Happy reading
Cute_Queen
.
.
.
" bagaimana jika aku yang akan memberikan nama kepada kalian? Apa kalian mau? "
👑
" benarkah? Apa anda benar - benar ingin memberikan kami sebuah nama? " tanya gadis loly antusias.
Melihatnya begitu antusias refleks membuatku menganggukkan kepala pertanda setuju. Aku sangat menyukai orang yang ceria dan banyak tersenyum, ahh aku rasa sekarang aku mulai menyukai mereka pikirku tak menyangka.
" iya, apa kalian mau? " tanyaku ulang dengan tak sabaran.
" aku mau! " jawab si gadis loly antusias. Ah dia sungguh menggemaskan, pikirku.
" aku juga! " lanjut cowok cantik. Sungguh mendengar kedua orang itu menyetujui saranku membuatku semakin bersemangat untuk mereka - reka nama apa yang cocok untuk mereka.
" baiklah - baiklah " jawab asal si landak merah.
Kini aku beralih menatap si muka tembok, menunggu jawabannya sembari berpikir nama apa yang cocok untuknya mengingat dialah yang paling susah untuk kuberi nama karena sifatnya yang misterius.
3 menit kemudian...
" sudahlah! Setuju ataupun tidak setuju aku akan tetap memberikanmu nama " putusku kesal, jika aku tidak mengambil keputusan itu bisa - bisa sampai punya cucu pun dia tidak akan menjawabnya. Cucu? Eh eh mentang - mentang jomblo kok cucu dipikirin?
" tapi sebelum itu, aku ingin memberitahukan sesuatu kepada kalian! " kataku menjeda.
" aku akan memberikan nama kepada kalian dengan menggunakan marga keluargaku, agar aku tidak merasa kesepian lagi karena tidak memiliki keluarga. Dengan keberadaan kalian disini dan marga keluarga de Bennefit yang kalian sandang, kalian akan menjadi bagian dari keluargaku " lanjutku lesu saat diriku kini tengah benar - benar merasa kesepian.
Sama halnya dengan mereka berempat, mungkin karena ceritaku yang terlalu menyayat hati mereka kini mereka menundukkan kepala mereka. aishhh mereka benar - benar seperti manusia yang punya rasa simpati.
Dan untuk membuat mereka kembali senang, seperti yang sudah - sudah. Aku kembali menjadi moodboster si pengubah suasana.
" untuk itu, kau gadis loly! " kataku kembali bersemangat.
" aku akan memberimu nama Giovvani Belladona de Bennefit kau adalah Ratu kebahagiaan semua orang, orang - orang bisa tersenyum karena dirimu yang sebagai alasannya. Tapi bagi musuh - musuhmu kau itu cantik tapi mematikan " ucapku sembari berjalan kearahnya.
Entah apa yang telah terjadi, aku merasakan kesejukan pada dadaku. Ya tepat dimana tatoku berada, dan saat kulihat Giov-si gadis loly yang baru beberapa saat kuberi nama tengah membungkuk dan pada saat itulah aku baru sadar bahwa kami terhubung.
Kami terhubung oleh tato, sebuah tato yang ku punya dan tato milik mereka yang terletak tepat didahi mereka. Saat kusentuh pundaknya dengan maksud untuk menyuruhnya berdiri, saat itulah aku menyadari bahwa tatonya kini bersinar memancarkan warna andalannya yakni warna merah muda.
Entah apa itu maksudnya, tapi aku berharap itu merupakan suatu pertanda baik dimana munculnya kekuatan mereka agar mereka tidak menjadi sasaran hinaan Raja mereka.
Aku beralih berjalan kearah cowok cantik yang tengah menatapku penuh harap.
" dan kau! Akan ku beri nama Danielle Celestino de Bennefit kau merupakan bulan kecilnya Tuhan Yang Maha Adil, kau yang akan menyebarkan keadilan Tuhan lewat pancaran sinar bulanmu. Kau itu suci seperti bulan, terkadang kesucianmu itu bisa menjadi tameng untuk melindungi yang seharusnya dilindungi " entah apa yang kupikirkan hingga bisa menerawang nama seindah itu dan bahkan sanggup untuk menjelaskan artinya, tapi aku harap mereka akan senang dengan nama yang kuberikan.
Sama halnya dengan Giov, sekarang aku mulai merasakan kesejukan pada dadaku sesaat setelah aku selesai memberikan nama kepada Danielle-si cowok cantik.
Ia kini tengah membungkuk kepadaku mungkin itu sebagai tanda terima kasih, walaupun risih tapi aku tetap mencoba untuk menerimanya.
