webnovel

Adik

(POV Ketiga)

N/K : "Mayu..ri?"

Kamu tidak bisa mempercayai apa yang sedang kamu lihat saat ini. Kamu mengenal gadis ini lebih dari siapapun termasuk keluargamu. Tanganmu mencoba meraih wajahnya dan tak ada pelindung yang menghalangi dirimu untuk menyentuhnya.

N/K : "Adikku... Mayuri.. Mayuri!"

Hiroto : "Woi N/K!"

Kamu melepaskan seluruh kabel yang tersambung di tubuhnya.

N/K : 'Aku pikir..'

Kamu melapisi tubuhnya menggunakan pakaianmu.

N/K : 'Saat itu kau sudah..'

Kamu memeluknya dengan erat dan air mata mulai mengalir dari matamu.

N/K : 'Pergi dari dunia ini. Mayuri.'

Hiroto : "N/K, apa kau tahu siapa gadis ini?"

N/K : "Dia... Dia adalah adikku yang aku kira telah tiada tujuh tahun yang lalu. Mayuri N/B."

Hiroto : "Maksudmu anak kecil yang ada di dalam foto itu? Kenapa dia bisa berada di tempat ini?"

N/K : "Aku sendiri tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti. Ini sudah direncanakan sejak adikku memiliki api tanah."

Kau ingin sekali marah dan menghancurkan tempat ini. Tapi kamu memerlukan beberapa informasi tentang kenapa adikmu ada di markas DEM. Kamu membuat kloning dan menyuruhnya untuk meretas beberapa berkas yang berkaitan dengan adikmu di sini.

N/K : "Tenang saja. Kakak sekarang ada di sini jadi kau tidak perlu khawatir."

Kau mengusap kepalanya dan menunggu kloningmu selesai dengan tugasnya. Tidak perlu waktu lama dan semua dokumen yang dibutuhkan sudah masuk ke dalam USB milikmu.

N/K : 'Semua data ini akan kuperiksa saat pulang nanti. Aku akan menitipkan dia pada Bermuda untuk sementara waktu.'

Kamu berdiri untuk membuka portal menuju Vindice. Hiroto berdiri tepat di belakangmu dengan Nia di punggungnya dalam keadaan tertidur.

Hiroto : "Aku siap kapanpun kau siap."

N/K : "Kita pergi. [Warp Hole]"

Sebuah lubang hitam terbuka dan kalian melangkahkan kaki untuk masuk ke lubang tersebut. Hanya perlu beberapa detik dan kalian sampai di depan pintu masuk. Jaeger sudah berada di sana untuk menyambut kalian. Dia bingung saat melihat dua orang sedangkan Bermuda meminta satu.

Jaeger : "Tadinya aku ingin bertanya tapi tidak baik membuat bos menunggu. Ayo masuk."

Kamu hanya mengangguk dan mengikuti Jaeger dari belakang. Hiroto cukup kesulitan namun menahan diri agar Nia tidak terjatuh dari punggungnya. Jaeger masuk terlebih dulu dan kalian mengikuti dia dari belakang hingga kalian sampai di tempat Bermuda berada.

Bermuda : "Aku hanya ingat untuk membawa <Material A> saja. Siapa gadis itu?"

N/K : "Adikku. Mayuri N/B."

Bermuda : "Kau yakin anak itu adalah adikmu?"

N/K : "Tujuh tahun lalu, saat kau menemukanku di laboratorium Estraneo, adikku sama sekali tidak ditemukan. Adapun pada saat pemakaman terjadi, mayat adikku sama sekali tidak ada. Hanya ada karangan bunga dan ucapan bela sungkawa. Apa kau pikir aku cukup bodoh untuk tidak menyadari hal itu?"

Bermuda : "Kau benar-benar tidak bisa meremehkan. Aku akui waktu itu hanya kau saja yang kutemukan. Tapi ada jejak tak terduga di sana."

Kamu memasang ekspresi serius.

Bermuda : "Reiryoku dari <Phantom>."

N/K : "Kau baru mengatakan hal ini sekarang? Kenapa? Kenapa kau tidak memberi tahu aku soal-"

Bermuda : "Lalu membiarkanmu berbuat seenaknya? Aku punya prinsip bocah. Aku tidak akan goyah dari prinsipku meskipun aku diancam dengan kematian. Alasanku mudah saja karena waktu itu Dying Will Flame yang kau dapatkan dari adikmu masih belum stabil. Api tanah yang kau dapatkan dari adikmu membuat tubuhmu menjadi rapuh. Itu sebabnya aku perlu menunggu waktu yang tepat. Dan sekarang kucing sudah keluar dari karungnya."

