webnovel

Hujan Kepada Awan

Wajah_Malam · 若者
レビュー数が足りません
1 Chs

Suasana Baru

__Pertemuan pertama akan membawa seseorang kepada pertemuan-pertemuan berikutnya. Entah takdir akan berbicara seperti apa terhadap setiap pertemuan itu. Namun satu hal yang aku benci dari setiap pertemuan yaitu perpisahan dan kembali merindukan.__

 

Masih terlalu pagi untuk mencemari pikiran-pikiran dengan beban dan pertanyaan-pertanyaan tentang akan bagaimana masa depan. Sebab masa depan adalah hal yang paling rahasia dan hanya Tuhan yang mengetahuinya. Seperti sekarang saat waktu terasa begitu cepat dan aku masih saja merasa semuanya terlalu tiba-tiba. Tiba-tiba sekarang aku sudah menjadi siswa baru di salah satu SMA di kota sejuk ini. Atau tiba-tiba saja aku akan kembali beradaptasi dengan lingkungan baru dan teman-teman baru. Meskipun beberapa dari mereka sudah selewat kukenal namanya.

Tiba-tiba aku merasa asing dengan semuanya. Padahal semua terasa dekat dan begitu akrab dengan hangat sapaannya masing-masing. Lagi-lagi aku hanya fokus dengan apa yang aku rasakan. Tanpa merasakan proses yang sebenar-benarnya. Bahwa semua itu tidak pernah datang secara tiba-tiba. Duduk di sudut depan sebelah kiri dekat dengan jendela yang pagi menjelang siang itu mempersilahkan angin masuk menerbangkan beberapa helai rambutku.

Aku masih begitu tenang membaca coretan-coretan pendekku yang setiap hari kutulis dalam buku diary. Sampai temanku yang bernama Agnes memanggilku.

"Rin, ada yang nyariin kamu tuh di depan." ucapnya.

"Siapa Nes?"

"Enggak tahu, tapi laki-laki dan kayaknya pangeran dari langit deh. Soalnya dia cakep bener." jawab Agnes sembarang.

"Ah dasar, halunya dikurang-kurangin deh, Nes!"

"Ya gimana, udah bawaan dari lahir aku gini, Rin." katanya lagi sambil cengengesan.

"Temenin ke depan dong." ajakku kepada Agnes.

"Yuk deh, sekalian cuci mata hehehe."

 

Aku hanya menggeleng pelan dan tersenyum melihat tingkah temanku yang satu ini. Kami memang sudah dekat dari SMP, jadi tidak pernah merasa sungkan lagi antara satu sama lain. Sampai di luar depan pintu kelas aku bisa melihat satu orang laki-laki yang aku perkirakan kakak tingkatku ini tersenyum padaku sambil mengulurkan tangannya kepadaku dengan maksud berkenalan.

"Hai, Rinai ya? salam kenal ya."

Aku masih diam dan tidak menyambut baik uluran tangannya itu. Sampai ia merasa malu sendiri dan memasukkan tangannya itu ke dalam saku celana. Lagi ia mencoba mengajakku berbicara dengan memperkenalkan namanya.

"Aku Awan, anak XI IPA 1. Ingat namaku ya! sepertinya kita ditakdirkan bersama seperti hujan dan awan."

"Awan? siapanya langit?" tanyaku yang justru membuatnya sedikit tertawa.

"Kamu unik juga ya ternyata. Aku anaknya langit. Percaya enggak?"

"Jangan ngarang deh Kak! Enggak lucu kali." ucap Agnes sedikit sewot

"Hahaha, bercanda kok. Lagian  pertanyaan temenmu ini lucu."

 

Triiiingggg .... triiingg

 Sampai bel masuk berbunyi. Laki-laki yang baru saja kutemui dan mengatakan kalau ia kakak tingkatku yang bernama Awan itu dengan percaya dirinya mengatakan kalau aku dan dia ditakdirkan bersama. Ia pergi menjauh dari kelasku sambil melambaikan tangannya. Aku tidak berminat membalas lambaian tangan ataupun senyumannya. Dari dulu aku memang sedikit menjaga jarak dengan laki-laki yang baru saja kukenal. Aku tidak ingin begitu mudah percaya terhadap orang yang baru saja kutemui terutama laki-laki.

"Gila ya kakak itu. Pede banget lagi baru ketemu udah ngomong kamu sama dia ditakdirkan bersama. Emangnya dia Tuhan apa? nggak habis pikir aku, Rin." ucap Agnes yang masih mendumel mengomentari kakak tingkat yang baru saja kami temui tadi.

"Udahlah, mending kita selesaikan tugas matematika yang disuruh Pak Romi." jawabku mengalihkan pembicaraan. Namun dalam hati terdalam aku sedikit penasaran dengan kakak tingkat yang baru saja kami temui tadi.

"Hmm Awan ya, unik juga namanya." batinku.