"Hanna! bangun. Astaga." Teriak Anya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Hanna.
Sedangkan diluar kelas, Lina mentor mereka sedang menuju kelas. Berjalan perlahan.
Hanna masih tertidur.
*********
Hanna berdiri di atas tebing, sambil memandangi seorang anak kecil. Anak kecil itu berdiri diujung tebing, yang dibawahnya ada lautan luas.
"Kak, jangan lupakan aku." Anak kecil itu tersenyum kearah Hanna. Kemudian anak kecil itu melompat kebawah tebing.
"Tunggu! Kamu siapa?" Hanna berlari mendekati anak kecil itu.
*********
"Tunggu!" Hanna berteriak.
"Anjing meledak." Anya terkejut.
"Hahahaha." Hanna tertawa terbahak-bahak, sedangkan Anya memegangi dadanya.
"Kau tau, hampir copot jantung ku." Kata Anya yang masih memegangi dadanya.
"Haha... Iya, maaf." Jawab Hanna sambil tertawa.
"Pagi anak-anak.
Kelihatannya ada sesuatu yang terjadi, wajah kalian terlihat senang." Sapa Lina.
"gak, gapapa." Jawab Hanna sambil tersenyum.
Kelas di mulai, Hanna dan Anya duduk di bangku masing-masing. Sedangkan Lina --mentor mereka-- menulis mantra dan menggambar simbol sihir.
*Mantra dipapan tulis merupakan mantra khusus elemen air, ada juga mantra lain sesuai dengan elemen masing masing. Mantra yang di ucapkan harus di iringi dengan simbol sihir, dan setiap simbol sihir memiliki ukuran dan bentuk masing-masing. Semakin kecil ukuran simbol sihir itu, semakin kuat pula sihir yang dihasilkan. sedangkan bentuk-bentuk simbol sihir tergantung oleh para pengguna, di dunia ini tidak banyak orang yang memiliki simbol sihir yang sama. Bentuk simbol juga berpengaruh terhadap kekuatan sihir yang di hasilkan.* Jelas Lina
Setelah menjelaskan tentang sihir, Lina memberikan mereka sebuah tongkat. "kalian bisa menggambar simbol sihir menggunakan tongkat itu. Oh iya, hati-hati dengan simbol sihir ya. nanti bisa meledak." Lina meninggalkan Mereka --Hanna dan Anya--.
Mereka disuruh untuk mempelajari mantra yang dipapan tulis dan juga harus membuat simbol sihir mereka masing-masing. Hanna menggambar contoh simbol yang ada di papan tulis, sedangkan Anya membayangkan simbol yang dia inginkan sambil membaca mantra sihir.
Bel pulang berbunyi, para murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing melewati kelas Hanna dan Anya. Hanna masih menggambar simbol sihir di bukunya, sedang Anya juga masih melamun membayangkan simbol sihir.
Bel pulang terdengar mereka --Hanna dan Anya-- pergi meninggalkan kelas, tak lupa Hanna menutup pintu kelas.
Setiba di kamar asrama, mereka --Hanna dan Anya-- pergi membersihkan diri di kamar mandi.
____________________
Disebuah ruangan yang gelap.
"Bagaimana perkembangan anak-anak itu, Lina?" Tanya seseorang dari balik bayangan.
"Mereka berkembang baik beberapa hari ini ayah." Jawab Lina dengan nada hormat.
"Bagus, buat mereka jadi lebih kuat." Katanya.
"Baik, ayah." Jawab Lina.
"Baiklah, kamu boleh pergi."
"Baik, ayah." Jawab Lina kembali, kemudian meninggalkan ruangan itu.
____________________
"Bagaimana dengan simbol sihir mu?" Tanya Anya.
"Tak begitu memuaskan." Jawab Hanna.
Mereka mengeluarkan tongkat yang di berikan oleh Lina.
"Kau tau!" Seru Hanna.
"Apa?" Tanya Anya.
"Kita akan mencoba simbol sihir kita malam ini." Jawab Hanna dengan semangat.
Anya sedikit bingung dengan wajah yang khawatir, dia sedikit ketakutan. Karena kata Lina --mentor mereka-- "Jangan bermain-main dengan simbol sihir, nanti jika simbolnya gagal atau tidak berhasil. Kalian akan meledak."
"Tapi... Kata kak Lina." Kata Anya dengan nada yang sedikit khawatir.
"gapapa, gak akan gagal. Lagian cuman sekali." Jawab Hanna
Anya mengangguk mengiyakan. Hanna bersiap untuk menggambar simbol sihir menggunakan tongkatnya, sedangkan Anya duduk di atas kasur memandangi Hanna.
Hanna mulai menggambar simbol sihir, dengan mengayunkan tongkatnya. Hanna perlahan menggambar simbol sihir.
Anya yang melihat Hanna menari dan mengayunkan tongkat, membuat dia --Anya-- terkagum-kagum dengan Hanna.
Hanna selesai menggambar simbol sihir, simbol sihir dengan gambar Semanggi berdaun 4. Dengan beberapa tambahan simbol air di setiap daun Semanggi berdaun 4 itu.
"Wow, kamu hebat sekali Hanna." kata Anya dengan kagum.
"Makasih ya. Terus, bagaimana dengan simbol sihir mu?" Jawab Hanna, kemudian dia bertanya ke Anya.
"Simbol ku masih belum sempurna, takutnya nanti meledak." Jawab Anya.
"Ya udah, lain waktu aja. Sudah malam juga, ayo kita tidur." Kata Hanna sambil berjalan menuju kasurnya.
__________________
Tengah malam, dimana Hanna dan Anya sedang tidur. Didepan kamar asrama mereka --Hanna dan Anya--, sosok laki-laki berdiri didepan pintu. Laki-laki itu tidak melakukan apa-apa.