku terbuka dan menampakan sosoknya. Dia menatapku lalu berjalan mendahuluiku, aku tersenyum melihat dia yang menuju ruang guru. Dia meminta beberapa kertas lebih untuk di kelasnya dan dia memberikan salah satu kertasnya padaku. "Terimakasih" jawabku jutek, dia mencubit pipiku "Aduh Sakit… lepaskan bodoh!" ucapku yang kesakitan karena cubitannya itu. "Jika kau mengabaikanku lagi. Pipimu akan terus ku cubit seperti ini!" ucapnya lalu berjalan mendahuluiku. Aku mengusap pipiku yang panas "Hey, kau kan yang duluan mengabaikanku tadi!" ucapku padanya. Dia menatapku "ku pikir kau tidak mau berbicara denganku tadi!" ucapnya, aku menghela nafasku kasar lalu berjalan mendahuluinya.

'Aish.. apakah dia baru berpacaran, mengapa kaku begini?' .

Tiba-tiba dia sudah berdiri di sampingku sambil menggenggam tanganku "kau kenapa, aneh sekali" ucapnya, aku menggigit bibirku 'hey, sedari tadi. Dia yang bersikap aneh padaku!' dengusku.

"Kau bilang aku aneh, terus kenapa kau mau denganku. Dan kenapa kau menerima pengakuanku?" ucapku sebal. Dia menggenggam tanganku lebih kuat "karena aku menyukaimu!" ucapan itu, sukses membuat pipiku bersemu merah. "Terus, kenapa tadi kau membahas soal aku menembakmu di pesan huh?" ucapku yang semakin sebal saat ingat pesan Line yang tadi. Dia hanya memasang ekspresi datarnya "entah, aku menulisnya saja. Agar kau merayuku" ucapnya santai. Aku memukul tangannya "kau menyebalkan!" ucapku, dia tersenyum lalu merangkulku "sudahlah, tadi aku hanya bercanda" ucapnya lalu menyeretku untuk mengikuti langkahnya menuju kelas.

Aku mengerjakan tugasku dengan penuh semangat, sesekali cengengesan 'Karena aku menyukaimu' kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. 'Aku juga menyukaimu. Sangat menyukaimu!'. Oh aku tidak bisa menahan senyumanku, bahkan kertas yang sedang ku pegang sedari tadi seperti menjadi saksi atas pernyataan Kevin tadi. "Hey anak baru, kumpulkan tugasmu!" ucap Rena sarkastik, aku menatapnya "sekarang waktunya mengumpulkan tugas" ucap Kevin, mataku terbelalak 'Oh tidak, aku baru mengerjakaannya sebagian. Mati aku!' dengusku. Semua orang mulai mengumpulkan tugasnya. Sedangkan aku, aku sedang mengerjakan soal itu dengan cepat 'aduh apa ini, aku tak mengerti'.

Rena menggebrak mejeku, aku menatapnya "apa sih Ren, bentar lagi beres kok" ujarku cuek. Dia menarik kertasku "ini sudah waktunya pengumpulan dan kau malah mengabaikannya.." sentaknya padaku. Aku menghela nafasku "kenapa kau begitu marah, ini kan tugasku. Terus apa hubungannya denganmu, Kevin yang akan mengumpulkan tugasnya saja terlihat biasa" ucapku lalu menarik kertas itu darinya. Dia menahan kertasku "karena kau selalu terlambat mengumpulkan kertas, kita semua jadi pulang telat" ucapnya sambil menarik kertasku. Aku akan menarik kertas itu "sudah jangan di tarik lagi, berikan padaku!" ucap Kevin, Rena menatapku dengan tatapan kemenangan, aku mengerucutkan bibirku. 'Ish kenapa dia membela wanita itu sih! Membuatku kesal saja' makiku dalam hati.

"Semua orang boleh pulang karena tugas kalian sudah ada di tanganku" ucap Kevin, semua bersorak lalu satu persatu dari mereka keluar dari kelas. Rena menjulurkan lidahnya padaku, aku mengepalkan tanganku 'Mau aku bantu mengerjainya?' tawar hantu yang berdiri di sebelahku. Aku menatap hantu itu "kau mau ku cekik, mencekikmu tidak akan membuatmu mati dua kali" ujarku kesal tapi dengan nada yang pelan. Hantu itu mundur dariku lalu menghilang entah kemana.

Sekarang tinggal aku dan Kevin yang berada di kelas. 'Aku tidak ingin mengobrol dengannya. Aku pulang saja lah' ucapku dalam hati. Aku segera membereskan buku-bukuku lalu berjalan keluar kelas. Sebelum keluar, aku harus melewati Kevin. Dia menahan pergelangan tanganku terlebih dahulu. Aku menatapnya dan dia juga menatapku "apa?" tanyaku dingin. "Duduklah dan lanjutkan pekerjaanmu, aku akan menunggumu sampai selesai" ucapnya, aku menggigit bibir bawahku.

"Tapi, bagaimana jika kau dimarahi gara-gara telat mengumpulkan semua kertas ini?" tanyaku. Dia menarik tanganku lalu menyuruhku duduk disampingnya "tugas ini besok aku kumpulkan. Karena pak Ahmad juga menyuruhku untuk mengumpulkannya besok" jelasnya. Aku menatapnya "benarkah? Mana kertasnya, aku ingin menyelesaikannya" ucapku. Dia memberikan kertas itu, dengan cepat aku mengambilnya. Baru saja aku akan beranjak dari tempat dudukku.

"Kau mau kemana?" tanyanya, aku menunjuk kursiku "ke kursiku lah" sahutku. Dia kembali menarik tanganku "disini saja, sekalian aku ingin melihat jawabannya" ucapnya. 'Aduh, bukannya aku tidak mau. Tapi, jika aku duduk denganmu, konsentrasiku buyar begitu saja' dengusku. "Baiklah. Tapi, kau jangan menggangguku" titahku, dia menganggukkan kepalanya. Aku segera mengerjakan tugas itu. Sedangkan Kevin, dia menangkupkan satu tanganya untuk menyanggah dagunya. Dia memperhatikanku dan aku mulai terganggu "jangan menatapku seperti itu" ucapku, dia tersenyum "memangnya kenapa?" tanyanya yang terdengar lebih santai dari biasanya.

"Itu membuatku tidak bisa berkonsentrasi" jawabku jujur.

"Kau tidak bisa berbohong ya, kenapa kau selalu jujur padaku?" tanyanya, aku balas menatapnya "tidak, aku juga pandai berbohong. Tapi, aku akan mengusahakan untuk selalu jujur padamu" ucapku lalu kembali fokus pada kertas tugas itu. "Kau mencintaiku?" tanyanya, pekerjaanku sempat terhenti. Dan tanpa sadar aku mencium pipinya, dia terdiam dan menatapku "tidak usah ku jelaskan. Kau juga pasti sudah tau" ucapku lalu kembali mengerjakan pekerjaanku. Kevin tersenyum miring "beritahu aku, bagaimana cara menghitung angka ini?" tanyaku padanya dan dengan senang hati dia memberi tahu cara menghitung rumus matematika itu.

