webnovel

penderitaan ku dimulai

sudah dua minggu terlewati setelah bajingan itu melamarku

hari ini yang seharusnya menjadi hari kebahagiaan wanita karena menikah tapi menjadi hari menuju kiamat bagiku

menghadapi hidup dalam drama penuh kesedihan, aku harus bisa menjadi wanita bermuka dua dalam menjalani hidupku

aku harus siap dan ikhlas menjalani itu dan mungkin jika aku tidak kuat aku akan meninggal dengan mengakhiri hidupku atau aku akan berusaha kuat dan pasrah meninggal secara perlahan..

"neng kamu jangan nangis trus? make up nya jadi berantakan" ucap seorang wanita yang sedang merias make up wajahku agar terlihat seperti pengantin wanita yang sangat cantik

aku tidak menjawab, aku hanya menundukan kepala ku lalu mengusap air mataku

"neng kamu mau nikah harusnya bahagia, di make up senyum sumringah, jangan sedih, emang kamu ga bahagia mau menikah?" tanya wanita itu lagi seperti sedang merasa curiga dengan sikap ku yang penuh dengan kesedihan

"gpp bu, aku cuma belum siap aja jauh dari mama papa" hanya itu jawaban singkat ku berusaha mengalihkan rasa curiga dihati ibu itu

"mama papa kan senang kamu nikah, kamu jangan sedih donk" ucap ibu itu berusaha memberiku semangat agar aku tidak terjebak dalam kesedihan lagi

"iya bu" jawabku dengan senyum penuh keterpaksaan, aku melakukan itu agar ibu perias make up tidak lagi bertanya panjang tentang keadaan dan perasaan ku..

"sudah siap inka? itu penghulu sudah datang" ucap kakak ku yang memberitahu situasi saat ini

aku pun dituntun kakakku berjalan keluar dari ruang rias menuju pelaminan

sambil berjalan kakak menggandengku dan membisik pelan ditelingaku

"jangan nangis ya, jika ini hukuman buat kamu karena harus menikah dengan lelaki brengsek itu, tapi ini cara satu-satunya untuk menyelamatkan harga dirimu dan kebahagiaan anakmu" ucap kakakku yang cukup menusuk tapi membuatku sadar bahwa hidup bukan dongeng yang bisa ku tulis dan kuciptakan penuh kebahagiaan sesuai mimpi dan harapanku tapi hidup adalah misteri yang bisa berubah menjadi mimpi buruk kapan saja dan dimana saja seperti sebuah tembakan secara tiba-tiba sangat keras yang menusuk dan merubah jalan hidupku menjadi kisah diluar rencanaku hingga mimpi dan harapanku hancur berkeping-keping dan tak bisa ku susun kembali..

saat ijab kabul dimulai air mata ku mulai menetes

dengan satu tarikan nafas lelaki brengsek itu mendapat jawaban sah dari kedua saksi dan penghulu

air mataku menetes sangat deras hancur sekali hatiku

Inka nafisah saat ini resmi menjadi Istri Budi lelaki bajingan berhati iblis

aku tidak bisa berusaha menahan kesedihan ku

air mata ku terus menetes

fikiran ku terasa berputar kemana-mana

apa yang akan terjadi setelah ini

aku akan tinggal dimana

aku harus tidur satu ranjang dengan lelaki brengsek ini

aku akan setiap hari dua puluh empat jam bertemu dengan budi iblis ini

aku harus siap berperan sebagai istri yang harus melayani kebutuhan lahir bathin nya

aaaaarrrrggggghhhhh kejam sekali nasibku

rasanya aku ingin mengakhiri hidupku agar aku bisa keluar dari penderitaan yang hari ini baru akan dimulai dalam hidupku.

setelah ijab kabul proses sungkem kepada orang tua pun dimulai.

saat aku harus salim pada orang tuanya rasanya berat sekali

aku benci pada mereka

saat salim kepada mamanya dia memelukku lalu membisikan ucapan yang membuatku sama sekali tidak merasa simpati justru aku sangat benci pada kemunafikan dia

dia adalah wanita tua yang siap bermuka dua dan merangkai seribu kata agar terlihat baik demi menutupi kesalahan anaknya

"maafin mama ya inka, maafin budi. kamu sekarang anak mama, mama akan rawat kamu dan calon cucu mama dengan baik. mama benar-benar minta maaf" ucap ibu nya budi yang saat ini menjadi mertua ku

meskipun dia mengucapkan semua kalimat itu sambil menangis dan memelukku erat, tapi aku tidak menjawab sama sekali, aku hanya diam dan aku benar-benar benci mereka dan aku benci diriku sendiri...

acara pernikahan pun selesai. malam ini aku tetap dirumah orang tua ku karena aku belum siap dan masih butuh waktu untuk keluar dari rumah ini

saat malam tiba tanpa banyak omong aku langsung mengganti pakaian ku, lalu aku masuk kekamar dan ku kunci pintu kamarku dari dalam

lelaki brengsek itu mulai mengetuk pintu kamarku

"Inka sayang buka pintunya" ucapnya di depan pintu kamar

"Inka ayo donk bukain, aku juga mau istirahat" ucapnya lagi berusaha memohon

tapi aku tetap diam, aku tidak mau menjawab, aku ingin dia berfikir aku tidak menjawab dan tidak membuka pintu karena aku sudah tertidur pulas. walaupun sebenarnya mataku masih terbuka. aku melakukan ini karena aku tidak mau tidur bersama nya.

