webnovel

Aku Bisa Berkelahi

編集者: Wave Literature

Pinggiran sebelah utara Kota Beijing. Tepatnya di sebuah sanatorium tanpa nama.

Setengah tahun yang lalu sanatorium ini baru saja mendapatkan penghargaan sebagai sanatorium terbaik di dunia dari Organisasi Medis Dunia.

Biaya perawatan di sana untuk satu bulan saja mencapai 10 juta Yuan. Biaya pengobatan di sanatorium tersebut harganya setinggi langit.

Di depan pintu gerbang sanatorium tersebut ada sebuah toko bunga, di sana tampak ada sebuah pot kecil yang berisi tanaman kaktus, dan harga dari tanaman itu sebesar 18 ribu Yuan.

Gu Mang memiringkan kepalanya sambil melihat kaktus seukuran telapak tangan yang ada di depannya.

Barang kecil ini harganya cukup mahal juga. Batin Gu Mang.

Tanpa sadar Gu Mang mengangkat alisnya, lalu memasukkan satu tangannya ke dalam saku jaketnya. Kemudian dengan santai ia pun berjalan ke arah sanatorium.

Desain sanatorium tersebut terlihat sangat minimalis dan natural. Setiap orang yang tinggal di sanatorium tersebut mendapatkan fasilitas bamboo single room

Kamar-kamarnya yang ada di sana dibangun berbaris dengan desain yang tidak biasa namun terlihat indah. Di sana juga terdapat kebun bunga, kebun sayur, pagar mawar, jalan setapak berbatu. 

Lingkungan di dalamnya benar-benar sangat nyaman dan terkesan santai. Desainnya tidak hanya memasukan unsur teknologi modern, tapi juga mempertahankan 

pemandangan alam layaknya surga yang indah.

Terkadang tampak ada beberapa orang yang lewat di jalan setapak sambil membawa makanan yang berisi daging segar dan sayur segar. Mereka adalah para staf sanatorium yang sedang menyiapkan sarapan untuk orang-orang yang tinggal di sanatorium.

"Nona Gu, Anda datang untuk melihat Jinyang ya?" Bibi Koki itu berkata sambil tersenyum.

Gu Mang menjawab sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian ia melepas topinya, dan merapikan rambutnya.

Di bawah sinar matahari di pagi hari, kulit Gu Mang yang putih terlihat semakin putih bersinar sehingga membuat fitur wajahnya semakin cantik. Seolah bisa membuat siapa saja yang melihatnya terpesona.

Bibi koki itu terdiam selama beberapa detik karena terpana melihat kecantikan Gu Mang. Tidak lama kemudian ia mendengar suara Gu Mang yang jelas.

"Apakah dia sudah bangun?"

Bibi Koki itu yang semula tampak tercengang kini kembali sadar, "Su... Sudah bangun, mungkin dia sedang menyirami bunga dan rumput yang ada di taman."

Setelah itu Gu Mang mengucapkan terima kasih pada bibi koki, lalu berjalan menuju taman.

Bibi itu memandang punggung Gu Mang sambil bergumam dengan suara kecil di mulutnya, "Paras gadis kecil ini benar-benar membuat orang terpesona."

Di taman bunga, tampak ada seorang gadis muda yang mengenakan mantel bulu domba warna biru tosca sedang berjongkok di depan bunga. Ia memegang ember untuk menyirami bunga.

Dari kejauhan Gu Mang melihat gadis yang menyirami bunga itu, kemudian tanpa sadar ia menarik sudut bibirnya dan tersenyum, "Jinyang."

Punggung Meng Jinyang tampak membeku sesaat, kemudian ia pun menoleh dan melihat Gu Mang, seketika matanya langsung terbuka lebar karena sangat terkejut.

Meng Jinyang seketika langsung bergegas berdiri, lalu berlari ke arah Gu Mang, "Gu Mang, kamu datang menemuiku."

"Iya."

Gu Mang memberi tanaman kaktus kecil yang ada di dalam pot itu kepada Meng Jinyang. Meng Jinyang menatap kaktus kecil itu, dan seketika ekspresi wajahnya langsung terlihat sumringah.

Setiap kali Gu Mang datang mengunjungi Meng Jinyang, ia selalu membawakannya tanaman kecil yang mudah dirawat dan tidak mudah mati, seperti sukulen atau kaktus kecil.

Meng Jin'yang meraih lengan Gu Mang dan berkata sambil tersenyum, "Gu Mang, ayo masuk."

"Oke."

Sesampainya di kamar bambu, Gu Mang melihat perabotan di dalamnya bergaya retro. Suasana hati yang awalnya jelek akan menjadi tenang ketika melihatnya.

Kemudian Meng Jin'yang mengeluarkan manisan buah-buahan kering dan makanan ringan yang sengaja ia buat sendiri, "Gu Mang, ini dibuat dari mangga dan strawberry yang aku tanam sendiri. Enak banget loh. Aku juga memberikan gula yang banyak, kamu pasti suka."

Gu Mang melihat manisan itu, semula tatapan matanya terlihat sangat dingin. Namun kini, mata gadis itu tampak dipenuhi dengan cahaya hangat yang telah lama hilang.

Ia memutar-mutar sepotong mangga kering sambil menatapnya, kemudian ia pun mencicipinya. Dan ternyata rasanya benar-benar sangat enak, manis tapi tidak berminyak, dan juga tercium aroma buah yang sangat kuat.

Meng Jinyang juga ikut makan manisan itu bersamanya. Ia sedikit menundukkan kepalanya, dan dengan ragu-ragu ia mulai berbicara.

Gu Mang melirik Meng Jinyang, kemudian ia pun meletakan lenganya di atas meja. Tangannya yang putih dan ramping dengan malas menopang dagunya, dan perlahan ia berkata, "Jika ada yang ingin kamu katakan, katakan saja."

Meng Jinyang tersenyum malu kemudian ia mulai berbicara, "Sungguh aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun darimu, ya."

Saat Meng Jinyang berkata seperti itu, seketika Gu Mang langsung mengangkat alisnya.

Kemudian Meng Jinyang melanjutkan, "Aku hanya berpikir, aku tidak bisa tinggal di sini terus-menerus." 

Meng Jin'yang dengan serius berkata, "Kondisiku saat ini sudah jauh lebih baik. Aku bisa keluar dan bekerja bersama denganmu untuk menghasilkan uang. Aku tahu bahwa biaya sanatorium di sini sangat mahal."

"Kamu mau bekerja bersamaku?" Gu Mang memegang mangga kering dengan ujung jarinya, lalu mengubah postur tubuhnya, dan mengangkat kakinya dengan malas-malasan. Seolah membawa kesan liar, bibir tipisnya melengkung dengan senyuman yang sedikit mencibir, "Kamu bahkan masih belum tumbuh dewasa, bagaimana kamu bisa bekerja mencari uang bersamaku?"

Meng Jinyang berkata dengan bingung, "Tapi kamu juga belum dewasa."

Gu Mang mengangkat alisnya, lalu sedikit mendekatinya, kemudian perlahan ia berkata dengan lembut, "Aku bisa berkelahi."