Tugasku sudah selesai, aku pulang besamanya. Tidak lupa, dia juga menggenggam tanganku dengan erat 'Kevin, kenapa kau begitu baik padaku. Bahkan, kau juga membalas perasaan suka ku padamu. Padahal, kau sangat terkenal di kalangan wanita dan para hantu?' tanyaku dalam hati. Dia tiba-tiba berhenti berjalan "ada apa?" tanyaku, dia menggelengkan kepalanya 'Dia mulai lagi'.

"Vin.." panggilku padanya, dia menoleh padaku "jika ada sesuatu yang mengganjal di hatimu. Ceritakan saja padaku" ucapku padanya "bukankah pasangan harus saling terbuka?" tanyaku padanya, dia tidak menganggukkan kepalanya tapi dia terus menatapku dalam diam. "Ini sudah sangat sore, tidak baik jika kau belum sampai rumah" ucapnya lalu menarik tanganku untuk kembali berjalan bersamanya. Suasana sepi menyelimuti kami, Kevin jadi banyak diam. Aku bahkan tidak mau memulai obrolan karena takut berbicara salah padanya.

Kami sudah sampai di depan rumah kak Luna "masuklah dan segeralah makan" ucapnya, aku menganggukkan kepalaku "kau juga" ucapku, dia menganggukkan kepalanya. Aku masuk ke dalam gerbang utama itu, dia masih berdiri di tempatnya sambil melihatku. Aku melambaikan tanganku padanya dan dia hanya membalasku dengan senyuman tipisnya.'Kenapa dengannya, kenapa moodnya cepat sekali berubah' dengusku. Aku masuk ke dalam rumah dan dia mulai pergi meninggalkan rumahku dengan tampang yang sangat murung. "Ahh.. aku jadi khawatir padanya" ucapku lalu berjalan ke kemarku. Fitria menghampiriku sambil makan ice cream, dia tidak sendiri. Dia bersama hantu kecil yang pernah ku kejar. "Kenapa kau ada disini?" tanyaku pada anak kecil itu "sudahlah kak, dia hanya ingin menyapa kita waktu itu" ucap Fitria.

'Tumben dia baik pada mahluk tak kasat mata'

"Yasudahlah, aku mau ganti baju lalu makan" ucapku padanya. Aku mengganti pakaianku dengan kaos lengan panjang dan juga celana training hitam yang tidak begitu ketat. Aku berjalan ke dapur, aku langsung bisa melihat nyonya yang punya rumah, siapa lagi kalau bukan kak Luna yang sedang membereskan barang belanjaan ke dalam kulkas. "Kak, baru pulang belanja ya?" tanyaku. "Hum iya, eh Na, bantu kakak deh" ujarnya, aku mengangkat satu alisku "bantu apa?" tanyaku padanya. Kakakku memberikan sekotak makanan besar padaku "untukku?" dengan tampang yang sangat senang. Kakakku menonyor dahiku "bukan, ini untuk keluarganya Kevin. Kau kenalkan sama dia, ibunya bilang kau sekelas dengannya"

'Dasar ibu-ibu suka gossip'.

"Eh.. aku harus memberikan ini padanya?" tanyaku tidak percaya.

"Cepat, kalau tidak kakak tidak akan memberimu lagi uang jajan" dengan cepat aku mengambil kotak makanan itu "iya akan ku antar"

Aku sudah berjalan kearah kanan, dimana Kevin selalu berjalan kearah kanan rumah Kak Luna. 'dimana sih?' dengusku. Aku baru teringat jika aku bisa menghubunginya Via ponsel.

Line

Ana

Vin, Rumahmu dimana?

Kevin

Emangnya kamu mau apa ke rumah?

Mau kenalan sama orangtuaku, gitu?

'apaan sih ni anak, sotoy banget jadi orang!'

Ana

Bukan!!!

ini kak Luna.

Nyuruh aku buat ngasih sekotak makanan ke rumah kamu.

Cepet dimana? Kakiku pegel nih dari tadi jalan mulu!!

Kevin

Eh, kamu dimana?

Biar aku yang kesana

Eh malah balik nanya, apa susahnya sih ngasih alamat?

Ana

Persimpangan Jalan blok B

Kevin

Itu terlalu kejauhan dari rumahku

Yaudah lah, aku kesana!

APA KEJAUHAN? Terus rumahnya dimana?

Ana

Hum iya, aku tunggu ya Vin

Jangan kelamaan!!

Kevin

Iya sayang.

Semburat merah muncul lagi di pipiku "ish apaan sih dia, bikin seneng aja!" seruku. Sepuluh menit, aku menunggu ke datangan Kevin dan dia sudah terlihat. Dia datang menghampiriku "kau lama sekali" ucapku sebal, dia hanya tersenyum lalu menarik tanganku. "Maaf, tadi aku disuruh makan buah dulu sama Mamah" ucapnya, aku terkekeh 'ternyata dia anak manja juga' .

Tidak lama untuk sampai di rumah Kevin, cukup lima menit saja.

"Kau bilang tidak jauh?" ucapku sembari bersiap memukulnya. Dia hanya terkekeh "Memang tidak jauh, yahh.. padahal aku ingin lebih lama berjalan bersamamu" ucapnya sambil cengengesan. Wajah kesal sudah jelas terpangpang diwajah cantikku ini. Tapi, mendengar dia ingin berjalan lebih lama denganku, membuatku mau tidak mau tersenyum. Aku masuk ke dalam rumahnya, padahal aku sudah menolaknya karena malu bertemu dengan Ibu Kevin.

"Mah kenalin pacar aku" ucapnya enteng. Aku memukulnya "ish kenapa dibilang-bilang sih Vin, malu tau!" bisikku padanya. Ibu Kevin tersenyum "cantik ya. Namanya siapa, kok mau sama Kevin?" tanya Ibunya Kevin "apaan sih Mah, Jelaslah dia mau sama Kevin. Kevin kan ganteng, baik sama pinter. Apalagi coba kekurangan Kevin?" ucapnya penuh dengan rasa percaya diri yang tinggi. "Tapi dia pendiem tante, bahkan Aku sering banget dicuekin" ucapku, dia menatapku "Kapan, yang ada kamu tuh yang cuekkin aku" ucapnya sambil nyubit pipiku. Aku meringis sambil memukul tangannya "sakit.." rintihku. Ibunya Kevin memukul Kevin lalu dia menarik tanganku.

"Jangan disakitin ah, cewe gak suka kalau digituin, Vin" ucap Ibunya, Kevin cuma senyum "gemes Mah!" ucapnya yang lebih manja kepada ibunya. Entah keberapa kali, aku tersenyum melihatnya, berbeda dengan beberapa jam yang lalu.

"Namaku Ana, tante. Adikknya kak Luna" ucapku, Ibu Kevin menganggukkan kepalanya "kamu bisa masak?" tanyanya, Dengan kaku aku menganggukkan kepalaku "kalau begitu bantu tante masak ya" ucapnya, aku menatap Kevin 'bagaimana ini, tugasku belum selesai di rumah' tatapan penuh arti padanya. Baru saja mau ngeles sama ibunya Kevin, tapi tanganku ke buru ditarik sama ibu Kevin ke dalam dapur. Dan acara selanjutnya adalah memasak bersama ibu Mertua hehe.