Kamu diam setelah mendengar penjelasan dari Bermuda. Berbagai pertanyaan dan dugaan mulai muncul. Bermuda pun melanjutkan kalimatnya.

Bermuda : "Setelah kau tahu semua ini. Apa yang ingin kau lakukan?"

(POV Kamu)

Bermuda : "Setelah kau tahu semua ini. Apa yang ingin kau lakukan?"

Pertanyaan yang dilontarkan olehnya mulai berputar di kepalaku. Apa yang ingin kulakukan setelah tahu semua ini? Aku sendiri bingung harus melakukan apa. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di saat seperti ini.

Di lenganku ada adikku yang masih tak sadarkan diri. Aku tidak tahu berapa lama dia tertidur. Atau mungkin aku tidak tahu penderitaan apa saja yang pernah dia lalui. Untuk sekarang aku ingin dia hidup seperti orang normal.

Dia juga perlu berkenalan dengan Tohka. Siapa tahu mereka akan menjadi akrab. Berbagai ide terus bermunculan dan keputusan yang kuambil harus bertahap.

N/K : "Bermuda Von Veckenschtein. Aku bersumpah dengan Dying Will Flame yang ada di tubuhku. Jika kau membantuku untuk mengembalikan kondisi adikku seperti semula maka aku N/K N/B akan menganggap lunas setengah dari hutang yang kau miliki padaku. Dan jika aku melanggar sumpahku maka aku akan bersedia untuk ditempatkan di dalam penjara hitam selamanya."

Hiroto : "N/K, bukannya itu agak.."

N/K : "Ini sudah menjadi keputusanku Hiroto."

Hiroto hanya diam dan meletakkan Nia di ranjang yang sudah tersedia. Aku masih menunggu Bermuda untuk mengeluarkan keputusannya. Mata kami saling bertemu dan aku bisa merasakan betapa dalamnya dia berpikir tentang tawaran ini.

Bermuda : "Haah.. Kau ini. Baiklah."

Bermuda melompat dan seluruh perban yang ada di tubuhnya terbuka. Mataku melebar saat melihat hal ini. Ini pertama kalinya dalam hidupku aku melihat wujud aslinya. Dia memiliki wajah yang bundar. Rambutnya berwarna hitam, pendek, dan kasar.

Tangan dan kakinya panjang dengan beberapa garis lubang yang menunjukkan bahwa dirinya didukung oleh api malam. Dia masih mengenakan topi serta kerah dari bajunya.

Bermuda maju dengan kondisinya saat ini dan masuk ke HDWM. Nada suaranya sedikit berubah.

Bermuda : "Aku Bermuda Von Veckenschtein bersumpah dengan Dying Will Flame yang ada di tubuhku dan juga sebagai Arcobelano yang sempurna akan mengembalikan kondisi dari Mayuri N/B. Jika aku gagal maka akan kuberikan dot transparan ini pada N/K N/B dan menunjuknya sebagai Arcobelano yang baru."

Orang ini... Terima kasih.

Kami menyalakan Dying Will Flame kami di dalam sebuah wadah dan perjanjian antara api langit dan api malam terbentuk.

Jaeger membawa sebuah ranjang dan aku meletakkan adikku di situ. Sebelum Jaeger membawanya pergi, aku mencium keningnya.

N/K : "Kau akan baik-baik saja. Kakak janji tidak akan membiarkan hal buruk terjadi lagi padamu."

Dengan itu aku beristirahat sejenak di ruang makan milik Bermuda. Hiroto memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan membiarkan aku untuk merenung. Saat sedang duduk, secangkir teh hangat diletakkan di atas meja. Aku melihat Bermuda kembali menggunakan wujud bayinya.

Bermuda : "Mungkin aku tidak pantas untuk meminta sesuatu seperti ini. Tapi aku juga orang tua. Bisa kau ceritakan masa kecilmu bersama dengan adikmu?"

N/K : "Masa kecil ya? Coba kita mulai dari.."

<Flashback>

2 September. Hari di mana adik perempuanku lahir. Saat itu aku masih berusia sekitar tiga tahun. Aku memiliki kecerdasan yang bisa dibilang di atas rata-rata. Tapi aku kurang suka memperlihatkan hal itu di depan banyak orang.

