"Sayang capek," ujar Resya terdengar seperti rengekan manja membuatku bahagia setengah mati mendengarkannya.
"Mau digendong?" tawarku bersemangat. Tak ku sangka ia mengangguk, perempuan yang dulu selalu memberiku ketusan akhirnya luluh padaku.
"Didukung di belakang ya?" pintanya dengan manis.
Namun aku membalasnya bercanda dengan "Nanti aku encok yang," ucapku. Namun setelah aku pikir – pikir memang aku bisa encok sih, kalau pinggangku encok gimana pas dukung dia? Alamat gak jadi malam pertama dong kami.
"Resiko nikah sama orang tua!" ejeknya lalu tertawa melirikku.
Aku mendelik ke arahnya, berpura – pura marah dengan berkacak pinggang. "Kamu bilang apa?"
Namun, melihat ia menatapku dengan polos lalu menggeleng pelan membuatku tak tega walau hanya berpura – pura marah. Sebagai gantinya, akupun menyentil hidungnya. "Aku dengar loh yang," ucapku.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください