webnovel

How to be normal in this kind of world?

Tidak terlahir jenius adalah satu hal, terlahir di keluarga yang berorientasi pada ekonomi kelas atas adalah hal lain. Su Yan tidak pernah menjadi kebanggaan atau kesayangan keluarganya, ia tak mengeluh. Mereka berkata, ia lakukan. Tapi Su Yan juga memiliki batasannya, dirinya masihlah seorang anak. Berpikir untuk menahan sedikit lagi sebelum melepaskan diri dari keluarganya, ia tak berharap bertemu seseorang di dalam mimpinya! Bertukar? Tunggu, dia tak berkesempatan untuk bicara! ----- Melihat sekeliling, Su Yan yang gelisah menemukan tempat sepi untuk menemangkan diri. Kecuali dari orang yang seperti penguntit ini. "Kau kah anak tanpa berkah itu?" Baik, ia sudah mendengarnya berulang dari saat ia bertukar dengan pemilik tubuh, dan terbiasa dengan itu. Tapi sepertinya berbeda jika orang ini mengatakannya.

Chalz · ファンタジー
レビュー数が足りません
2 Chs

BAB 1

Satu hari lagi telah terlewati oleh semua orang. Matahari mundur dari tempatnya beberapa jam lalu, membiarkan bulan mengambil panggung dan berjaga. Sebagian manusia yang telah lelah sepanjang pagi kembali untuk beristirahat, sebagian lainnya meramaikan beberapa tempat di malam hari.

Zhang Su Yan, seorang mahasiswi semester 5 yang baru menyelesaikan kerja part time nya termasuk kedalam sebagian orang pertama. Dengan pandangan lembut dan wajah penuh senyum, ia terlihat cerah ketika menyapa beberapa kenalan yang ia lewati saat menuju apartemennya.

Setelah memasuki Lift yang kosong dan tertutup, tak ada lagi ekspresi di wajahnya. Pandangannya kosong dan lurus pada bayangannya yang berada di dinding lift. Berdiri tegak tanpa emosi, bahkan boneka pun ada yang tersenyum, tapi tidak dengan Su Yan yang hanya bersama dirinya sendiri.

Ketika Lift berhenti dan pintu kembali terbuka, ia mengembalikan ekspresinya dan menelusuri lorong dengan ringan. Ketika ia berhenti, di depannya sudah pintu dengan ukiran nomor 708.

_Bip bip bip_

_Klak_

"Aku pulang. " bisiknya pada kegelapan di balik pintu.

Terbiasa dengan kesunyiannya, ia menutup pintu dan melepas sepatu. Lampu ruangan itu menyala dengan otomatis begitu kakinya melewati sensor yang di pasang.

Tidak berniat untuk mengitari apartemen, ia membawa langkah kakinya langsung menuju kamar. Dengan pintu tertutup dan tanpa menyalakan lampu, ia melepas tas dan jaketnya yang kemudian di gantung dengan rapih.

Su Yan berjalan melewati kasur dan lemari pakaian serta segala hal di kamar tanpa halangan, ia memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang kelelahan.

Tak butuh waktu lama hingga ia keluar dengan piyama dan rambut panjang yang basah.

Sorot matanya yang kosong terdapat sedikit celah kelelahan, namun ia tidak langsung meletakkan dirinya di kasur. Ia membawa dirinya ke kursi dan menyiapkan pengering rambut, sebelum mulai menggunakannya.

_Triing!_

Ditengah gerakan tangannya, sebuah dering terdengar. Ia sadar bahwa ada pesan masuk di ponselnya, namun acuh seolah tak ada yang terjadi dan lanjut menyelesaikan aktifitasnya.

Baru setelah selesai, ia mengulurkan tangannya untuk meraih ponselnya. Ketika ponsel dinyalakan menjadi satu-satunya sumber cahaya di ruangan itu, mata Su Yan menyipit dan jemarinya berhenti sejenak sebelum membuka pesan

From : (babi) 2

Su Yan melirik gambar hewan berwana merah muda itu sebelum membuka pesan.

(Yan'er, kakak Yue mengalami kecelakaan saat minum-minum. Kakak Han juga memiliki masalah disini karena dirinya, sebelumnya mengatakan padaku bahwa besok memiliki presentasi. Yang lain berkata mereka di kelompokmu, sepertinya mereka akan absen besok.)

Membaca dan membiarkannya beberapa saat tanpa melakukan seauatu, wajahnya menjelek semakin lama ia melihat isi pesan. Memutuskan untuk tidak membalas, ponsel segera di matikan dan di lempar secara acak.

Menenggelamkan wajahnya di lengan, jangan katakan tidak ada orang di sekitarnya, Su Yan bahkan tidak ingin kegelapan menyadari ekspresi yang menempel pada wajahnya untuk sementara waktu. Di ruang yang gelap dan sepi, hanya ada seorang remaja dengan punggung yang bengkok di atas kursi lembut dan wajah yang di sembunyikan. Membuat gambar kerapuhan dan keterasingan.

Setelah menghabiskan beberapa menit untuk mematung di posisinya, setelah ia mengangkat wajah, tatapan acuh kembali di perlihatkan kepada ruangan yang gelap.

Mengingat waktu yang di tunjukkan oleh ponselnya beberapa waktu lalu, helaan nafas terdengar lolos dari cela bibirnya.

"Hari yang sibuk."

Beranjak dari tempatnya dan bergerak ke arah kasur, ia memutuskan. Waktunya istirahat.