Aku ikut makan bersama keluarga Kevin. "Vin, Aku gugup banget. Manalagi, tanganku dari tadi tidak bisa berhenti bergetar" curhatku pada Kevin saat kami duduk bersebelahan di meja makan. Dia tersenyum "udahlah, kamu harus biasa. Jadi, pas sudah menjadi istriku. Kamu tidak akan gugup lagi makan sama orangtuaku" ucapnya santai, Aku memukulnya.'Andaikan dia yang diposisiku sekarang. Pasti dia yang akan gugup setengah mati sama seperti keadaanku sekarang'.

Satu persatu, orang yang berada di dalam rumah Kevin. Duduk di meja makan, mereka sempat heran dengan adanya aku di tengah mereka. Tapi, Kevin lagi-lagi dengan lantang menyebutkan bahwa aku pacarnya. "Dek, jangan mau sama Kevin. Dia itu aneh!" ucap kakak Kevin, Rehan. Kevin melempar kakaknya menggunakan kerupuk yang ada di depan mereka "kau tuh yang aneh, masa hari gini masih Jomblo!" ucapnya kesal. Aku hanya tersenyum melihat begitu hangatnya keluarga mereka.

Setelah makan bersama, Kevin mengantarku pulang "Kau takut hantu?" tanya Kevin di tengah perjalanan kami. Aku menatapnya "aku tidak takut hantu. Tapi, kadang-kadang aku juga takut" ucapku. "Bagaimana denganmu, kau takut hantu?" tanyaku, padahal aku sudah tau bahwa dia tidak takut hantu. Dia menggelengkan kepalanya "jika kau kadang takut hantu. Mau nonton film horror denganku lain waktu?" tanyanya yang membuat mataku beberapa kali berkedip tidak percaya 'apakah dia mengajakku kencan?'.

Mata kami saling menatap dan dadaku semakin berdebar saat dia tersenyum manis padaku "kau mau?" tawarnya lagi. Sekilas aku mengingat perkataan Fitria.

'Kak, hantu film sama hantu asli itu beda banget. Hantu film lebih menyeramkan'

'Eh emang apa bedanya? Kenapa juga hantu film lebih menyeramkan dari pada hantu di dunia real?'

'Jelas lah kak, mereka aktor dan para hantu difilm itu sukanya ngebunuh orang. Gimana gak serem coba!' ada benernya juga sih dia. Aku menganggukkan kepalaku "Aku mau" ucapku. Dia mengacak rambutku pelan "kau sungguh menggemaskan" ucapnya sambil mengusap pipiku pelan. Aku tersenyum padanya 'ternyata hantu berwajah rusak itu. Tidak salah, memilih orang untukku' ucapku dengan rasa syukur.

Tanpa terasa, kami sudah sampai di depan "masuklah" ujarnya, aku menganggukkan kepalaku "selamat malam, Kevin" ucapku, dia tersenyum "hum selamat malam" ucapnya. Aku melambaikan tanganku padanya sebelum aku masuk ke dalam rumah. Ku tutup pintunya rapat, senyum kesenangan muncul dibibirku "woah malam yang sangat menyejukkan" ucapku lalu berlari ke kamar. Fitria yang dari tadi duduk di kursi dekat pintu rumah, hanya menatap jijik kakak sepupunya itu "dia kenapa sih, kerasukan lagi?" ucap Fitria sembari memasukan kripik ke dalam mulutnya.

Aku masuk ke dalam kamar lalu mengganti bajuku, aku berjalan ke meja belajarku dan belajar. Suara ponselku membuatku mengalihkan fokusku.

Kevin

Jangan lupa kerjakan PR mu!

Aku terkekeh melihat pesan singkat darinya.

Ana

Iya, sekarang aku sedang mengerjakannya. Kau sudah?

Kevin

Hum sudah, saat istirahat disekolah tadi.

Ana

Aku boleh menyontek tidak?

Kevin

Enak saja. Kerjakan sendiri.

Sudah ya, aku mau tidur.

Aku mendengus 'dasar pelit' aku kembali mengerjakan tugasku. Seseorang menepuk pundakku dari belakang, dengan malas aku menoleh padanya. Mataku terbelalak melihatnya. "Kau.. bagaimana bisa kau kesini?" tanyaku pada kembaranku yang sudah lama meninggal. Dia hanya tersenyum lalu duduk di pinggir kasurku "aku ingin bertemu saudaraku saja, memangnya tidak boleh?" ujarnya. Air mata perlahan jatuh di pelupuk mataku, aku berlari untuk memeluknya "tentu saja boleh, kak" ujarku. Dia adalah saudara kembarku yang telah lama meninggal. Antara percaya dan tidak percaya, apakah dia memang kembaranku atau bukan. Karena dia meninggal saat kami masih dalam kandungan. Dia tidak lahir ke dunia, tapi hantu yang ada di depanku ini sudah lama sering bermain bersamaku.

'Apakah dia memang kakakku?' pertanyaan itu sering muncul diotakku. Setiap kali, dia datang untuk melihatku. "Kak ,aku sudah punya pacar" ucapku padanya, dia tersenyum lalu mengusap kepalaku "siapa, tampan tidak?" tanyanya, aku menganggukkan kepalaku "dia sangat tampan. Namanya.." ucapanku terpotong oleh suara pintu yang terbuka sangat keras. "Fit, kalau buka pintu bisa pelan-pelan gak sih?" protesku padanya. Dia hanya masuk ke kamar lalu menidurkan tubuhnya diatas kasur.

Aku melihat ke sampingku, kakakku sudah menghilang. Inilah kebiasaannya, dia tidak ingin bertemu orang lain selain aku. "Maaf, tapi aku sangat lelah kak, biarkan aku tidur" ucapnya lemas, aku melempar bantalku padanya "kau lelah karena apa huh?" tanyaku, tapi yang ku dengar hanya dengkuran yang berasal dari mulutnya. Aku kembali menyalin catatan Kevin 'aku harus menyusul pelajaran secepat mungkin!'. Jam, menit dan detik terus berjalan. Bahkan tanpa sadar aku tertidur diatas meja belajarku.

***

"KAK BANGUN!!" teriak Fitria membuatku terbangun dari tidurku. Aku mengucek mataku. "Apaan sih Fit, ganggu tau!" ucapku dengan nada kesal. "Kau lihat sekeliling kita!" ucapnya, aku menengok ke belakangku. Mataku terbelalak, melihat begitu banyaknya hantu yang ada di kamarku dan Fitria. "Kenapa mereka ada disini?" bisikku pada Fitria, Fitria menggeleng "aku tidak tau. Mereka dari tadi mencarimu, Kak" ucap Fitria. Aku terdiam mendengar itu, dengan cepat aku menarik Fitria untuk berdiri di belakangku. "Mau apa kalian disini?" tanyaku pada mereka. "Bermain denganmu, kau mau ikut kami?" tanya salah seorang diantara mereka. "Kalau aku tidak mau, kalian mau apa hah?" tanyaku pada mereka. Mereka memberikan smirk yang sangat menakutkan. Aku juga seorang manusia biasa yang juga kadang takut dengan apa yang ku lihat.

"Jika kau tidak ingin ikut kami. Maka kami akan memaksamu untuk ikut" ancam mereka. Fitria berdiri didepanku "KENAPA KAU INGIN MENGAMBIL KAKAKKU HAH? KAU TIDAK TAU, DIA SANGAT BERARTI UNTUKKU. APA SALAHNYA HINGGA KALIAN INGIN MEMBAWANYA PERGI DARI SISIKU??" teriak Fitria.

