webnovel

Chap 4

Suasana sekolah yang sangat gelap dan hujan uang sangat deras membuat suasana menjadi sangat seram. Sekolah Alex terletak agak jauh dari kota namun bukan berarti sekolah Alex adalah sekolah kampungan. Justru malah sebaliknya, sekolah Alex terbilang sangatlah elite. Bangunan berlantai tiga yang sangat luas memiliki stadium bola dan kolam renang sendiri, Sekolah ini berada jauh dari hiruk pikuknya keramaian kota, mereka bertujuan agar para muridnya tidak terganggu dan fokus belajar.

Biasanya para murid berangkat menggunakan kendaraan pribadi mereka ataupun bis khusus yang di siapkan oleh sekolah.

Sekolah Mega Las Mendung atau biasa disebut dengan MLM bukanlah sekolahan tingkat SMA saja namun ada TK, SD dan SMP. Biasanya siswa yang bersekolah disini berasal dari keluarga yang kaya raya atau warga negara asing yang tinggal di Indonesia.

Di sebelah kirinya terdapat jalan setapak yang mengarahkan ke sebuah taman yang sangat indah, dengan semak dan tanaman kebun yang terawat dengan baik. Di sebelah kebun itu juga ada sebuah gedung TK dan taman bermain, Alex ingat sekali pernah menghabiskan waktunya bersama Gebi di taman bermain itu.

Dulu Alex dan Gebi seringkali setiap kali pulang sekolah menghabiskan waktunya untuk bermain perosotan dan ayunan. Alex pernah mendorong ayunan yang di tumpangi Gebi hingga membuatnya jatuh tersungkur, saat itu juga Gebi menangis dan sangat marah kepada Alex. Selama 3 hari Gebi tidak mau berbicara pada Alex sampai Alex meminta maaf dan memberikannya sebuah gelang persahabatan. Gelang itu hingga sekarang masih dia pakai.

Kalau dilihat sekarang dalam kondisi yang gelap dan hujan yang lebat, tempat tersebut sangat menyeramkan bagaikan bangunan yang tidak terpakai, apalagi melihat ayunan yang bergerak tertiup angin seakan - akan seseorang sedang memakai ayunan itu.

Alex mengeluarkan ponselnya, namun tidak ada signal. Dia mengumpat keras.

Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, dan kemana dia harus mencari Gebi.

Alex sangat takut sekarang, dia tidak berani untuk masuk lebih dalam. Bayangkan saja kalian tiba - tiba di kabari oleh pacar kalian untuk menjemputnya disekolah di tengah malam dan hujan deras, ketika sudah sampai suasana sekolah sangatlah gelap seperti tak ada kehidupan dan saat ingin mengabari, ponsel mu tida dapat dihubungi atau tidak ada sinyal. Bagaimana tidak Alex takut?

Kalaupun semua ini hanyalah candaan Gebi, candaan ini sangatlah tidak lucu dan untung saja Gebi bukanlah tipe orang yang seperti itu. Alex sangat yakin saat melihat kendaraan yang masih terparkir, mereka semua pasti masih disini di suatu tempat. Tapi tebakan Alex, mereka semua berkumpul di area gedung SMA di ujung lain sekolah.

Alex pun memberanikan dirinya untuk masuk kedalam sekolah, namun baru sesaat Alex memberanikan diri, dia mendengar suara langkah kaki di tanah yang becek. Dengan Spontan, reflek Alex mengarahkan senternya ke segala arah, mencari sumber suara , tapi tidak melihat apa pun.

"Siapa itu?" teriak Alex.

Namun tidak ada jawaban, hanya ada suara rintikan hujan.

Alex terdiam di tempatnya sambil menelan ludah. Dia tidak mungkin salah, dia tadi jelas - jelas mendengar suara langkah barusan, bukan hanya perasaan saja.

Kalau memang itu orang, kenapa dia berlari - lari dan bersembunyi di tengah malam dan derasnya hujan apalagi ini disekolah. Sebenarnya apa yang mereka lakukan disini.

Sebuah kilat mendadak menyilaukan dan menerangi penglihatan sekitar Alex.

Alex hanya melihat sekilas dalam penerangan mendadak tak terduga tersebut. Dari kejauhan dia melihat seseorang berlari menaiki tangga taman, suara langkah kakinya nyaris tidak terdengar karena suara gemuruh hujan yang cukup deras.

