webnovel

Rasa Penasaran

"Kenapa Tiara nurut ya ke gw. Anehhh, dia juga tadi kaya merasa bersalah." pikir Boy dalam hati

"Udah lah mending gw tidur aja. Besok gw tanya Billy aja."

Keesokan harinya Boy melihat ada makanan yang sudah tersedia di meja dan ia melihat Tiara sedang merapikan dapur. Ini pertama kalinya ia merasa canggung dengan seseorang wanita, Tiara pun melihat Boy yang sedang berdiri melihatnya.

"Pagi.... Ini gw udah masakin, sarapan yukkk." ucap Tiara sambil duduk

"Ini lo yang masak?"

"Iya dong, gw itu jago masak lhoo. Cobain dehhh. Gimana? Enakkan?"

"Hmmmmm lumayan, masih bisa dimakan."

"Dasar sok cool banget sih nih anak." bisik Ara pelan

"Kenapa? Lo ngomong apa?"

"Eh gk ada kok. Ya udah habisin ya, gw mau mandi dulu." pergi meninggalkan Boy

"Enak juga masakan dia. Gw belum pernah rasain masakan seenak ini." ucap Boy sambil melahap makanannya.

Setelah Boy keluar dari kamarnya dan ingin pergi ke kantor, Boy melihat Tiara sedang menonton sambil berbaring di sofa dan tertawa terbahak. Boy bingung dengannya yang hanya menonton TV saja bisa tertawa sampe segitunya, padahal dirinya sendiri belum pernah merasakan tertawa dan bisa menjadi orang yang bahagia.

"Tiara gw mau ke kantor dulu ya. Lo jaga rumah ya, kan lo lagi libur kan."

"Oke kayany gw gk bakal keluar sih. Hmmm emang nih rumah harus dijagain ya? Bukanya lo tinggal sendiri? selama ini yang jagain siapa?" tanya Tiara dengan rasa penasaran

"Dulu ada, tapi udah gw pecat. Kan dah ada Lo." sambil jalan ke luar pintu

"ihhhh apaasin , emang gw satpam?" ucap Tiara dengan kesal

Sesampainya di kantor Boy langsung menemui Billy di ruangannya karna ingin menanyakan hal mengenai sikap Tiara yang terjadi kepadanya semalam.

"Bil..." panggil Boy menghampiri meja Billy

"Waduhhhh, ada apa nihh. Tumben pak Bos langsung datang ke ruangan gw, ada hal penting apa ni."

"Gw mau cerita mengenai Tiara."

"Ohhhh masalah rumah tangga baru yahhh."

"Semalam itu Tiara nurut ke gw dan dia gak melawan sama sekali. Kan lo tau kalo sifat dia itu pelawan kan? makanya dia nolak gw kemarin di taman. Trus ternyata dia jago masak, dia tadi buatin sarapan."

"Helllo... Boyyyyyy. Pertama Tiara itu bukan pelawan dia hanya terkejut karena di ajak nikah tiba tiba. Dari yang gw udah selidiki, Tiara itu orangnya baik kok trus yang ke dua kalo masalah masak, dia itu kan tinggal sendiri jadi dia jago masak dan itu bakal menguntungkan dong buat lo biar irit gak mesan makanan mulu."

"Hmmm ....."

"knp, lo mikir apaan? Ininih karna pertama kalinya dekat sama cewe jadi gak tau apa apakan?"

"Kalo hubungan Ogi dan Tiara lu udah selidiki belum?"

"Udah dongggg. Mereka itu teman masa kecil dan sahabatan samapai sekarang."

"Udah? Itu doang?"

"Iya. Tapi gw rasa nih Boy tuh si Ogi suka deh sama Tiara."

"Yang penting mereka gakk pacaran. Gw gak mau ngerusak hubungan orang lain." Boy keluar dari ruangan Billy.