Aku terdiam mendengar itu "karena aku iri dengan kehidupannya. Aku mengalah untuknya disaat aku juga ingin lahir ke dunia. Tapi, aku tidak diizinkan untuk itu��� ucap sesosok hantu berbaju putih dan paling bersih diantara semua hantu.

Mataku terbelalak saat ku lihat sosok hantu kembaranku "kak, kau punya kembaran?" tanya Fitria.

"Kau tidak akan pernah tau, saat aku begitu tersiksa dan menderita seperti ini. Aku tidak punya nama, tidak punya orangtua yang bisa ku akui, dan tidak bisa bersama seseorang yang mencintaiku, puaskah kau mengambil Kevin dariku, kau bahkan mengambil semua hal yang kuinginkan?"

Aku terdiam mendengar itu "Kevin mencintaimu?" tanyaku tidak percaya. Dia menganggukkan kepalanya. "Dia mencintaiku. Dan perlu kau tau, aku adalah hantu berwajah rusak itu. Dia menerima pengakuanmu karena dia tau aku ada dalam tubuhmu"

"Tunggu sebentar.." ucapku pelan. "Mengapa dia bisa mencintaimu, padahal dia tidak bisa melihatmu?" tanyaku. Kakakku tertawa "tentu saja dia bisa melihatku, dia seorang anak indigo. Sama sepertimu!" teriaknya. Air mata mengalir begitu saja dari mataku. Fitria mendekat ke hantu itu lalu menamparnya "Apa kau sudah puas membuat kakakku menangis HAH? KAU MEMANG TIDAK PANTAS UNTUK HIDUP DI DUNIA!!!" teriak Fitria frustasi.

"KAU IKUT AKU HANTU JALANG!!" teriak Fitria lalu membenturkan kepala kakakku ke sebuah al-qur'an "MENGHILANG SAJA DARI MUKA BUMI INI!!" teriak Fitria. Aku masih diam di tempat, aku meremas dadaku yang tiba-tiba sakit. 'Kenapa Kevin bersikap seolah-olah tidak tau. Kenapa dia tidak pernah bercerita jika dia tau kakakku?'

Flashback ON

Tanpa di sadari, pemuda itu kembali menoleh untuk melihat punggung Ana yang mulai menjauh 'dia siapa, kenapa aku baru melihatnya. Tapi, wajahnya tidak asing di mataku? Dia mirip hantu di depan rumah kak Luna, apakah dia hidup?' tanyanya dalam hati. Kevin tersenyum 'apakah kita bisa bersama?'

***

"Terimakasih" jawab Ana lalu menatap orang itu, matanya terbelalak saat melihat ekspresi datar dari pemuda yang tadi ia lihat "eh.. kau.." tunjuk Ana pada pemuda itu. 'aku bertemu dengannya lagi, wanita yang sangat ku cintai kini berdiri di hadapanku lagi' pemuda itu menaikkan satu alisnya "ehm kak Luna nya ada?" tanya Kevin.

***

Kevin menunggu ke datangan murid baru di kelasnya itu.

"Permisi, apakah kau ketua kelas XI A?" tanya Ana ramah. Kevin menoleh, 'aku kembali melihatnya, benarkah dia hantu wanita yang selalu menemaniku diruang osis? Aku sangat merindukanmu'.

Kevin mengakat satu alisnya "kau ikuti aku!" ucapnya dingin. Kevin mulai berjalan di depan Ana. Kevin tersenyum saat Ana mulai mengikutinya berjalan. "Kalau boleh tau, sekarang pelajaran apa?" tanya Ana mencoba ramah pada Kevin. 'aku belum siap berbicara banyak kepadamu. Apakah kau tidak mengingatku?'

***

"Tidak ada yang kosong?" ucap Pak Guru mengulang perkataan Ana. Ana menganggukkan kepala "hum tidak ada yang kosong, semuanya terisi" ucap Ana lantang. Murid perempuan yang duduk di belakang menjerit, Ana seperti kebingungan karena itu "mana mungkin itu terisi, empat kursi di belakang semuanya kosong!" teriak seseorang di depanku. 'Ternyata dia anak Indigo, sama sepertiku' Kevin tersenyum miring saat Ana melewatinya begitu saja.

***

Kepergian Kevin dari kelas waktu itu adalah untuk memastikan sesuatu. Dia berjalan ke ruang osis dengan terburu-buru. Saat dia membuka pintunya, sesosok wanita yang selalu dia rindukan sedang berdiri di depan meja Kevin sambil menghirup aroma bunga. 'Kevin kenapa kau seperti tergesa-gesa seperti itu?' tanya wanita itu, Kevin tidak menjawab tapi memeluk wanita itu "kau kemana saja, mengapa kau menghilang selama beberapa minggu ini?" tanya Kevin cepat. Wanita itu mengusap punggung Kevin 'aku pergi menemui ibu dan keluargaku. Aku sangat merindukan mereka' ucap sang hantu.

***

Saat Ana mengintip ruang rapat osis, tidak sengaja kakak Ana juga melihat kedatangan adiknya 'ah jadi dia sekolah disini, akan aku kerjai' ucap kakak Ana dengan nada yang usil. Hantu itu mengintip bersamaan dengan Ana yang juga mengintip ke ruangan itu. 'Haha lihat wajah terkejutnya!' Ana mengumpat waktu itu. Tapi, sang kakak hanya bisa mentertawakan sang adik yang kesal oleh ulahnya.

***

Saat Kevin melihat Ana yang sedang senam bersama para hantu. Kevin mulai menyadari bahwa Ana dan kembarannya itu sangat jauh berbeda. Kakak Ana tidak ingin bergaul dengan siapapun. Tapi Ana, dia selalu berusaha bisa bergaul dengan mahluk di sekitarnya. Kevin saja yang sama-sama anak indigo, tidak ingin berurusan dengan mahluk tak kasat.

***

Saat Kevin mengerjakan tugas Ana, sang kakak yang menyuruhnya 'kerjakan saja, kasihan adikku terlalu kelelahan' mau tidak mau Kevin mengerjakannya.

Flashback off

Ana Pov

Aku lari keluar dari ke rumunan hantu yang berada di kamarku.

"Kak kau mau kemana?" tanya Fitria, aku mengabaikannya dan keluar dari rumah. Aku ingin bertemu Kevin, bagaimana pun caranya aku harus bertemu dengannya. Aku beberapa kali menghubungi no ponselnya dan aku harus bersyukur karena dia langsung menjawab telpon dariku.

Ana : Halo, Kevin bisakah kau temui aku? (ucapku sembari menangis).

Kevin : Kau baik-baik saja, kenapa nadamu seperti bergetar?.

Ana : Aku baik-baik saja, bisa kita bertemu? Aku sudah ada di depan rumahmu.

Kevin : Aku akan segera keluar, tunggu aku!.

Tidak lama kemudian, aku melihat Kevin berlari kearahku. "Kau baik-baik saja?" tanyanya, dia akan menyentuh bahuku tapi aku menahannya. Aku menatapnya "kenapa kau menangis?" tanyanya.

