webnovel

Cemburu

Di basecamp.

Aslan hanya melamun, bahkan disaat semua temannya saling berbicara dan menyantap makanan yang tersedia, lelaki itu tak menghiraukan sama sekali.

"Si bos kenapa?"

"Biasa, galau," jawab Edo.

"Gue punya tugas buat kalian," ucap Aslan yang tak sengaja mendengar bisikan teman-temannya.

"Apa, Lan?"

"Gue minta besok pas pulang sekolah, kalian bawa Meysa ke gudang belakang," jawabnya.

"Gila, Lo? Cinta ditolak jangan kriminal juga kali, Lan," sahut Tama.

"Lo yang gila, mikir udah ke mana-mana! Pokoknya gue mau besok kalian lakuin tugas itu, atau kalian tanggung sendiri akibatnya!"

Cowok itu beranjak bangun, hendak meninggalkan teman-temannya.

"Heh, Lan, mau ke mana?"

"Pulang!"

Malam ini, Meysa disibukkan dengan rencana ulang tahun adeknya, beberapa hari lagi. Dia membutuhkan bantuan Bima, untuk mendapatkan ide-ide unik, karena cowok itu selalu punya ide fresh untuknya.

"Bim, Lo bisa ke rumah gue sekarang gak?"

"Ada makanannya gak, nih?"

"Ada, gampang, ambil semau Lo di kulkas nanti," jawabnya.

"Oke, gue ke sana sekarang."

Hanya melangkah saja, dia sudah sampai ke rumah Meysa. Tak perlu jauh-jauh menaiki motor. Pintu rumah Meysa, sama sekali tidak tertutup. Terbuka lebar, padahal jika dilihat dari depan tidak ada orang sama sekali.

"Mey! Gue udah di depan nih," teriaknya.

"Masuk aja, tunggu di ruang tamu," jawab cewek itu entah ada di mana keberadaannya kini.

"Televisi enak tuh, dibawa pulang, ini kalau ada maling pasti kesenangan masuk sini," ujarnya.

"Bicara sama siapa Lo, jangan bilang sekarang Lo punya kekuatan, punya indra keenam, Lo bisa lihat hantu, di sekitar gue ada gak?" tanyanya malah tak masuk akal.

"Ada, di depan gue malahan," cetusnya.

"Gue dong, hantunya, Lo kali," sahut Meysa tak terima.

"Lagian malam-malam kayak gini, ngapain pintu rumah dibiarin kebuka lebar gitu aja, gak takut kemalingan?"

"Mama ke warung, belum pulang males suruh buka lagi."

Cewek itu sudah fokus dengan laptop yang ada di hadapannya kini.

"Lo ngapain suruh gue ke sini?"

"Pertanyaan bagus, Lo inget dua hari lagi ulang tahun siapa?"

Bima tampak berpikir, dengan cemilan yang tak berhenti masuk ke dalam mulutnya.

"Keysa," tebaknya.

"Bener banget! Maka dari itu, karena tahun kemaren ide dari Lo berhasil, tahun ini gue minta hal yang sama," ujarnya.

"Oh, masalah itu gampang. Gue ahlinya, sini gue bantu mikir ...."

Setelah semua ide siap, dan mendapat persetujuan dari Meysa juga mamanya, kedua orang itu langsung pergi ke toko, untuk membeli perlengkapan yang mereka butuhkan. Tidak bisa menunggu besok, karena waktunya mepet dan lagipula besok Meysa harus masuk sekolah.

Di perjalanan pulang, Aslan baru saja pulang dari basecamp, tak sengaja saat motornya berhenti di lampu merah dia melihat cewek yang membuatnya dilema sepanjang hari malah enak-enakan berboncengan dengan cowok lain, mana tidak ada kesedihan lagi terlihat di wajahnya.

"Ah, sialan! Kenapa gue cemburu lihat mereka kayak gitu. Apa benar yang dikatakan Edo, gue udah jatuh cinta sama tuh cewek," gumamnya bahkan tak memahami dirinya sendiri.

Cowok mengendarai motornya begitu kencang, menyalip motor yang dinaiki oleh Bima dan Meysa begitu saja, membuat keduanya terkejut.

"Woy! Hati-hati dong, kalau bawa motor!" teriak Meysa tak terima.

"Kejar Bim, gue pengen kasih pelajaran ke tuh orang!" pintanya.