Hal yang sama pun kembali terjadi kepada Danielle dimana saat aku menyentuh pundaknya, tato miliknya kini bersinar terang layaknya sinar bulan, sangat putih dan menghangatkan.
Aku tersenyum menatapnya kemudian kembali berjalan kearah landak merah sesaat setelah Danielle mengucapkan terima kasih. Aku merasa seperti memiliki 4 bayi yang harus diberi nama setelah dilahirkan pikirku geli.
" kau landak merah kan? " tanyaku memastikan.
" iya Yang Mulia "
" jangan memanggilku Yang Mulia! " kesalku tak suka saat mereka masih menganggapku Ratu mereka.
" Aku tak sudi menjadi Ratu dari Raja tak berperasaan seperti siapa sih namanya, Zai Zai Zainal eh apa Zailangkung? tau ah siapa suruh nama kok susah banget " tambahku kesal saat nama yang ingin kuhina tak kunjung melintas di otakku.
" Zeldrick " spontan ucap mereka.
" ahhh itu maksudku " ucapku membenarkan kata mereka.
" sudahlah, oh ya kau si landak merah! Kau kuberi nama Ezio Fabero de Bennefit. Kau itu kuat seperti burung elang besi, sesuai dengan warnamu. Kau adalah bentuk dari amarah seorang ibu, kau adalah kekuatan yang sesungguhnya dari amarah ibu, kau adalah kobaran api seorang ibu, dan kau adalah bentuk kasih sayang dari seorang ibu " jelasku lesu saat menyebutkan kata ibu.
Entah apa yang kupikirkan tapi aku merasa bahwa ibu yang dimaksud disini adalah diriku sendiri. Aku bahkan tak mengerti kenapa harus ada kata ibu dalam penjelasan nama yang kuberikan, kata ibu itu secara spontan keluar begitu saja mengikuti kata - kata yang lainnya.
Tapi seketika aku kembali tersenyum saat merasakan kesejukan yang jauh berbeda dari yang sebelumnya.
Aku kembali membuka kedua mataku saat mendengar Ezio-si landak merah yang baru saja kuberi nama memanggilku ibu.
Aku menatapnya bingung, menunggu ucapannya yang akan memperjelas panggilannya itu. Tak hanya aku saja yang bingung, tetapi ketiga saudaranya pun ikut bingung atas panggilannya.
Bagaimana tidak? Jika dilihat dari postur tubuh kami, kami sama - sama seperti anak remaja, tinggi kami yang tak beda jauh dan bisa dipastikan umur kami terpaut berbeda 1 tahun saja bagaimana mungkin aku bisa dipanggil ibu oleh mereka yang nyatanya lebih cocok dijadikan saudara.
" kau adalah ibu kami! Bentuk amarah seorang ibu yang dimaksud adalah kau sendiri, aku merasa seperti terlahir kembali setelah nama yang kau berikan. Aku merasa bahwa kehidupan baruku sudah sempurna dengan sosok ibu yang hangat seperti dirimu yang mau memberikan nama kepada kami " jelasnya yang membuatku tersipu.
Ya, aku tersipu atas penjelasannya. Dia terlalu mulia untuk disebut makhluk immortal. Aku rasa aku akan menangis saat ini juga, sebegitu inginkah mereka terhadap sebuah nama? Sebegitu inginkah mereka memiliki sosok ibu? Aku rasa aku telah membenci Zeldrick yang keji itu.
aku menyentuh pundaknya berusaha menenangkannya saat isakan kecil keluar dari bibirnya. Ahhh rupanya dia begitu rapuh dan mudah tersentuh pikirku langsung memeluknya.
" tenanglah! Jika memang kalian menginginkan sosok ibu yang hangat maka aku bersedia menjadi ibu kalian, aku bersedia menjadi sosok malaikat tak bersayap bagi kalian, aku bersedia menjadi tameng untuk melindungi kalian dari dunia yang penuh ketidakadilan ini " ucapku yakin.
Tak selang beberapa lama, aku merasakan sepasang tangan yang juga memelukku. Ezio, dialah orangnya.
Sesaat setelahnya ketiga saudaranya ikut bergabung dalam aksi peluk - pelukan, ahhh aku merasa seperti seorang ibu sungguhan pikirku senang.
Aku melepas pelukan hangat itu dan kembali menatap si muka datar yang belum juga kuberi nama dengan penuh kehangatan.
" sejujurnya, kau adalah orang yang paling susah untuk kuberi nama karena sifatmu yang susah untuk ditebak. Tetapi setelah mendengar penjelasan Ezio, aku mungkin telah menemukan sebuah nama yang akan mewakili semua sifatmu itu " ucapku terus terang.