"Kau mencintaiku?" tanyaku, dia terdiam "kau mencintaiku?" tanyaku lagi, tapi dia tetap diam. Air mataku kembali jatuh "ah ternyata kakakku berkata jujur. Kau mencintai kakakku. Bukan aku! Kita putus saja" ucapku pelan.

"Putus?" ulangnya, aku menganggukkan kepalaku "ah.. dari awal kita juga tidak pernah pacaran" ucapku. "Kau kenapa, mengapa seperti ini?" tanyanya "KENAPA KAU MELUKAIKU HAH?" teriakku.

***

Bab 4 : Penyesalanku padamu!

Ana Pov

Dia diam.

"Ku pikir kau memang menyukaiku. Pantas saja dari awal, memang sudah aneh jika kau baik padaku. Sekarang aku tau, kenapa kau selalu diam saat aku menyinggung soal perasaanmu padaku. Kau tidak mencintaiku tapi kau mencintai kakakku" ucapku, ku tumpahkan semua kekesalanku padanya.

"Kenapa kau tidak pernah cerita jika kau juga seorang anak Indigo hah?"

"Karena aku tidak ingin kau merasa aneh padaku!"

Aku menatapnya dengan mata yang sudah banjir oleh air mata kekecewaaku padanya. "Tak seharusnya, kita bersama demi keegoisanku. Tapi, aku akan jujur padamu. Aku sangat kecewa padamu" ucapku lalu pergi meninggalkannya.

"ANA!" teriaknya, aku berhenti berlari tapi tidak menoleh padanya. "Maafkan aku, awalnya aku memang menyukai kakakmu.." setelah mendengar itu, aku pergi meninggalkannya 'sakit sekali'. Hujan membasahi tubuhku, aku masuk ke dalam rumah dan mendapati Fitria yang menunggu ke datanganku "Kak kau baik-baik saja?" tanyanya sambil memberiku selimut. Aku mengangguk lemah "aku ingin istirahat" ucapku lalu berjalan meninggalkannya ke dalam kamar. Hantu yang di dalam kamar sudah tidak ada. Mungkin, Fitria memang membunuh mereka semua. Aku mengganti bajuku lalu tidur diatas kasurku.

Paginya, Aku kena demam tinggi. Mungkin, karena kehujanan semalam.

"Fit, tolong kau berikan semua buku itu kepada Kevin ya" ucapku, Fitria menganggukkan kepalanya.

Author POV

Fitria keluar dari rumah, dia melihat Kevin yang berdiri disana. Fitria menampakkan wajah kesalnya "Kak, ini buku Kakak. Kak Ana tidak akan pergi sekolah hari ini. Jadi, sebaiknya kakak pergilah" ucap Fitria lalu berjalan melewati Kevin begitu saja. Ana mengintip di balik jendela, Kevin masih menungguinya. Kevin menatap jendela kamar Ana, dengan cepat Ana bersembunyi. 'cih kenapa dia masih berdiri disana?'.

Sesosok gadis kecil melewati Kevin. "Hei, gadis kecil" panggil Kevin pada gadis itu. "Kau bisa melihatku?" tanyanya. Kevin menganggukkan kepalanya "aku bisa melihatmu, kau bisa membantuku?"

"Bantu apa?" tanya gadis kecil itu.

"Tolong berikan ini pada Ana, kau tau kan?" gadis itu mengangkat satu alisnya "memang kau siapanya, kak Ana?" tanya hantu itu. "Aku pacarnya. Dia sedang marah padaku karena aku membuatnya kecewa. Aku ingin minta maaf padanya" ucap Kevin sendu. Kevin menundukkan kepalanya. Gadis kecil itu mengambil kertas itu "aku akan memberikannya. Jadi, Kakak bisa segera ke sekolah" ucap gadis itu. Kevin tersenyum lalu pergi meninggalkan gerbang rumah Ana. Ana kembali mengintip "dia sudah pergi" ucapnya pelan. Sesosok hantu berdiri disamping Ana "Kak, ada yang menitipkan ini padaku" ucap gadis kecil itu sembari menyerahkan secarik kertas. Ana mengambilnya "pastikan kau membacanya ya!" peringatnya, Ana menganggukkan kepalanya kaku.

Ana POV

Aku membuka kertas itu 'dari siapa ini?'

Isi Surat

Maafkan aku!

Aku memang pantas mendapatkan kemarahanmu, aku juga pantas mendapatkan kebencianmu.

Tapi, sungguh. Aku tidak ingin menyakitimu. Aku sangat mencintaimu melebihi kakakmu.

Kau ingat, saat kau menyatakan perasaanmu padaku?

Aku tau itu bukan kau. Tapi, karena aku terlalu senang. Aku langsung menjawabnya. Saat aku sudah tau, hantu itu keluar dari dalam tubuhmu. Bukankah, aku berlari kearahmu dan kembali menyatakan perasaanku?

Saat hantu itu, akan kembali memasuki tubuhmu. Aku sudah menahannya untuk tidak masuk ke dalam tubuhmu. Hantu itu masuk setelah kau menganggukkan kepalamu saat itu.

Aku banyak diam saat bersamamu bukan karena aku tidak menyukai perkataanmu.

Tapi, karena hantu itu terus-terusan masuk ke dalam tubuhmu dan kau tidak menyadarinya. Apakah jatuh cinta membuat jiwamu kosong?

Mengapa kau sering dirasuki olehnya? Apa karena dia kembaranmu?

Mungkin aku terlihat aneh dimatamu karena sering merubah moodku tiba-tiba. Tapi, itu bukan keinginanku. Aku hanya ingin mengeluarkan perasaan sukaku saat kau benar-benar dalam keaadan sadar tanpa dirasuki olehnya.

Maafkan aku!

Jika kau ingin hubungan kita berakhir, aku tidak bisa membiarkannya. Aku tidak mau!

Karena aku takut kehilanganmu! Aku sangat takut kehilanganmu.

Kau masih mau menjadi pacarku kan?

"Apakah aku masih ingin menjadi pacarnya?"

Sosok itu kembali muncul di hadapanku. Sosok yang tidak ingin ku lihat lagi dan yang tidak akan pernah ingin ku tatap lagi wajahnya. "Kau mau apa datang lagi padaku? Jika kau kakak yang baik. Kenapa kau selalu datang disaat aku tidak ingin melihatmu" ujarku kesal. Bahkan, kini air mata mengalir dari pelupuk mataku. Dia mencengkram daguku dengan kuat. "Kenaa aku pernah satu kandungan denganmu Hah?! Mengingatnya itu membuatku sangat marah!" ucapnya kesal.

"Untung kau bukan hantu dalam film. Jika, kau hantu dalam film mungkin kau telah membunuhku sekarang hahaha.. Pergilah, jangan buang-buang tenagamu. Kau tidak akan menang melawanku" ucapku mencoba menantangnya. Matanya berkilat marah "Kau kan yang menyuruhku untuk bertanggung jawab atas pernyataanmu pada Kevin? Sebagai adik yang baik, aku sudah mengikuti keinginanmu itu" tambahku.