"kenapa budi?" terdengar suara mama bertanya pada lelaki berengsek itu

"ga tau ma, pintunya di tutup sama inka"

"mungkin dia ngantuk banget dan sekarang udah tidur, kamu tidur disofa aja" ucap mama agar lelaki brengsek itu berhenti mengetuk pintu kamarku

akhirnya aku bisa tidur sendiri dengan tenang

sambil menangis aku berusaha menenangkan fikiran ku. semoga besok semua nya baik-baik saja

atau Allah beri kebahagiaan kepadaku dengan mencabut nyawaku agar aku tidak perlu menahan emosi dan siap menjadi wanita bermuka dua karena pernikahan terkutuk ini.

pagi pun tiba

aku bangun dari tempat tidur ku

saat aku keluar kamar rasanya aku muak sekali

melihat lelaki brengsek itu ada di depan mataku

"semalem kenapa pintu dikunci? kamu kan sudah punya suami, biasain donk kalau mau tidur itu sama aku" ucapnya dengan nada pelan dan wajah emosi

aku tidak menjawab, aku hanya melewatinya begitu saja

"Inka kamu dengar ga sih aku ngomong?" ucapnya kembali sambil menarik tanganku

"apaan sih masih pagi ini, berisik" ucapku dengan nada sinis dan berlalu meninggalkannya

setelah selesai dari toilet aku kedapur mengambil air minum dan berlalu menuju kamarku

saat ku buka pintu

"ngapain lo disini?" ucapku sambil menatap lelaki bajingan itu dengan wajah sinis

"aku suami kamu, hak aku untuk ada didalam kamar bareng kamu, jadi salah nya dimana?"

jawabnya tenang sambil berbaring diatas tempat tidurku

"budi gw masih belum siap terima kenyataan ini, tolong jangan paksa gw untuk benar-benar jadi istri lo. gw mau nikah sama lo cuma karena status demi anak dikandungan gw, gw tetap benci sama lo, sifat bejat lo yang udah ngerusak hidup gw" ucapku dengan nada sedih dan air mata yang berlinang

dia bangun dari tempat tidur, dia berdiri lalu menjawab

"Inka aku ngelakuin itu karena aku suka sama kamu, kamu cantik, dikantor kamu selalu dibahas semua rekan kerja laki-laki, baik junior maupun senior mereka semua membahas kamu dan memuji tara karena dianggap hebat bisa dapatin kamu. jadi begitu ada kesempatan aku langsung gunain kesempatan itu, supaya kamu mau nikah sama aku" ucapnya dengan nada percaya diri tingkat dewa agar aku yakin dan memuji sikapnya yang menggunakan seribu cara untuk mendapatkan aku

tapi aku sama sekali tidak simpati, aku tetap jijik dan merasa ingin sekali membunuhnya

"sekali iblis lo tetap iblis, kalau lo suka sama gw, kemana lo selama sebulan saat gw sita hp lo? kenapa lo putar balikan fakta saat kakak gw tanya tentang kehamilan gw??? lo tuh lelaki bejat ngelakuin apa yang lo mau tanpa lo fikir resikonya" ujar ku dengan nada emosi tapi dia tidak menjawab pertanyaan ku, dia hanya tertunduk seperti sedang berfikir kalimat apa yang harus dia ucapkan

"jawaaaaabbb" teriak ku sambil mendorong tubuhnya

dia pun terjatuh duduk dilantai

"inka cukup ya, kamu sekarang istri aku, jangan tambah dosa kamu dengan melawan aku, kalau kamu masih ga bisa lupain kesalahan aku, kamu cukup ingat siapa yang berhasil merenggut harga diri keperawanan kamu dan siapa yang menanam benih diperut kamu" ucapnya dengan nada tertawa dan pergi meninggalkan ku didalam kamar

aku tidak menjawab, aku hanya mendorongnya keluar dari kamarku, lalu ku kunci kamarku

untuk kesekian kalinya aku menangis kembali

"ini baru satu hari, bagaimana dengan besok, minggu depan, bulan depan bahkan tahun depan???? hidupku hancur " aku menutup wajahku dengan bantal dan berteriak sekencang mungkin untuk melepaskan emosi ku

"Inka terima kasih nasib mu sangat buruk, kau kecelakaan koma hampir meninggal, Allah berikan kau kesempatan hidup kedua kali ternyata Allah coba lagi kesabaran mu dengan menguji kamu sesakit ini. lebih baik kau mati inka, mati lah kau.. mati lah kau"

ucapku untuk diriku sendiri