"Gak, biarin aja Mey, Lo gak ngenalin motor siapa itu?"

"Gak, males inget-inget!"

"Itu motornya si Aslan," sahut Bima.

DEG!!

"Kalau kita kejar dia, sama aja Lo cari mati. Katanya mau ngehindar?"

"Iya maaf, gue gak tahu. Soalnya gue gak begitu perhatikan," jawabnya.

Mereka sampai di rumah Meysa, mamanya masih membersihkan rumah, sambil menunggu putrinya pulang.

"Makasih ya Bim, kamu sudah mau direpotkan kayak gini terus," ucap mama Meysa.

"Santai saja Tante, apa sih yang nggak buat Tante," jawabnya dengan nada menjengkelkan menurut Meysa.

Cewek itu menepis tangan sahabatnya.

"Udah, sana pulang upahnya besok ya, gue traktir di kantin." Bahkan tak menunggu Bima keluar, cewek itu nyelonong masuk ke dalam kamarnya begitu saja.

Meysa melepas penat, dengan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Lelah sekali hari ini, banyak hal sepele tapi melelahkan menurutnya. Bahkan, dia sampai lupa mengerjakan tugasnya.

"Mana besok pelajaran matematika lagi, belum juga belajar. Gini banget jadi murid rajin, harusnya gue jadi pemalas aja sih," gerutunya.

Dengan rasa kantuk yang tertahan, cewek itu membuka kembali tugas miliknya. Beberapa kali dia menguap, padahal satu soal saja belum dia temukan jawabannya.

Notifikasi pesan, membubarkan konsentrasinya.

"Mey, share jawaban tugas matematika dong!"

Cewek itu naik darah, begitu membacanya.

"Enak banget hidup Lo, gak mikir! Gue ngantuk kayak gini susah payah ngerjain, eh tinggal minta share!" balasnya ketus.

"Begini kalau gue terlalu baik sama temen," kesalnya.

Hari Senin.

Sangat membosankan, karena harus ada upacara, dan para murid harus datang lebih awal dari biasanya. Tapi, kali ini Meysa kesiangan. Semalam begadang karena menyelesaikan tugas dari gurunya.

"Meysa!! Bangun!!"

Suara ketukan pintu yang tak lagi ramah, bahkan mamanya hampir merusak pintu kamarnya. Entah menggunakan benda apa, sang mama mengetuk pintu tersebut.

"Kamu bangun atau Mama bakar ini pintu!" ancamnya.

Begitu melihat ke arah jam dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Cewek itu melompat dari tempat tidurnya, dengan segera masuk ke dalam kamar mandi.

"Ma, Meysa gak sarapan udah telat!!" teriaknya.

"Makanya kalau dibangunin nurut, bukannya menyepelekan," omel mamanya malah membuat Meysa kesal.

Cewek itu langsung berlari keluar dari rumah. Niatnya hendak berjalan kaki, sampai menemukan angkot, tapi ini sudah terlalu siang. Bagaikan pahlawan datang, Bima dengan motor buntutnya melewati cewek itu, begitu sombongnya seolah tak melihat adanya Meysa di tepi jalan sana.

"Woy! Bima!!"

Ssstttt!!

"Loh, ngapain di sini mau ngamen?" tanya Bima berhenti.

"Sembarangan aja Lo, gue kesiangan gue pikir Lo udah berangkat duluan," jawabnya.

"Gue juga sama, gegara semalam kemalaman kali kita pulangnya. Ya udah, ayo cepat kita berangkat. Pak Deno itu orangnya galak, kalau sampai kita kena hukuman sekali saja, selama tiga tahun muka kita bakalan ditandai sama dia," ujar Bima membuat cewek itu sedikit takut.

"Ah, udah gak usah banyak omong ayo cepet!"

Hampir saja, lima detik sebelum gerbang ditutup mereka berhasil sampai setelah perjuangan begitu hebatnya menerobos lampu merah, akhirnya pengorbanan tidak sia-sia.

"Pak, tunggu!! Masih ada dua detik. Kita belum telat," ujar Meysa menghentikan aktivitas penjaga gerbang.

"Karena kamu murid baru, ya udah masuk," suruhnya.

"Ya ampun, Bapak baik banget sarangheo Pak!"

Bima bergidik ngeri melihat kelakuan sahabatnya.

Bersambung ....