Yang penting bagiku waktu kecil adalah perintah mutlak dari ayahku. Namun semua itu semenjak dia datang di kehidupan kami.

Aku melihat sebuah kamar dan ibuku akan masuk ke kamar tersebut. Dia melihat padaku dan mengajakku untuk masuk. Tanpa mempertanyakan apa yang ada di dalam, aku hanya mengikuti ibu.

Di dalam aku bisa melihat sebuah keranjang bayi berbahan dasar kayu sedang melindungi sesuatu atau lebih tepatnya seseorang. Ibuku memberikan tangga kecil agar aku bisa melihat lebih dekat.

Dan di sanalah aku melihat suatu keajaiban. Aku melihat ada makhluk berambut pirang yang sedang memejamkan matanya. Dia hanya bisa bergerak sedikit dan mengatakan hal yang tidak kumengerti.

Tapi ada sesuatu dari makhluk ini yang membuatku merasa nyaman dan juga tenang.

Ibu : "Kamu boleh menyentuh adikmu jika mau."

N/K : "Boleh?"

Ibu : "Tentu saja. Tapi pelan-pelan ya."

Aku mencoba untuk meraih bagian tubuhnya yang terdekat. Aku memulainya dari pipi kecilnya itu. Dan saat jariku bersentuhan dengan kulitnya.

Puff~

Lembutnya...

Aku ingin menyentuhnya lebih lama. Tapi melihat wajahnya dia sepertinya tidak terlalu menyukainya.

Aku beralih ke tangannya. Dan saat kusentuh aku merasakan sensasi yang sama. Aku terus menyentuh tangannya dan dia menggenggam jari telunjukku.

Dia perlahan membuka matanya dan saat itu aku bisa merasakan keindahan dari mata merah jambu miliknya yang tiada tara datang darinya. Dia tersenyum dan tertawa.

Perasaan apa ini? Pertama kali aku merasakan hal seperti ini. Hatiku terasa hangat ketika melihatnya.

Tapi satu hal yang terpikirkan dalam benakku.

Apa dia memiliki nama?

Aku melihat ibuku yang tersenyum dan dia melihat padaku.

N/K : "Nama."

Ibu : "Namanya? Dia belum memiliki nama. Katanya kakekmu yang ingin memberikan adikmu sebuah nama."

Belum memiliki nama? Aku melihat lagi pada adikku. Sebuah nama tiba-tiba saja keluar dari mulutku.

N/K : "Mayuri."

Ibu : "Apa?"

N/K : "Namanya adalah Mayuri."

Ibu : "Anakku, kamu tidak boleh-"

N/K : "Mayuri."

Mulai dari hari itu, adikku mendapatkan nama Mayuri. Meskipun kakek sempat cemberut selama seharian.

<5 tahun kemudian>

Aku kini berumur delapan tahun dan adikku berumur lima tahun. Kami adalah tiga bersaudara dan aku di posisi kedua dan adikku ketiga. Kakakku yang merupakan anak pertama berusia lima belas tahun. Kami jarang bertemu tapi dia sedikit aneh karena sering makan permen.

Aku dan adikku sedang bermain. Dia tidak memiliki teman karena kerasnya pendidikan dari ayah kami. Teman hanya membuat waktu terbuang sia-sia. Aku ingin lihat kau mengatakan itu pada kakakku.

Karena kurangnya sosialisasi, adikku jarang sekali berbicara kecuali padaku, kakak, ibu dan maid pribadinya.

Biasanya dia penasaran dengan apa yang terjadi di kota dan kenapa kita tidak bisa ikut festival.

Ada satu hari di mana kakak kami membawa kami semua untuk pergi ke festival. Dan adikku ikut. Tentu saja aku tidak bisa membiarkan kakak bodohku melakukan semua hal semaunya. Aku ikut dengan mereka.

Aku melihat adikku yang sedang menyaksikan ramainya pengunjung di festival musim panas. Wajahnya membuatku ingin memeluknya. Aku membawa beberapa uang receh bila mana dia ingin jajan.

Mayuri : "Kakak! Aku ingin lihat ini!"

Dia menunjuk pada sebuah permainan ikan.

N/K : "Kau mau main?"

Mayuri : "Bolehkah?"

