webnovel

Chapter 1

Namaku Areolla de Bennefit, putri sulung dari pasangan romantis sepanjang masa Tuan Antonio de Bennefit dan Nyonya Margaretha Arabando.

Aku anak blasteran Italia-USA dan juga keturunan China, kisah hidupku tidak terlalu menarik seperti kebanyakan orang. Aku hanya gadis berumur 16 tahun yang kehidupannya terbilang cukup sederhana dan seperti kebanyakan orang juga, aku memiliki sahabat yang lebih tua setahun dariku namanya Ariana Johnson.

Si gadis blasteran China-USA itu telah menjadi sahabatku selama setengah masa hidupku. Yup itu artinya kami telah bersahabat semenjak masih balita sampai sekarang, karena rumah kami yang hanya dibatasi dengan sebuah pagar membuat kami sering menghabiskan waktu berdua bahkan tak jarang orang - orang mengira kami itu, yah kalian tau sendirilah.

👑

Hari minggu seperti ini biasanya orang - orang menghabiskan waktu mereka untuk berpiknik, jalan - jalan atau sekedar berkumbul dan bercengkrama bersama keluarga tapi tak menutup kemungkinan jika sebagian besar pula menghabiskan waktu mereka dibawah selimut dengan guling yang menjadi teman sejati.

Dan si gadis blasteran Italia-USA ini salah satu diantara mereka yang lebih senang beraktivitas dibawah selimut, memimpikan sesuatu hingga ke akar - akarnya supaya pada saat bangun nanti ia dapat membuat mimpinya menjadi sebuah realita.

Ceklek

" ASTAGA AREOLLA!! APA YANG KAU LAKUKAN DI HARI LIBUR SEPERTI INI?!? " teriak seseorang yang mampu membuat Ara-gadis blasteran itu terlonjak kaget.

" huhhhh Ana bisakah hari ini kau tidak menggangguku? " keluh Ara yang masih setengah sadar.

" oh ayolah, apa kau tidak bosan menghabiskan hari libur dibalik selimut yang pengap itu? " tanya Ana sembari berjalan ke window seat dan membuka gordennya.

Mata si gadis blasteran Italia-USA yang tadinya tertutup dengan sempurna kembali terbuka akibat sinar matahari yang masuk lewat window seat-nya.

" apa kau- "

" aghhh baiklah - baiklah aku akan segera mandi " Kesal gadis bermata hitam bagaikan mutiara hitam itu sembari berloncat dari tempat tidur hingga ke lantai.

" berhentilah mengoceh! kau seperti wanita yang kurang belaian " titah Ara berbalik menatap sahabatnya genit, setelah itu ia langsung berlari masuk kedalam kamar mandi sebelum mendengar teriakkan maut yang akan memecahkan gendang telinganya.

" HYA AREOLLA DE BENNEFIT! JOMBLO TAK TAU DIRI!?! " teriak Ana kesal menggema di seluruh penjuru kamar.

Sedangkan gadis yang membuatnya kesal itu sedang tertawa terbahak - bahak di dalam kamar mandi.

" AKU SAYANG KAMU ANA " teriak Ara membalas teriakkan kesal sahabatnya.

Sedangkan Ana hanya bisa membuang nafasnya kasar itulah mengapa orang - orang selalu berpikir yang tidak - tidak ucapnya dalam hati meratapi kelakuan sahabatnya itu sambil mulai membersihkan kamar yang tidak layak disebut kamar.

" ck dan bahkan rumah patric pun lebih baik "

" aku mendengarnya Ana " ucap Ara dibalik pintu kamar mandi.

~ SKIP ~

Setelah menghabiskan 15 menit hanya untuk berpakaian dan berdandan, aku langsung turun ke bawah untuk menemui seseorang yang menjadi alasan ku untuk bangun sepagi ini.

Dengan sangat malas aku menuruni tangga dan berjalan ke arahnya yang ternyata sedang menonton siaran TV Sambil meminum segelas susu coklat.

" tidak biasanya Kau tidak menggunakan syal saat kita akan keluar " pernyataan yang dilontarkan oleh Ana menghentikan bokongku yang akan mendarat di atas sofa yang empuk, seketika aku langsung melihat kearah leherku yang ternyata sudah terpampang jelas rahasia yang selama ini ku sembunyikan.

" tatomu itu... " Ucap Ana menggantung menghentikan langkahku untuk mengambil kembali syal yang terlupakan.

" apa tidak ada cara untuk menghilangkannya? " lanjutnya yang membuatku secara refleks memutar badanku agar langsung berhadapan dengannya.

" jika memang ada, maka sudah dari dulu aku menghilangkannya! Dan juga, ini bukan tato tapi tanda lahir! Tanda.lahir  " ucapku mengingatkannya kembali sembari mengheja satu persatu kata pada kalimat 'tanda lahir'.

" dengan ukiran sepasang sayap berwarna silver emas itu apa pantas disebut sebagai tanda lahir? Dengarkan aku Ara! Aku tau kau mendapatkannya sejak kau lahir tapi itu sungguh mustahil " ucapnya mulai serius tapi entah kenapa keseriusannya itu malah membuatku kesal.

