webnovel

I am Selenæ!

Namanya Selena gadis berusia 17 tahun, dia adalah gadis ceroboh yang pintar, orang - orang mengenalnya sebagai 'si pintar yang malang' lantaran kecerobohannya yang membawa kemalangan dan kepintarannya yang memberikan jalan keluar. Lagi - lagi kecerobohannya membawa dirinya kedalam sebuah kemalangan tapi kali ini bahkan kepintarannya sendiri tak mampu memberikan jalan keluar. Satu - satunya jalan ialah dengan menjalani kemalangannya itu dan mengubahnya menjadi sebuah anugerah. Karena kecerobohannya, Selena bertransmigrasi kedalam tubuh seorang putri bangsawan yang lemah dan bodoh, Selene De Halbert. Dia harus menjalani kehidupan Selene yang menyedihkan, mendapatkan siksaan dari orang sekitar, dan diremehkan oleh semua orang. Mampukah Selena bertahan dengan kehidupan barunya? Mampukah Selena mengubah sebuah kemalangan menjadi sebuah anugerah baginya? Dan akankah Selena membalas dengan atas apa yang dia terima selama ini? NANTIKAN KISAHNYA DISINI!

tataa04_ · ファンタジー
レビュー数が足りません
2 Chs

Chapter 01

Namanya Selena gadis berusia 17 tahun, dia adalah gadis ceroboh yang pintar, orang - orang mengenalnya sebagai si pintar yang malang lantaran kecerobohannya yang membawa kemalangan dan kepintarannya yang memberikan jalan keluar.

Selena juga dikenal sebagai gadis yang serba bisa, dia sederhana juga ceria, wajahnya tak bisa dibilang cantik tapi tak bisa dibilang jelek juga, intinya biasa saja.

Tak ada yang menarik dengan kehidupannya, dia tinggal bersama dengan kedua orang tuanya yang sangat menyayangi dan memanjakannya juga bersama dengan adik perempuannya yang berumur 7 tahun.

Berbeda dengan dirinya yang sangat disayangi, adiknya malah mendapatkan perlakuan yang sebaliknya, orang tuanya tak pernah menyukai adiknya dan itu membuatnya sedih, padahal tak ada perbedaan antara mereka berdua kecuali tanda lahir merah yang hampir memenuhi seluruh wajah adiknya.

Jika diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi, maka Selena akan memilih terlahir diposisi adiknya dan adiknya terlahir diposisinya agar adiknya bisa merasakan yang namanya kasih sayang orang tua dan dia benar - benar berharap agar Tuhan mau mendengarkan doanya.

Selena's POV

Tok tok tok

" Kakak, Anna boleh masuk nggak? "

Aku berhenti sejenak dengan kegiatan membaca buku begitu mendengar suara adikku di balik pintu kamarku.

" Masuklah! " seruku sembari menunggu kemunculan Anna.

ceklek

Anna memasuki kamarku dengan ragu - ragu, kedua tangannya yang memegang sisi - sisi gaun tidurnya terlihat sekali kalau dia sedang bimbang.

" Kemarilah! " panggilku lembut sembari menepuk kasur yang sedang kutempati.

Dia menurutinya dan berjalan mendekatiku.

Ah adikku benar - benar imut! Mama sama papa benar - benar bodoh karena menelantarkan anak seimut ini, batinku antara gemas dan sedih.

" Besok sekolahku akan mengadakan pentas seni, dan setiap murid wajib datang bersama orang tuanya tapi,,,, " ujarnya terhenti.

Wajahnya terlihat sedih, aku tau apa yang dipikirkannya karena itupun yang sedang kupikirkan. Sudah pasti orang tuaku tak akan pernah mau hadir sebagai orang tuanya, setiap ada acara yang mengharuskan kehadiran orang tua maka sekretaris papa atau aku sendiri yang akan datang sebagai walinya.

Huhhh, aku menghembuskan napas lelah untuk menenangkan emosiku.

" Kau tak perlu khawatir! Besok kakak yang akan datang! " ujarku sembari mengusap punggung kepalanya lembut.

" Benarkah? Kakak janji? " tanya Anna bersemangat dengan menjulurkan jari kelingkingnya dihadapanku.

Aku hanya tersenyum menanggapinya kemudian mengaitkan jari kelingkingku dengan miliknya.

" Kakak janji "

S K I P

" Ini sudah hampir jam 9 dan pentasnya akan segera dimulai! Kalau saja tadi aku nggak ceroboh mungkin aku sudah sampai dari tadi! " celotehku tanpa henti sembari melihat jam tangan yang melingkar di lengan kiriku.

" Mana pake macet lagi!? "

Aku terus mengoceh sembari dalam hati berdoa agar aku tak terlambat nantinya.

Jalanan di kota Jakarta selalu macet seperti ini, tidakkah pemerintah berinisiatif untuk mencari solusinya? Oh Tuhan! Bantinku menggerutu kemacetan yang belum selesai juga.