Dia terdiam, mungkin menyesali perbuatannya sendiri. "Aku tidak ada sangkut pautnya dalam hubungan antara kau dan dia. Tapi, kau yang telah menyeretku masuk ke dalam kisah cinta diantara kalian. Hiks.. memangnya aku mau, dicintai olehnya sebagai dirimu? Aku tidak ingin seperti itu, kak. Ini sangat menyiksa batin dan psikologku!"

Aku memukul kakakku, aku tau dia tidak akan merasakan sakit. Tapi, aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku lagi padanya. Aku menangis dihadapannya. "Dadaku berdenyut sakit saat Kevin ternyata mencintaimu, Kak. Haruskah aku menjauh darinya agar kakak senang?" tanyaku dengan air mata yang sudah membanjiri pipiku ini. Hantu itu masih terdiam "aku sudah putus dengannya semalam. Dan aku akan meminta izin untuk pulang ke rumah agar aku tidak lagi bertemu dengannya" ucapku lagi.

Hantu kakakku menahan tanganku lalu menggelengkan kepalanya. "Jangan pulang. Aku tidak inign kau dimarahi oleh kak Luna karena pindah sekolah lagi"

"Apa pedulimu, kau bahkan tidakmau satu kandungan denganku. Jadi, jangan ikut campur dalam hidupku lagi!" ucapku sembari menepis tangannya. "Tinggalkan aku sendiri, dan aku mohon, ini pertemuan terakhir diantara kita. Aku tidak ingin melihatmu lagi" ujarku. Kakakku menundukkan kepalanya lalu menghilang dari pandanganku. Setelah kepergiannya, aku menangis sejadi-jadinya. 'Sakit sekali, dadaku berdenyut sakit saat mengingat wajah laki-laki itu'.

Ku matikan ponselku.

Kevin Pov

Mataku memang memperhatikan papan tulis. Tapi, otakku melambung jauh entah kemana. 'Apakah Ana baik-bak saja?' pernyataan itu terus muncul di kepalaku. Jam istirahat telah tiba, aku menatap kursi yang sekarang di duduki oleh mahluk halus yang selalu mengisi tempat itu jika Ana tidak ada. 'Aku merindukannya' batinku sendu. Aku keluar kelas lalu berjalan ke belakang sekolah, dimana ada dua pohon besar. Aku menghampiri pohon itu dan aku bertemu dengan beberapa hantu yang selalu bermain bersama Ana saat istirahat tiba.

"Hey, Ada Kevin!" bisik ibu centil dari perkumpulan hantu itu. Aku mengabaikan mereka lalu kembali ke area sekola. Aku berjalan ke perpustakaan dan duduk di kursi dimana aku tertidur bersama Ana. Aku mengeluarkan ponselku, aku tersenyum sendu saat melihat fotoku dan Ana yang tertidur di perpustakaan. Hantu penunggu perpustakaan datang menghampiriku, dia adalah orang yang ku suruh untuk mengambil gambar kami saat kami tertidur.

"Kau kenapa?"

"Aku merindukannya" ucapku tanpa mengalihkan pandangan mataku dari layar ponsel. "Ana or hantu penunggu ruanganmu?" tanya hantu itu. "Aku sangat merindukan, Ana" ucapku, aku menangkupkan wajahku diatas meja. "Tidak seharusnya, aku selalu diam saat bersama dengannya. Aku menyesal karena membuatnya kecewa" jelasku, setetes air mata keluar dari mataku. "Kau menangis untuknya. Berarti kau mencintainya dengan tulus" ucap sang hantu sambil menepuk pundakku.

"Ku beritahu rahasia wanita. Wanita sangat ingin di mengerti dan juga ingin menjadi prioritas utama. Apakah keduanya telah kau lakukan?" tanya hantu itu. Aku terdiam sejenak dan mencoba mengingat kejadian yang telah aku lewati bersama Ana. "Sepertinya, aku telah melakukan keduanya" ucapku penuh dengan keyakinan. Hantu itu tersenyum "maka dia akan mencintaimu juga dengan setulus hati" mendengar itu membuatku tersenyum.

"Terimakasih karena mau mendengar curhatku" ucapku lalu pergi meninggalkan hantu itu. Aku berlari ke ruang guru. "Ada apa, Kevin?" tanya guru piket. "Pak, saya izin, mau menjenguk teman yang sakit. Apakah boleh?" tanyaku. "Heum, tentu saja boleh. Tapi, kau harus kembali sebelum kelas bubar"

Aku tersenyum sangat lebar lalu menganggukkan kepalaku. Aku pergi tanpa memberitahu teman-temanku. Ku keluarkan ponselku untuk menghubungi Ana. Sayangnya, no ponselnya tidak aktif. 'Dia pasti mematikan ponselnya'.

Sebelumnya, aku membeli dulu beberapa makanan untuk dibawa ke rumah kak Luna. "Ini dek, buahnya" ucap ibu penjual buah, sekarang aku berada di tempat penjual buah.

***

Ana Pov

'Kenapa dingin sekali?'

'Kepalaku juga sangat pusing'

Kak Luna datangan lalu menyentuh keningku. "Ya ampun, Na. Kamu panas banget, kakak ambil dulu air buat kompres kepala kamu ya. Kamu tidur aja" suruhnya padaku. Aku menganggukkan kepalaku pelan 'hacih..' untuk kesekian kalinya aku bersin-bersin. Kak Luna datang lalu memberikan kompres itu. Dan aku mencoba untuk kembali tidur agar panas tubuhku mulai mereda.

Aku terbangun dari tidurku. Panasku sudah mereda sekarang. Ku rasakan tanganku ada yang menggenggam kuat. Aku melihat kerah tanganku, mataku terbelalak saat mendapati Kevin tidur sangat lelap disamping tempat tidurku. Aku terus memperhatikan wajahnya yang terlelap.

"Aku merindukanmu.." dia mulai mengigau.

"Aku merindukanmu.. Ana"

Mataku terbelalak mendengar namaku yang dia sebutkan "jangan tinggalkan aku"

"Aku tidak ingin hubungan kita berakhir seperti ini.. Karena kau, prioritas utamaku kini hiks.."

Aku terperanjat saat dia bilang begitu, 'apakah itu benar, apakah dia hanya membual?' batinku penuh dengan pertanyaan tentang dirinya. Aku tidak percaya lagi dengannya, dia sudah menyakitiku lebih dari siapapun. Tapi, apakah aku benar-benar ingin putus darinya?.

Apakah aku mau meninggalkannya?

Apakah aku tidak pantas mendapatkannya?

Bolehkah aku egois untuk memilikinya?

Aku menggeleng cepat "tidak, dia hanya mencintai kakakku. Lupakan dia Ana" aku melepaskan genggaman tangannya. Dia terbangun lalu menggenggam tanganku lagi kuat-kuat. Mata kami saling bertemu, dengan cepat aku memalingkan wajahku darinya. "mau apa kau kesini?" tanyaku dingin tanpa melihat wajahnya. "Apakah aku tidak boleh menjenguk kekasihku?" tanyanya dengan suara yang agak parau. "Kekasih? Sejak kapan kita menjadi sepasang kekasih?" ucapku, mungkin karena demam aku kembali bersin 'aish.. bisa tidak sih bersinnya berhenti saat aku sedang marah. Membuatku malu saja di depannya' dengusku. Dia memberikan tisu untukku "terimakasih" jawabku jutek. Dia tersenyum lalu mengusap rambutku 'aku sekarang harus apa jika dia sudah begini?' tanyaku dalam hati.

