Melihat beberapa orang yang berdiri di depan meja mereka, Gu Si mengerutkan keningnya kemudian berkata dengan nada dingin, "Kakakku sudah berkata bahwa dia tidak kenal dengan kalian, Tolong jangan ganggu kami makan!"
Menyebalkan sekali sih! Mereka pasti sengaja mengganggu kamu karena melihat kecantikan Kakakku! Melakukan pendekatan dengan cara seperti ini, benar-benar tindakan yang sangat rendahan! Batin Gu Si.
Gu Mang mengubah posisi duduknya, kini ia sedikit bersandar di kursi. Ia mengulurkan tangannya di atas meja sambil memegang pisau.
Ujung pisau itu tampak berkilau, dan sepertinya kini kesabarannya sudah mulai mulai berkurang. Gu Si takut pergelangan tangan kakaknya akan berputar, dan pisaunya akan melesat.
Beberapa tahun ini, temperamen kakak perempuannya benar-benar berubah menjadi lebih baik.
Lu Chengzhou menatap gadis itu yang sedang menahan emosi, dia menyipitkan matanya sambil berpikir, Mampu pergi ke Tianque, dan mampu makan di Restoran Tianxiaju. Tapi malah pergi membeli barang di toko barang obral.
Pria itu menarik sudut bibirnya, tatapan matanya penuh arti, dan suaranya sangat menarik perhatian, "Kedua anak ini sedang dalam masa pertumbuhan. Jangan ganggu mereka makan. Ayo kembali ke ruangan."
"..."
Gu Si diam-diam melirik kakak perempuannya yang ekspresinya terlihat sangat datar. Dalam hati ia mengumpat karena sikap orang-orang itu. Dasar cari mati!
Qin Fang merasa belum cukup menggoda kedua kakak beradik ini. Tetapi Lu Chengzhou telah angkat bicara, sehingga ia tidak punya pilihan lain lagi selain berkata, "Oke."
He Yidu mengalihkan pandangannya melihat dua orang kakak beradik itu.Jika ia terus menggodanya, bisa-bisa pisau yang dipegang gadis itu akan meluncur ke arahnya.
Lu Chengzhou menunggu sampai semuanya masuk kembali ke ruangan, setelah itu ia baru berjalan masuk dengan santai.
Ketika ia melewati meja resepsionis, ia menunjukkan barcode yang ada pada layar ponselnya, untuk melakukan pembayaran.
Ujung jarinya yang ramping menunjuk ke arah meja makan Gu Mang.
Staf yang bertugas di meja resepsionis mengangguk sambil tersenyum, dan kegembiraan terlihat jelas di matanya.
Dengan hadirnya Lu Chengzhou, semua wanita yang ada di sana mulai berkumpul mendekatinya.
…...
Setelah selesai makan, Gu Mang memiringkan punggungnya, dan bersandar dengan lesu di kursi. Jari-jari tangannya mengetuk layar ponselnya dengan santai, ia sedang bermain game.
Setiap tembakan yang akurat membuat seseorang tanpa sadar ingin berteriak. Tembakan kepala!
Gu Si pergi membawa ponsel milik kakaknya untuk melakukan pembayaran. Tidak lama kemudian ia pun kembali, namun Gu Si tidak membawa bill pembayaran di tangannya.
Kemudian Gu Mang pun bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Ada apa?"
Gu Si duduk dan berkata, "Kak, bill meja kita sudah dibayar. Mungkin sekelompok orang barusan yang membayarnya, tapi aku tidak tahu yang mana."
Gu Mang membunuh orang terakhir dan memenangkan gamenya. Setelah itu ia pun menyimpan ponselnya dan langsung berdiri, "Baiklah, ayo pergi."
Sesampainya di pintu restoran Tianxiaju. Gu Mang menoleh dan melirik ke arah ruangan VIP, ekspresi wajahnya tampak sedikit marah saat melihat ke arah sana.
Emosi yang ada di dalam hatinya tidak bisa disembunyikan, bahkan rasanya seperti merasuk ke tulang-tulang.
Ketika sudah keluar dari restoran tersebut, tiba-tiba tanpa sengaja Gu Si melihat toko dessert yang terkenal, "Kak, kamu makan macarons tidak?"
"Pergi belilah, dan juga beli beberapa bungkus permen."
"Oke." Gu Si berlari dengan riang untuk membelinya.
*
Pada pukul dua belas malam di pinggiran kota, suasana tampak sangat sunyi. Tampak ada dua kendaraan militer yang terparkir di depan sebuah vila yang ada di kaki gunung.
Salah satu dari kendaraan militer tersebut, semua angka yang ada di plat nomornya adalah angka enam. Dan kendaraan militer yang satunya lagi semua nomor yang ada di plat nomornya adalah angka tujuh.
Tiba-tiba pintu mobil tersebut terbuka, dan tampak ada sepatu bot kulit militer menginjak tanah. Empat orang pria yang mengenakan pakaian militer dengan ekspresi wajah yang dingin baru saja keluar dari dalam mobil.
Lu Shangjin menyapa mereka berempat dan menoleh untuk melihat ke arah Gu Mang, "Apakah ada yang ingin disampaikan kepada Gu Si? Jika tidak, biarkan dia pergi."