" apanya yang mustahil? Jika Tuhan sudah berkehendak maka itulah yang akan terjadi! Mungkin menurutmu ini terasa mustahil tapi menurutku tidak, menurutku tanda lahir ini merupakan sesuatu yang spesial yang tidak dimiliki oleh orang lain dan aku patut bersyukur akan hal itu! " jelasku panjang lebar.

Tak mau jika nanti emosiku yang akan mengambil kendali dan nantinya yang akan terjadi aku akan membentak sahabatku sendiri, aku lebih memilih berjalan menjauhinya.

" kau tahu? Apapun yang diberikan Tuhan pasti memiliki makna yang tersembunyi, pasti memiliki tujuan dan maksud mengapa Tuhan memberikannya kepada kita. Apa kau pernah berpikir kenapa Tuhan memberikan tanda lahir itu kepadamu? Apa kau tau diluar sana banyak orang yang mengeluh tentang keberadaan tanda lahir karena dianggap sebagai noda bagi kulit mereka? dan kau? Kau berbeda dengan mereka! Kau tidak pernah mengeluh tentang keberadaan ciptaan Tuhan yang satu ini apa lagi menyesalinya, malahan kau sangat bersyukur atas keberadaannya " jelasnya lagi yang mampu menghentikkan langkahku.

" aku harap kau mengerti maksudku! Maaf karena telah menghancurkan moodmu pagi ini, aku pulang! "

Setelah mengatakan itu, aku mendengar langkah kaki menjauh dan aku yakin itu langkah kaki milik Ana, dengan posisi yang masih sama aku membiarkannya pulang. Untuk saat ini, mungkin keadaan seperti inilah yang terbaik.

👑

Setelah kejadian beberapa menit yang lalu, Ara memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya.

Dan sekarang disinilah keberadaannya, di depan cermin yang memantulkan segala jenis benda yang dapat di jangkau cermin itu termasuk dirinya.

Ia menatap tanda lahir yang ada pada dadanya dengan tatapan kosong, perkataan Ana tadi telah menjadi topik panas dalam pikirannya untuk diperdebatkan dengan hati.

Jika dipikirkan lebih lanjut, ada benarnya juga perkataan Ana. Mengapa aku tidak pernah memikirkannya? Tanyanya dalam hati.

Sepanjang hari ia habiskan hanya untuk memecahkan masalah ini dengan tumpukan - tumpukan buku yang akan ia gali setiap informasi yang dirasanya penting mulai dari buku - buku religious, mitologi yunani, hingga buku - buku fiksi dan nonfiksi.

Tapi tak ada satupun yang ia temukan hingga siang menjelang malam.

Malam telah menunjukkan pukul 20:46pm tapi gadis itu tetap gigih pada pendiriannya, tinggal sendirian di rumah tanpa orang tua membuatnya lebih bebas dan leluasa. Bebas bukan berarti dia telah menjadi anak broken home, tetapi bebas disini lebih berpacu pada kebebasan dalam memutuskan sesuatu, melakukan sesuatu, dan sebagainya walaupun kedua orang tua Ana tak jarang ikut campur dalam kehidupannya.

" huhhh " terdengar suara helaan nafas yang menandakan bahwa gadis itu sungguh kelelahan, ia menaruh kepalanya diatas tumpukan buku yang sedang ia baca sembari memejamkan kedua Matanya.

Brukk

Brukk

Brukk

Ahh

" ha! " seketika gadis blasteran Italia-USA itu tersentak kaget mendengar sesuatu didepan pintu kamarnya.

" ahh bokongku sakit sekali! " ucap seorang gadis di balik pintu kamarnya semakin membuat tubuh Ara menegang, ia memukul pipinya keras untuk memastikan jika sekarang ia sedang bermimpi.

Tetapi apa? Yang ia dapatkan hanya kesakitan di bagian pipinya dengan bekas memerah akibat pukulannya itu.

" hah! Dimana ini? Dan, d-dimana Yang Mulia Ratu? " tanya seseorang di depan kamar Ara yang masih bisa didengar oleh gadis itu.

Ia menangis, ya hanya itu yang ia lakukan. Menangis sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan rapat - rapat agar tangisannya tidak didengar dari luar.

" Mungkin ini kamarnya " seketika gadis itu langsung menahan nafas karena perkataan tadi.

Ia tak dapat berpikir jernih, yang ia pikirkan hanyalah cara agar ia bisa keluar dari situasi ini.

" tunggu, bagaimana mereka bisa masuk ke dalam rumahku? " tanyanya dalam hati sesekali menyeka air matanya.

" apa aku lupa menutup pintu dan jendela? Ahh tidak tidak! Jika memang mereka masuk lewat jendela dan pintu lantas mengapa tadi ada bunyi seperti orang jatuh? Tidak mungkin kan jika mereka langsung meloncat dari jendela atau pintu sampai ke depan kamarku? Bahkan di sekeliling kamarku hanya ada dinding dan tangga " pikirnya kembali.

Ceklek

" ha! "

" Yang Mulia Ratu!! "

.

.

.

Bagaimana ceritanya menurut kalian? Apa kalian suka alurnya? Atau ada yang ingin memberikan masukan? I'll be waiting for your comment😀

Oh ya jangan lupa untuk vote ya!