Dan akhirnya selang beberapa lama menunggu dengan sisa - sisa kesabaran, aku bisa sampai di gedung pentas seni walau sedikit terlambat.

Dengan cepat aku masuk kedalam gedung tanpa memperhatikan sekitar, dari jauh sudah terdengar musik yang kuyakini adikku sedang tampil dan itu semakin membuatku gelagapan.

Aku berlari dengan kecepatan yang kubisa hingga tak sadar menubruk seorang office boy yang sedang membawa tumpukan kardus.

Brukk

" Auwh!? " rintihku begitu tubuhku dengan mulus mencium kerasnya lantai.

Belum juga habis penderitaanku, beberapa kardus malah jatuh dan menimpaku.

" Arghhh! "

Tuhan, ini benar - benar sakit. Kepalaku serasa akan pecah, sebenarnya apa isi dari kardus - kardus ini hingga kepalaku seperti baru ditimpa bebatuan. Astaga aku benar - benar tak tahan, kepalaku benar - benar sakit.

" Argh!? t-tolong! " Aku berusaha memindahkan kardus dari atas tubuhku, mataku mulai buram tapi aku masih bisa melihat.

Aku mencoba untuk mencari office boy tadi dengan penglihatanku yang mulai buram dan meminta pertolongannya tapi tak ada siapa - siapa disini. Dimana dia, jika dia melarikan diri setelah apa yang menimpaku maka akan kupastikan dia akan dipecat dari pekerjaannya dan tak akan pernah bisa mendapatkan pekerjaan walau hanya sebagai tukang sapu di kota ini.

Tapi itu tak penting, sekarang aku harus mencari pertolongan dulu dan pergi ke ruang pentas seni. Aku berusaha untuk mengangkat tubuhku tapi bagai ada sesuatu yang menahanku tubuhku tak bisa digerakkan sama sekali.

A-apa ini?! kenapa tubuhku tak bisa digerakkan? batinku panik.

Aku berusaha sekali lagi tapi lagi - lagi tubuhku tak mau menurutiku, kepalaku semakin sakit dan mataku semakin buram. Lama - kelamaan rasa sakit ini menjalar hingga keseluruh tubuhku hingga berusaha untuk menggerakan jari saja rasanya tak mampu.

Perlahan rasa sakit itu mulai menghilang bersamaan dengan pandanganku yang mulai gelap.

💞💞💞

Cuit cuit

Cuit cuit

Kicauan burung terdengar begitu merdu ditelingaku, sudah lama sekali aku tidak mendengar kicauan burung di pagi hari, benar - benar menenangkan.

Tunggu dulu!? kicauan burung? Di pagi hari? Sejak kapan ada kicauan burung di tengah kota? Apalagi suaranya terdengar begitu nyaring dan banyak.

Aku membuka mataku dengan cepat dan mengedipnya beberapa kali, pikiranku berkelana dengan kicauan burung itu yang masih terdengar jelas.

Itu artinya ini bukan mimpi!?!

Langsung saja kududukkan tubuhku dengan tiba - tiba yang membuat kepalaku menjadi pusing. Bukan hanya itu, sekujur tubuhku pun terasa sangat sakit seperti telah melakukan pekerjaan yang berat.

" Aduduh! "

Aku memegang kepalaku sejenak, saat kurasa pusingnya telah berkurang, aku mencoba untuk berdiri tapi tubuhku yang sakit membuatku susah untuk berdiri dan akhirnya aku hanya bisa duduk termenung sembari mendengar kicauan burung yang tiada henti - hentinya.

" Itu benar - benar kicauan burung, apa rumahku telah berpindah di tengah hutan? " tanyaku kebingungan.

Belum juga habis kebingunganku tentang kicauan burung, aku kembali dibuat bingung dengan pemandanganku. Aku baru sadar jika ini bukanlah kamarku, tempat ini aneh. Furnitur juga suasananya seperti rumah para bangsawan eropa tapi itu tidak mungkin, atau jangan - jangan penglihatanku yang bermasalah karena tertimpa kardus? Benar, mungkin saja penglihatanku yang bermasalah.

" Sepertinya aku masih butuh istirahat "

Aku langsung membaringkan tubuhku kembali dan berusaha untuk kembali tidur.

Ceklek

" Wah nona kita benar - benar pemalas, bahkan sampai sekarang masih belum bangun juga! "

Aku kembali membuka mataku begitu suara asing dengan bahasa aneh yang terdengar sinis itu masuk kedalam gendang telingaku mengalahkan merdunya kicauan burung. Aku mendudukkan tubuhku kembali dan menatap beberapa orang dengan baju yang aneh berjalan mendekatiku.

" Siapa kalian? " tanyaku bingung tapi detik kemudian aku refleks menutup mulutku.

Barusan itu, bahasa apa yang baru kuucapkan?, tanyaku dalam hati dengan kebingungan.