Daguku di tarik olehnya dan Chu..

Dia menciumku sekilas, mataku beberapa kali berkedip seperti orang bodoh. Aku masih syok dengan kejadian yang terjadi secara cepat. "Kenapa kau melakukan itu?" ucapku setelah beberapa menit sempat terdiam. Dia tersenyum "agar aku merasakan sakitmu. Agar aku yang terkena demam, agar kau lebih mudah menghukumku!" ucapnya. Aku tertegun "kenapa kau lakukan itu, ini penyakitku dan kau jangan ikut-ikutan dan kenapa kau lancang sekali menciumku hah?!" ucapku sebal. Dia tersenyum "kenapa, kau khawatir padaku?" tanyanya yang membuatku diam. Aku memukulnya "tentu saja, aku khawatir padamu, bodoh!. Jangan sakit sepertiku rasanya sangat menyiksa. Aku tidak mau kau sakit.." ujarku pelan, aku masih memukulnya.

"Kenapa aku tidak bisa berhenti mencintaimu bodoh!! Dasar bodoh! Bodoh!" umpatku.

"Laki-laki jahat!!"

Dia memelukku "aku tidak akan menghentikan pukulanmu. Pukul aku sekeras apapun kau mau, aku memang salah karena menyukai sesosok mahluk tidak kasat mata itu karena dia memiliki wajah yang sangat cantik sepertimu. Seharusnya, aku tidak pernah menyukainya, karena dia tidak memiliki rupa. Dia bukanlah mahluk hidup yang bisa ku raih.." jelasnya. Aku menghentikan ucapannya "terus jika dia hidup kau akan pergi bersamanya, begitu?" ucapku sebal. Aku mendorongnya menjauh "pergi sana, aku tidak mau melihatmu" ucapku kesal. Dia tersenyum lalu memelukku "aku akan memilihmu, karena hanya kau yang ku cintai hum.."

"Dasar pembohong!" umpatku.

"Dan yang selalu mengumpat di depanku. Aku senang kau menjadi dirimu" ucapnya lagi, dia memelukku sangat erat. "Cih.. kau hanya laki-laki yang mau dengan wanita bodoh sepertiku" ucapku pelan. "Siapa yang bodoh? Aku cukup pintar karena memilihmu" ujarnya, aku kembali memukulnya. "Kau niat tidak sih merayuku? Kalau tidak yasudah aku mau tidur" ucapku sebal, aku menidurkan tubuhku lalu menyelimuti seluruh tubuhku menggunakan selimut.

"Kau marah hanya gara-gara aku berhenti merayumu, begitu?" ucapnya yang terdengar seperti menggodaku, aku menutup wajahku menggunakan selimut. "Pergi, jangan ganggu aku!"

"Aku akan tetap disini" ucapnya, aku kembali membuka selimutku.

"Kau tidak lihat ini jam berapa? Biasanya, yang izin dari sekolah harus kembali lagi sebelum bel pulang sekolah. Kau mau membolos, ketua osis macam apa kau ini!" makiku padanya. Dia melihat jam tangan yang melingkar di lengannya "oh tidak lima belas menit lagi" ucapnya kaget, aku tersenyum melihat ekspresinya yang berubah bodoh. "Aku akan menyalahkanmu karena membuatku tidak bisa berhenti melihat wajahmu" ucapnya, aku terdiam mendengar itu. Dia mendekatkan wajahnya lagi padaku 'dia mau apa?' dengusku. Cup, dia mengecup keningku "aku akan pergi ke sekolah dulu, jangan merindukanku ya!" candanya. Aku mendengus "yang ada kau, kau jangan merindukanku!" ucapku, dia kembali mengacak rambutku.

"Aku mencintaimu" ujarnya lalu lari keluar dari kamarku 'dasar laki-laki bodoh!'

Author Pov

Kevin terus berlari menuju ke sekolahnya dan Kevin berhasil di detik-detik terakhir sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Dia sudah sampai di kelas dengan tampang penuh dengan keringat. Temannya Reza menepuk pundak Kevin.

"Kau dari mana saja?" tanyanya. Kevin berjalan ke tempat duduknya "aku menjenguk seseorang yang sedang sakit" ucapku lalu membereskan buku-bukunya. Rena datang kemeja Kevin "Vin, kau ada waktu, mau nonton film bersamaku?" tanya Rena, Kevin masih fokus dengan kegiatannya. "Maaf tapi aku ingin menjaga pacarku yang sedang sakit" ucap Kevin lalu pergi keluar kelas. Semua orang terdiam setelah mendengar bahwa Kevin sudah berpacaran. Citra tersenyum saat melihat kursi di belakangnya 'sepertinya aku tau Kevin berpacaran dengan siapa' batinnya.

Rena mendengus "pacar, sejak kapan dia punya pacar?" ucap Rena tidak terima dengan kenyataan. Reza menepuk pundak Rena "sabarlah, Kevin juga normal untuk menyukai gadis yang di sukainya"

Fitria keluar kelas dengan cepat setelah bel pulang telah di bunyikan "Fit, kau mau kemana. Kok cepet-cepet?" tanya temannya, Ratna. "Kakakku sedang sakit. Aku ingin menemaninya" ucap Fitria. Fitria segera keluar kelas dan melangkah cepat menuju gerbang sekolah.

"Fit.. bisa kita mengobrol berdua?" tanya seseorang yang baru saja menghentikan langkah Fitria. Fitria menoleh dan terkejut melihat siapa yang berdiri di depannya. "A..ada apa ya?" tanya Fitria yang tiba-tiba tergagap melihat seseorang yang di sukainya. "Kau mau berkenalan denganku. Aku ingin akrab denganmu" ucapnya. Daun-daun kering berguguran tepat diatas kepala mereka, Fitria masih terdiam mendengar itu "hai, Aku El Putra" ucapnya sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Fitria masih terdiam, sesekali dia melihat tangan El.

"Kau tidak mau bersalaman denganku?" tanyanya, Fitria mulai mengangkat tangannya lalu membalas uluran tangan itu "Aku Fitria, senang bisa berkenalan denganmu" ucap Fitria, El tersenyum setelah mendengar itu.

Ana masih tidur diatas kasurnya 'ah kenapa aku masih ingat yang tadi. Lupakan-lupakan' dengusnya sambil sesekali mencubit pipinya.

Cup. Ana terbangun lalu memukul pelan kepalanya beberapa kali "kenapa hanya adegan itu yang aku ingat?" makinya. Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Ana "masuk" ucap Ana serak. Orang itu masuk, dengan cepat Ana menutup wajahnya menggunakan selimut "kenapa kau menutup wajahmu?" tanyanya sambil berusaha menyingkap selimut Ana. Dengan kuat Ana memegang selimut itu "aku kedinginan. Uhm wajahku kedinginan" ucap Ana berbohong 'wajahku kepanasan' Kevin terkekeh "kau tidak pandai berbohong rupanya. Sudah buka saja, kau bisa sesak nafas jika terus menutup wajahmu menggunakan selimut itu" titah Kevin.