" aku akan memberimu nama Alexander de Bennefit kau adalah penolong umat manusia yang dikirimkan Tuhan kepada dunia. Sifatmu sama seperti warnamu hitam, warna yang penuh dengan misteri dan tenang dalam segala hal. Terkadang orang berpikir bahwa warna hitam identik dengan kesan horor tapi menurutku warna hitam itu identik dengan kemisteriusan sama seperti dirimu, dan juga hitam itu kuat karena mampu menghadapi setiap masalah dengan sebuah ketenangan " jelasku dengan harapan bahwa mereka dapat mengerti maksudku terutama Alex, karena apa?
Karena aku tidak mengerti maksud dari kalimat yang kuucapkan, yang baru saja kuucapkan itu sangat jauh berbeda dengan apa yang kupikirkan. Kau tau? Aku sangat membenci warna hitam, karena menurutku hitam itu identik dengan kesan horor berbeda sekali dengan apa yang baru saja kuucapkan kan? Kenapa bisa begitu? Entahlah aku pun tak tau, jika ada yang tau jawabannya tolong beritahu aku!
👑
Dilain sisi, dimana tempat makhluk immortal hidup tengah terjadi sebuah ketegangan akibat perbuatan seseorang yang menimbulkan ketakutan disetiap jiwa makhluk immortal lainnya. Akibat kegilaannya yang ingin menguasai dunia immortal dan yang membuatnya berambisi untuk mengalahkan seorang Raja titisan dewi bulan, Raja yang selalu dinantikan kehadirannya, dan Raja yang mampu menundukkan kepala para Raja disetiap kaum dialah Raja para kaum dunia immortal, Zeldrick.
Bagi kaum dunia immortal amarah Zeldrick adalah bencana bagi dunia mereka dan bagi mereka pula satu - satunya jalan yang dapat menyelamatkan mereka dari bencana tersebut ialah si kelinci milik Zeldrick itu sendiri karena ketika ia marah maka ia akan selalu meminta tempat untuk melampiaskan amarahnya dan demi menyelamatkan makhluk - makhluk immortal dari ancaman maut tersebut, Adrian memutuskan untuk menjadikan para kelinci Zeldrick sebagai tempat pelampiasan amarah ketika Raja tersebut sedang lepas kendali.
" ADRIAN!!!!!!! " teriak Zeldrick didepan semua makhluk immortal yang tengah menyaksikan kekejamannya membunuh salah satu kaum vampir yang menjadi pelaku ketegangan yang terjadi.
" ya Yang Mulia! " jawab Adrian tenang, nampaknya makhluk yang berasal dari kaum vampir tingkat perunggu ini sudah terbiasa dengan hal seperti ini.
" AKU BUTUH TEMPAT PELAMPIASAN!!! " teriak Zeldrick sekali lagi hingga membuat kabut kematian miliknya tersebar luas dengan cepat yang hampir mendominasi ruang eksekusif itu. Sebelum kabut itu menyentuh rakyat immortal, Adrian terlebih dahulu mengeluarkan kabut putih miliknya yang mampu menetralkan kabut hitam milik Zeldrick hingga pada akhirnya kabut kematian itu berakhir menjadi sebuah kabut hasil pembakaran saja.
Belum sempat Adrian beranjak dari tempat tersebut guna untuk mencari para kelinci Raja, ternyata orang yang ingin dicarinya terlebih dahulu datang dengan wajah yang susah untuk diprediksi oleh tangan kanan Raja tersebut.
" ada apa ini? " tanya Ezio bingung.
" kalian para kelinci! sekarang, pergilah menghadap Raja! kalian harus kembali menjadi tempat pelampiasannya " titahnya datar.
Mendengar hal tersebut membuat keempat bersaudara itu meneguk salivanya dengan susah payah, ingatan - ingatan mereka kini kembali berputar tepat dimana mereka menjadi tempat pelampiasan Raja untuk pertama kalinya. Dan kali ini mereka harus kembali syuting untuk melengkapi skenario yang telah disusun oleh dewi bulan yang entah genre apa yang diberikan olehnya.
Mereka berempat mulai melangkahkan kakinya dengan gemetar, melihat wujud sang Raja sekarang langsung mengingatkan mereka kepada wajah hangat Ara selaku ibu mereka.
" AAAGHHHHHHHHHHHH "
pranggg
.
.
.
nah Quen udah tepatin ucapan dan tugas Queen sekarang gilian kalian buat tepatin tugas kalian sebagai readers yang baik biar Queen tambah semangat tulis ceritanya dan juga biar cepat updatenya.
kalau ada part yang kurang mengesankan kalian bisa komen kok buat nambah - nambah pikiran.
ok see you at the next chapter! byeeeeee
don't forget to vote and comment guys