Dengan masih kebingungan aku menatap mereka yang sepertinya ikut kebingungan juga.

" Siapa kalian? " tanyaku sekali lagi tapi lagi - lagi bukannya bahasa indonesia yang kugunakan seperti sebelumnya malah bahasa aneh itu yang keluar.

" 'Siapa kalian?', pertanyaan macam apa itu?! Saya tau nona bodoh tapi dengan berpura - pura tidak mengenal kami itu tindakan yang memalukan nona!?! " ucap wanita yang berdiri paling depan dengan bahasa aneh, tapi entah kenapa aku mengerti bahasa aneh itu dan bahkan tanpa sadar aku menggunakannya saat berbicara.

" Hah?! Apa yang kalian bicarakan?! Sebenarnya siapa kalian? Dan dimana ini? " tanyaku bertubi - tubi dengan penuh kekesalan, dan lagi - lagi bahasa aneh itu keluar dari mulutku.

Oh Tuhan sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mungkinkah aku diculik dan dijadikan pemeran figuran dalam drama kolosal? Ah itu pikiran yang bodoh! Siapa yang mau menjadikanku bintang film dengan wajah pas - pasan seperti ini? Bahkan walau itu hanya sebagai pemain figuran.

Jadi, keadaan macam apa yang sedang kualami?

" Berhentilah bersikap memalukan seperti itu nona! Kami masih memiliki pekerjaan lainnya! Jangan membuang - buang waktu kami! " bentak wanita itu.

Ok, mungkin aku masih belum menyadari situasi aneh yang kualami tapi, hey! Siapa kalian yang berani membentakku?! Orang tuaku saja tak pernah sekali pun membentakku.

Belum juga aku memprotes, dua wanita lainnya menghampiriku dan menyeretku dengan kasar hingga aku yang tak siap jatuh di lantai dengan kedua tangan yang masih dipegang oleh mereka.

" APA - APAAN INI?! BAGAIMANA MUNGKIN KALIAN MEMPERLAKUKAN SESEORANG SEPERTI SEEKOR HEWAN!?! SEBENARNYA SIAPA KALIAN?!! " teriakku marah - marah lantaran tak tahan dengan perlakuan kasar mereka.

Setelahnya aku bisa melihat wajah terkejut mereka, bahkan kedua wanita yang menyeretku refleks melepaskan kedua tanganku.

Tanpa memedulikan keterkejutan mereka, aku berusaha berdiri dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuhku dan rasa perih di kedua lututku.

" Oh jadi nona sudah bisa membentak hah? Apa setelah ini nona akan memberontak lalu melaporkan semuanya ke Yang Mulia Duke? " tanya wanita itu.

Jujur saja, sebenarnya apapun yang dia katakan dari tadi tak kumengerti sama sekali maksudnya namun suaranya yang terdengar sinis dan mengejek membuatku jengkel.

Aku berusaha untuk menahan emosiku dengan menghiraukannya, aku berniat untuk kembali tidur lantaran tubuhku yang tak memungkinkan untuk bekerja.

" Dan sekarang nona juga sudah berani untuk mengabaikan perkataanku?! " lanjut wanita itu dengan suara yang mulai meninggi.

Aku tetap tak peduli dan membelakanginya berniat untuk naik ke kasur.

Tapi lagi - lagi furnitur kasurnya yang aneh membuatku kebingungan.

Apakah aku masih bermimpi?, batinku menjadi bingung.

Belum juga pertanyaanku terjawab, seseorang menjambak rambutku dengan kuat hingga rasanya kulit kepalaku akan terkupas.

Aku menoleh kesamping untuk melihat siapa pelakunya, wanita itu! Wanita yang ucapannya selalu membuatku jengkel, benar - benar keterlaluan.

" Inilah hukuman bagi nona yang mulai membangkang! " ucapnya tajam, sekejap aku merasa ngeri dengan tatapannya yang tajam.

Setelahnya dia langsung mendorongku kuat hingga aku terjatuh cukup jauh darinya, dan beberapa wanita lainnya hanya menertawakanku.

Arhhh ini benar - benar sakit!, kurasakan lututku mulai berdarah, kedua sikuku rasanya sudah memar, ditambah lagi rasa sakit di sekujur tubuhku membuatku menjadi lemah.

Aku tak tahan, ini benar - benar menyakitkan apalagi ketika kalian diperlakukan kasar oleh orang yang bahkan kau sendiri tak mengenalnya. Rasanya ingin menangis, tapi aku tak boleh menangis disaat keadaanku terlihat lemah seperti ini.

Tunggu saja, tunggu saja saat aku memahami situasi yang terjadi dan pada saat itulah aku akan membalasmu lebih kejam!

...

Hey guys!

Welcome to my sweet home:)

Thank you very much for reading and loving my story, hope you guys enjoying my story and then gimme your a lot of love:)

See Ya!