Ana menggelengkan kepalanya "Aku tidak mau, dan kenapa kau kembali kesini?" tanyaku mencoba mengalihkan pembahasan. "Karena aku ingin menemani kekasihku yang sedang sakit" bisiknya. Aku menelan air ludahku 'dia berbisik, berarti jaraknya sangat dekat dengan wajahku'pipi Ana sudah merah padam. "Aku tidak tahan lagi, selimut ini terlalu panas" ucap Ana lalu menyingkap selimut itu. Ana duduk diatas kasur, Kevin menatapnya lalu menyentuh kening Ana.

"Panasmu sudah turun. Tapi, mengapa wajahmu begitu merah?"

Kevin mengangkat satu alisnya. Ana menepis tangan Kevin dari keningnya "Apaan sih, panas tau gak?"

Kevin mendekatkan wajahnya "mengapa wajahmu masih merah padahal suhumu sudah turun"

Deg deg deg..

Suara detak jantung Ana terpacu begitu cepat "be..benarkah?" tanya Ana gugup, Kevin menganggukkan kepalanya.

Ana Pov

"Sepertinya, aku harus mengambil air yang baru" ucapnya, aku menahan tangannya yang bersiap akan pergi. "Apa?" tanyanya, aku menggelengkan kepalaku. Kevin melihat tanganku yang memegang tangannya. Dengan cepat aku lepaskan "kau kenapa sih?" aku kembali menggelengkan kepalaku. "Pergi sana.. kau bilang akan mengganti airnya" ucapku. Kevin menganggukkan kepalanya lalu keluar dari kamarku. "Kenapa pipiku sangat panas sekali? Ah.. ini pasti demam iya pasti karena demam. Hacih~" tuh kan hanya demam.

Tidak lama, Kevin kembali lagi ke kamarku "kak Luna kemana, kenapa kau yang menjagaku?" tanyaku. Dia hanya menatapku "kak Luna beli obat dulu dan aku di minta untuk menjagamu sebentar, memangnya kenapa?" tanyanya. Aku menggeleng cepat "sebaiknya kau segera mengkompresku lalu pergi dari kamarku" ucapku tergagap. Dia mengernyitkan dahinya. "Kenapa aku harus pergi, aku masih mau menemanimu" ucapnya lesu. Aku memukulnya "ish.. kita bukan muhrim dan tidak baik jika di rumah hanya berdua. Lagipula, kau juga sudah lancang menciumku. Jadi, rasa percayaku padamu sedikit berkurang" ucapku kesal padanya. Dia tersenyum "oh karena itu, baiklah jika itu mau mu. Tapi.." ucapannya terhenti lalu mengambil ponselku "ini harus selalu aktif dan kau harus mengangkatnya" tambahnya.

Dengan cepat aku menganggukkan kepalaku "iya, aku akan mengaktifkan ponselnya. Jadi, sekarang kau bisa pergi dari sini" aku mendorongnya untuk segera keluar dari kamarku. "Iya iya aku keluar. Jangan lupa makan obatmu ya!" ucapnya sebelum benar-benar keluar dari kamarku. 'Kenapa dia jadi aneh begitu. Aku lebih suka Kevin yang juteknya minta ampun dari pada Kevin yang berubah sangat romantis padaku'

Seseorang membuka kamarku "Kak, ada kabar baik" ucap Fitria sambil tersenyum senang. Dia duduk di pinggir kasurnya tapi menghadap lurus padaku "Apa?" tanyaku. "Cowok yang ku suka mengajak aku kenalan" ucapnya bahagia. Dahiku berkerut "hanya itu, ku kira apa?" ucapku lalu beranjak dari kasurku. "Mau kemana kak?" tanya Fitria. "Aku mau mandi, gerah" ujarku. Fitria menganggukkan kepalanya. Setelah itu, dia menjerit tertahan dan meredamnya menggunakan bantal. Mungkin, biar tidak berisik. 'Ah gerahnya~' aku mengibas-ngibaskan tanganku di depan wajahku.

Kevin Pov

Aku baru saja masuk ke dalam kamarku dan aku kembali melihat sosoknya. Aku masuk lalu menutup pintu kamarku, dia menyadari kehadiranku 'Kevin..' panggilnya. Aku mengabaikannya lalu memakai earphoneku.

'Kau mau mengabaikanku lagi?'

Aku hanya membaca bukuku dan sesekali menatap layar ponselku. Dia melayang kearahku lalu berdiri disampingku "kenapa kau mengabaikanku, apakah aku harus melukai adikku sendiri agar kau mau berbicara padaku?"

"Aku sudah muak dengannya kali ini" aku melepas earphoneku lalu menatap tajam padanya. "Kau mau apa dariku?" tanyaku sarkastik, dia memberikan smirk lalu merangkul tanganku. "Bisakah kita seperti dulu lagi. Hanya kau yang ku punya sekarang. Adikku bahkan tidak mau bertemu lagi denganku, aku tidak punya siapa-siapa untukku ajak berbicara"

Aku melepas rangkulan tangannya "itu salahmu sendiri, kau tidak ingin bergabung dan bergaul dengan sesama mahluk di duniamu"

Aku memegang kedua bahunya lalu menatapnya "dengarkan aku, aku, adikmu dan orang yang berada di sekelilingmu punya kehidupan masing-masing…" ucapanku dicela olehnya. Dia menepis tanganku "Kau mudah berbicara seperti itu karena kau merasakan hidup. Tapi, aku? Aku tidak pernah diberi kesempatan untuk hidup. Sewaktu aku kecil, para hantu menyebutku mahluk setengah hidup karena aku masih bisa bertumbuh dan bertambah umur. Itulah alasan kenapa semua yang sama denganku tidak ingin bermain denganku"

"Aku kelaparan dan tidak punya siapa-siapa untuk ku mintai tolong. Sedangkan, adikku dia mendapatkan semuanya. Nama, kasih sayang dari kedua orangtuaku. Aku bisa apa saat dia merasakan itu semua?"

"Dia hanya menampakan senyum tidak berdosanya padaku. Aku benci itu semua. Tapi, setelah kau datang dan ramah padaku. Aku mulai sadar, bahwa aku hanya memilikimu untuk menjadi seseorang yang mengerti keadaanku. Dan ternyata, aku salah besar. Lagi dan lagi, adikku mengambil apa yang aku mau. Dia merebutmu dariku!!" teriak hantu itu frustasi.

"Kenapa kau tidak kembali ke alam sana?" tanyaku, dia terdiam. "Apakah ini yang membuatmu susah ke alam sana?"

"Berbuat jahat kepada adikmu sendiri?"

Aku mulai mendorong bahunya "Kau tau, banyak orang yang telah kau sakiti gara-gara mereka dekat denganku. Kenapa kau lakukan itu?" ucapku sarkastik. "Aku menyesal sekarang. Mengapa waktu itu, aku datang menghampirimu dan begitu peduli padamu?"

"Itu yang aku sesali sampai detik ini" aku mulai mencekiknya "kembalilah dengan tenang, sebelum kau menjadi mahluk hitam. aku akan membantumu" ucapku dengan nada yang sangat dingin. Dia mulai merintih kesakitan. Dia mencakar tangan dan pipiku, karena kepalaku tiba-tiba pusing, cengkramanku melemah. Dia terlepas dan hilang di hadapanku. 'Aduh.. kenapa kepalaku sangat pusing?'