Di rumah Tiara merasa sangat bosan, dan ia pun berjalan jalan di sekitar rumah Boy dan melihat ruangan tempat kerja Boy yang dipenuhi banyak buku buku yang tersusun rapi. Ia pun berjalan ke keluar rumah dan melihat banyak rumah rumah bagus di sekitaran itu. Tiba tiba ia melihat seseorang yang mirip banget dengan Ogi. Lalu ia pun mengikutinya dan melihat bahwa itu memang benar Ogi dan melihat Ogi memasuki Rumah yang sangat besar dan mewah juga.

"Ogiiiii...." Teriak Ara dari pagar Rumah itu tapi Ogi tidak mendengarnya

"Selamat siang Bu. Ada yang bisa saya bantu." Ucap satpam rumah Ogi

"Saya lihat teman saya masuk ke rumah ini pak. Namanya Ogi."

"Ohhhh tuan Ogi. Ada keperluan apa Bu dengan tuan Ogi."

"Tuan? Ogi itu tinggal disini pak?" tanya Ara dengan penasaran

"Iya Bu, ini rumah keluarga tuan Ogi."

"Oooo saya kayanya salah orang deh Pak. Makasih ya Pak, saya balik dulu."

Selama ini Ogi berpurapura menjadi orang yang miskin tetapi sebenarnya dia orang yang kaya sama seperti Boy. Ara merasa sangat sedih karena dia dibohongi Ogi selama ini. Dia bingung mau gimana, dia tidak punya hak untuk mengurus atau mengatur hidup Ogi.

"Drrrtttttt...." getaran hp Desi

"Halo Gas"

"Halo sayang, kamu lagi ngapain. Kita jalan yuk?"

"Yeayyyy lagi gak ngapain juga sih ini. dari tadi aku bosan banget gak ada kegiatan."

"Ya udah. Aku jemput ya."

"Oke sayang."

Bagas pun tiba di rumah Desi, Satpam Desi mengantarnya ke dalam rumah untuk menunngu Desi. Papany Desi pun melihat Bagas sedang duduk di kursi dan menghampirinya.

"Ehhh ada Bagas, nungguin Desi ya?"

"Iya Om, saya izin bawa Desi ya Om jalan jalan."

"Iya Boleh dong tapi hati hati ya."

"Sippp Om, pasti dong."

"Gimana pekerjaan kamu? bukannya berat ya kerja disana. Gimana klao kamu kerja di perusahaan saya saja."

"Saya nyaman nyaman aja kok Om. Gak usah Om saya tetap mau kerja disan aja Om. Saya mau nabung uang dari tenaga sendiri dan nanti saya bisa punya perusahaan besar kaya perusahaan punya Om."

"Semangat ya buat kamu. Om hanya bisa menawarkan itu tapi kamu malah nolak. Tapi Om ngerti kok maksud kamu gimana."

Terdengar suara mobil datang di depan rumah. Itu adalah mama Desi. Hanya mama Desilah yang tidak menyetujui Bagas berhubungan dengan Desi karena dia ingin putrinya memiliki pasanga yang tepat atau pilihannya sendiri.

"Pa... hp mama ketinggalan dikamar, makanya mama balikkk. Eh kamu? ngapain kamu ke sini?"

"Halo tante, saya mau ajak Desi jjalan ke luar."

"Nik mobil butut kamu itu? Gak boleh, saya mau ajak Desi keluar ada urusan yang akan lama. Jadi kamu pulang aja sekarang."

"Maaa.. kok gitu sih ngomongnya. Yaudah Bagas kamu sekarang pulang aja, lain kali aja ya dari pada suasanany makin ribut."

"kalo gitu asaya pula ng dulu ya Om, tante, permisiii."

Setelah Bagas pulang Desi pun turun dan melihat orang tuanya sedang duduk didepan dan melihat mamanya sedang marah marah ke papanya.

"Pa, Ma kenapa?"

"Tanya aja sama papa kamu. Mama mau pergii kerja dulu."

"Kenapa Pa? Bagas belum datang ya pa?"

"Bagas tadi datang dan diusir sama mama kamu."

"Kenapa sih mama selalu aja begitu ke Bagas? aneh dehhh. Udah ah desi kesal, desi mau kekamar dulu." marah dan langsung naik pergi kekamar.

"Aduhhh kok malah gue sih yang kena marah." Ucap papa desi kebingungan "