"Woii! Tunggu!" teriak Alex.

Dia pasti mengira kalau itu mungkin salah satu teman atau murid yang bersama dengan Gebi.

Alex mengejar orang tersebut barangkali dia tahu dimana Gebi berada. Dia terus mengikuti kemana orang itu berlari. Cahaya senter di tangannya berayun - ayun mengikuti gerakan langkah kakinya. Ujung jas hujannya mengepak - epak akibat berlari, menimbulkan suara gesekan.

Setelah berlari cukup jauh Alex berhenti di sebuah pagar besar area Taman kanak - kanak. Dihadapannya sekarang berdiri sebuah gerbang besar tinggi menjulang dengan dililit sebuah kawat di setiap sisinya.

Awalnya Alex tidak tahu mengapa taman kanak Kanakan ini dipasangi pagar, namun saat melihatnya baik - baik dia menjadi paham kalau gerbang ini adalah satu - satunya akses keluar masuk area TK ini.

Pagar ini berfungsi agar murid - murid tidak kabur selama jam pelajaran dan juga melindungi mereka dari siswa SMP dan SMA yang badung.

Alex yakin sekali kalau orang yang barusan dia lihat berlari kesini, pintu gerbangnya saja terbuka sedikit yang menandakan ada seseorang yang baru saja masuk. Alex sedikit heran dengan sekolahnya, dia baru tahu ternyata selama ini sekolahnya tidak pernah mengunci gerbang. 'Apa mereka sangat yakin kalau tidak ada orang yang akan mencuri' pikir Alex.

Segera Alex memasuki area TK, dia mendorong pintu gerbang hingga menimbulkan suara decitan seperti di film - film horror yang biasa dia tonton. Padahal hanya suara pintu gerbang, tapi membuat bulu kuduk Alex merinding.

Pandangan Alex langsung tertuju pada taman bermain yang berada di sisi kanannya. Semuanya masih ada dan terlihat persis seperti zaman dia masih di tingkat TK walaupun semuanya sekarang sudah dalam keadaan yang rusak dan banyak karat di setiap besi akibat terkena hujan dan sinar matahari. Beberapa ban karet yang ditanamkan dan dijejerkan di tanah yang membentuk sebuah terowongan kecil telah sobek dan tercabut dari tanah. Sepertinya taman bermain ini sudah tidak pernah terpakai, pihak sekolah pun males untuk memperbaiki. Memang anak zaman sekarang lebih suka bermain dengan ponsel ketimbang dengan permainan zaman dulu.

Sambil menggelengkan kepalanya, Alex kembali fokus kepada tujuan awalnya, dia mulai mencari kembali seseorang laki laki ataupun perempuan yang berlari menuju lantai dua. Walaupun hanya sebuah TK namun bangunan ini sangat besar.

Dia mengarahkan kembali senternya ke arah lantai koridor dan pandangannya tertuju pada sebuah noda kecoklatan di atas lantai keramik.

Noda kecoklatan yang Alex lihat itu ternyata adalah jejak sepatu yang sepertinya milik orang itu.

Alex berjongkok untuk memeriksa kembali noda itu, Dia memperhatikan sekitarnya hanya sekadar untuk menenangkan dirinya dari kesunyian malam.

Setelah mengeceknya, jejek sepatu itu ternyata masih basah. Persis seperti dugaan awal Alex, jejak sepatu itu sepertinya milik orang barusan.

Alex kemudian mengarahkan kembali senternya mengikuti kemana jejak sepatu itu pergi. Namun dia terkejut dengan apa yang dia lihat.

Jejak sepatu itu semakin lama semakin banyak, mungkin ada Lima atau tujuh orang cuman Alex tidak yakin, jejak sepatu ini tumpang tindih sehingga sulit untuk dibedakan satu sama lain.

Alex yang melihat jejak - jejak ini membuat dirinya semakin yakin kalau Gebi dan teman - temannya yang lain berada disini.

Sekarang Alex semakin kesal dengan mereka, sebenarnya apa yang mereka lakukan di tengah malam begini, apalagi mereka notabene adalah anggota OSIS yang merupakan organisasi kesiswaan, seharusnya mereka memberikan contoh yang baik kepada siswa namun sekarang mereka malah bermain tengah malam di sekolah dan mengotori properti sekolah. Sangat tidak patut untuk dicontoh.