webnovel

Selalu Sama

Kenapa sih, orang pada sibuk sok tau akan kehidupan orang lain, kenapa orang terlihat sok peduli,astaga ini hidupku, aku tau dimana aku bahagia,kenapa sok repot mengatur. astaga bahkan hari ini pertanyaan itu tak pernah absen menghampiriku, sabar ini ujian, jalani dengan ikhlas, begitulah motivasi harian terujar dikala pertanyaan yang selalu sama terlontar.

"Ma apaan sih,"ketusku pada mama yang sejak tadi sibuk bercerita ah lebih tepat menggerutu tak jelas, sejak dari drama korea kesukaan ku dimulai sejam yang lalu. sekarang bahkan aku kesal melihat park sejoon cari perhatian dengan kim jiwoon,begitu menggemaskan tapi tak bisa ku resapi dengan baik karena mama terus saja penjang lebar menceritakan cerita dari tetangga samping rumah sampai ke sebrang.

"Eh kamu ni ya, kamu gak dengerin mama ngomong," jawab mama sewot menatap ku kesal. Astaga dari sejam tadi juga aku hanya sibuk mendengarkan ucapan panjang lebar mama yang nyambung sana nyambung sini.

"Aku dengerin kok ma, tapi jelasnya apa coba, mama mau bilang apa sih memangnya"

"Kamu tu yah,kalau orang tua ngomong ya dengerin,ini malah nonton orang ciuman,"gerutu mama tak peduli, astaga apa salahnya akukan hanya melihat apa yang tv sajikan.lagian inikan hanya hiburan, dan drama korea tanpa ciuman, sungguh bagai sayuran tanpa ada garam, hambar gak bikin baperan, apalagi singlenya kelamaan, astaga park sejoon good kisser juga rupanya, beruntung sekali kim jiwoon itu.

"Iya iya... jadi mama mau apa,naya gak ngerti,"ucapku sok lemah lembut,gaya manis berlagak princess,sering kali begini.

"Uh kamu tu ya, dengerin loh kalau mama ngomong, mama kan bilang anaknya temen mama,anak nya tante yuri tu udah nikah menantunya dokter dan tampan loh, kamu sih mama ajak ke nikahannya malah milih sibuk ngantor, coba kamu datang siapa tau ada rasa-rasa, mau nikah," cerocos mama yang lansung membuatku pusing seketika,terasa ada yang nusuk dihati, lagi lagi pertanyaan ini setiap hari ada, setiap ada kesempatan bertatap muka,ditambah lagi jika temen sodara nikah,udahlah sia-sia sudah status wanita karir ku sandang,gak guna katanya toh nanti berakhir gendong anak,masak didapur,diem dirumah jadi ibu rumah tangga ideal karena banyaknya laki gak suruh kerja, aku jengah kapan berkahir.

"Ah iya,sayang sekali ya jieun gak datang, jadi gak iri deh," santaiku menjawab, iri... tolong garis bawahi,dan bold in kata iri dengan catatan bukan iri tapi risih, dikira gak punya hati kiranya saya.

"Kamu nih ya,mama serius loh ji, kamu emang gak mau nikah,mau hidup sendiri jadi perawan tua,"

"Astaga mama mulutnya,ucapan adalah doa,"balasku tak terima.

"Habisnya kamu nih kalau ditanya nikah, selalu banyak alasan, masih ini masih itu, mau ini mau itu, ada niat nikah gak sih,"

"Ya ada ma, tapi gak sekarang,"kilahku, emang bukan sekarang tapi nanti, tunggu aja itu pasti.

"Mau kapan, mau nunggu mama mati dulu,"

"Astaga mama, bisa ngomong yang baik dikit gak sih,"sentakku sedikit keras, mama sungguh tega sekali berucap frontal, ya tuhan jangan dengarkan ucapan tak berdasar mama saya.

"Habisnya sih kamu orang pada nikah kamu belum,siska aja udah mau nikah bulan depan kamu kapan,"

"Ya dia jodohnya cepet mah, nanti aku juga nikah kok"

"Kapan, emang kamu punya calon pacar aja gak punya,"

"Ma.....,"tegurku aku rasa tersentil,akan kebenaran yang mama ucapkan

"Kamu nya sibuk mulu nay, selalu gak ada waktu,kamu gak inget umur mu,"

"27 naya inget kok,"jawab ku santai, ayolah emang apa salahnya dengan umurku yang masih muda kok,artis aja ada yang berumur 40an belum nikah nikah.

"kamu nih ya, mama serius lo,"mama menepuk lenganku, dengan tatapan kesalnya.

"aku juga serius jawab kok,"santaiku lantas kembali memfokuskan atensi ku ke TV sembari mengelus lenganku pelan.

"kamu ya,nay mama dan papa gak selamanya sama kamu, kalau kamu gak ada planning mau nikah, kamu nanti sama siapa,"ujar mama terdengar serius, ayolah siapa juga yang tak mau nikah, tapi bukankah bisa memilih waktu kapan maunya, aku juga tak bisa hidup sendiri,terlalu ekstrim hidup sendiri, tapi ya kalau diniatin hidup sendiri bisa juga, semua hanya tergantung niat.

"Ma...nanti naya nikah kok pasti,tapi gak sekarang,nata masih sibuk,tabungan naya belum cukup,"

" Eohhh itu terus jawaban kamu,gak seru nay keliling dunia sendiri, mending sama suami, seru,sendiri gak modal banget tau gak, udah ah mama ngantuk,"ujar mama beranjak dariku setelah kata-katanya menusuk kehati.lantas kembali berujar membuat tubuhku bergidik ngiri

"naya kamu gak lesbi kan,"

"APA.....MA!! ,astaga, naya gak gitu,"

"Ya..syukurlah, barangkali iya, habisnya gak pernah bawa cowok kerumah,semenjak Dia,"santai mama berlalu meninggalkanku, terdiam menatap mama sedikit sebal terasa pilu, mengingat kisah lama yang telah berlalu

aku tersentak kaget sesaat handphoneku berdering kencang,tapi seketika tak berniat menjawab, anggap saja sudah lewat waktu mata masih terbuka, ini jam 11 malam, jadi alasan, untuk tidur dengan tenang.

deringan itu berhenti di panggilan ke 5, tapi bunyi pesan masuk setelahnya berturut-turut dengan banyak huruf P pertanda kekesalannya.

besok saya ingin kamu dirumah saya, jam 6

aku mengabaikannya, tak akan ku baca biarkan saja, aku lelah lagian ini sudah malam.dia pasti taukan aku sudah tidur sedang bermimpi indah.

saya tahu kamu belum tidur, saya mau subway sandwich seperti biasa

ini apalagi astaga bisa gak sih, gak buat hari ku tambah berat dasar bos sialan.memangnya aku pembantunya,aku ini hanya sekretarisnya bukan asisten pribadi yang harus membawa makanan paginya, dasar bos sialan tak punya hati, sial sekali, sepertinya aku harus resign dan pindah rumah. biar tenang dari segalah ancaman, pertanyaan,dan perintah.

TBC