Aku hanya menarik dia menuju kios permainan itu. Dia sangat gembira saat aku mengajaknya. Kami membayar untuk tiga kesempatan. Aku tiga dan dia tiga. Awalnya dia kesal karena pertama kali mencoba gagal. Yang kedua juga sama. Dan ketiga kalinya dia mencoba, sebuah ikan berhasil dia angkat.

Mayuri : "Waaah! Kakak lihat! Aku berhasil!"

N/K : "Kerja bagus Mayuri. Kakak tahu kamu pasti bisa."

Mayuri : "Un! Terima kasih kakak!"

Kami pun melanjutkan lagi dengan permainan lain dan mencicipi beberapa makanan. Dia terlihat sangat bahagia waktu itu. Aku bahkan lupa kami diajak oleh pecinta marshmellow bodoh itu.

Saat pulang kami langsung dimarahi oleh ibu. Mayuri ingin menangis tapi aku menerima hukuman yang harusnya dia dapat. Setelah hukuman dia datang dan menangis.

Mayuri : "Kakak.. maafkan.. aku. Harusnya.. kakak.."

Tidak tega melihat adikku menangis, aku memeluknya. Kepalanya yang lembut kuusap secara perlahan dan hari itu juga, aku membangunkan api langitku.

<Present>

N/K : "Sejak saat itu, aku berjanji untuk terus menjaga dia dan juga senyumannya."

Bermuda : "Cara yang unik untuk anak sepertimu membangkitkan Dying Will Flame dengan cara itu."

N/K : "Aku selalu berusaha keras untuk menjaga dia dan satu hari yang membuat semua itu berubah."

Bermuda : "Kokonoe Famiglia."

N/K : "Ya. Sejak kedatangan mereka di keluarga kami, situasi hampir tak terkendali. Faksi-faksi mulai bermunculan. Ayahku mulai terpengaruh dengan kekuatan para pengguna api langit. Apalagi sejak adanya rumor tentang murninya api langit pewaris Vongola, membuat ayahku hampir gila."

Bermuda : "Vongola. Sudah lama aku tidak mendengar kabar dari mereka. Siapa pemenang perang cincin kali ini?"

N/K : "Jika melihat kualitas, Xanxus bisa dijadiin pemenang. Tapi Arcobelano Matahari melatih pewaris kesepuluh secara pribadi. Nono tidak membiarkan dia terbengkalai begitu saja. Apa kau akan memberikan dia tes?"

Bermuda : "Tergantung situasi. Kita juga masih berurusan dengan <Phantom> serta DEM. Aku selalu sabar mencapai setiap tujuanku. Perlahan namun pasti seperti melubangi batu dengan tetesan air. Tak peduli berapa lama waktu yang diperlukan namun suatu saat batu tersebut akan berlubang."

N/K : "Kau benar."

Aku meminum teh buatan Bermuda dan mengatur nafasku. Aku memegang kristal yang bentuknya aneh. Kalau tidak salah.. Sephira Crystal.

Hmm....

Eh?

Sejak kapan aku memegang benda ini?

Apa jangan-jangan..

Jaeger : "Bos. Ada laporan mengenai tubuh Mayuri."

Aku berdiri dan Bermuda mengambil hasil check up yang dilakukan oleh Jaeger pada adikku.

Bermuda : "Dia harusnya memiliki Sephira Crystal?"

Jaeger : "Benar. Kelihatannya benda itu terpisah saat N/K membawa dia ke sini."

Bermuda : "Kelihatannya dia mengubah adikmu menjadi roh. Tapi kini dia sudah menjadi manusia lagi. Dan juga (membuka halaman selanjutnya) adikmu masih memiliki api tanah dalam tubuhnya."

Mataku melebar sesaat. Jika itu memang benar, lantas bagaimana... Tidak. Yang penting adikku selamat dan baik-baik saja. Box weapon dengan api tanah juga kosong. Cincin tanah juga jarang untuk kugunakan. Syukurlah.

Bermuda : "Bocah, pulanglah untuk hari ini. Kami masih perlu melakukan perawatan terhadap adikmu."

N/K : "Terima kasih banyak atas bantuanmu Bermuda."

Aku pamit dan pulang ke rumah. Melihat langit yang mulai gelap, kurasa waktu makan malam sudah dekat. Membuka pintu rumah aku melihat dua Tohka sedang berbincang.

Dua Tohka..

Dua

Tohka

Dua?!

N/K : "Apa maksudnya ini?!"