Delima membawa Salam ke sebuah hotel tempat party dinner keluarganya. Salam berjalan dengan ragu, dia belum terbiasa berjalan tanpa Piya di sisinya. Apalagi di tempat yang asing baginya. Ibarat seorang balita, Salam masih perlu pendampingan orang dewasa, di beri arahan dan petunjuk. Delima menggandeng lengan Salam dengan manja, Salam dibuat risih olehnya. Tetapi karena ia masih bingung dengan tempat itu, ia tidak menolak Delima bergayut di lengannya seperti itu. Delima adik Piya, dia tidak ingin membuatnya tersinggung. Pikir Salam positif.
Party dinner itu rupanya bukan sekedar acara keluarga seperti cerita Rasti ke Ratna ibu Piya, ini sungguh-sungguh Party yang mengundang puluhan orang. Delima mengundang teman-teman kuliahnya termasuk Hendra mantan pacar Delima. Acara di kemas super romantis di tepi kolam renang hotel bintang 5 itu. Delima berjalan di dampingi Salam diantara nyala lilin listrik dan hiasan bunga-bunga warna biru dan putih. Para undangan bertepuk tangan menyambut kedatangannya. Ayah dan ibunya memberi pelukan dan ciuman penuh kasih sayang kepadanya.
Dahlia teman kuliah Delima memberikan buket bunga putih segar kepadanya. Wajah Delima sumringah, dia benar-benar bahagia. Teman-teman Delima memberikan ucapan selamat kepadanya. Seorang gadis teman Delima berbisik ke telinga Delima seraya melirik ke Salam dengan penuh arti. Delima mengangguk kemudian mereka berdua tertawa ringan. Entah apa yang mereka bicarakan. Salam berdiri kaku di sisi Delima. Dia benar-benar bingung, berada di antara orang-orang yang tak dikenalnya. Tetapi semua orang melihatnya seperti seorang body guard yang siaga di sisi Delima. Tetapi orang lain di pesta itu menganggap Salam adalah sebagai pacar baru Delima.
Salam gelisah. Delima menarik tangan Salam kemudian mengajaknya duduk di meja khusus bersama ayah ibunya. Kedua orang tua Delima menyambut Salam dengan gembira. Salam membungkuk badan memberi rasa hormatnya. kepadanya keduanya. Salam belum terbiasa dengan tradisi di Indonesia, ia lupa di sini tradisinya tidak sana dengan di Jepang.
Salam melihat ke ponselnya melihat GPS. Piya ada disini, di dekatnya. Tapi dimana dia? Salam alias Ryozo celingukan melihat kiri kanan, melihat wajah-wajah orang disekitarnya. Tak ada yang mirip Piya. Salam kembali gelisah. Ayah Delima menegurnya, "Ada apa?" tanyanya heran. "Toilet!?"jawab Salam asal. "Oh! Di sana!" Ayah Delima menunjuk arah menuju toilet. Salam mengangguk. Ia lega bisa mencari alasan untuk keluar dari tempat itu. Salam bergerak keluar dari area sekitar kolam di lantai 9 itu. Ia berjalan menyusuri koridor hotel. Titik keberadaan Piya semakin jelas. Piya berada satu garis lurus dengannya. Salam bingung.
Di salah satu ruangan di dalam hotel itu. Piya duduk baru saja menyajikan minuman di meja pertemuan khusus itu. Setelah itu dia mengambil posisi duduk menjauh dari para pria yang mengadakan pertemuan rahasia itu. "Anak baru ya dia?" tanya Alex kepada Danu. Danu bos yang di dampingi Piya. "Amanda, asisten baruku, pengganti Leony", Jawab. Danu santai. Amanda unik. Dia cantik dan cerdas. Punya keahlian khusus, pandai berbahasa Jepang. Dia tidak akan menjual Amanda alias Piya itu dengan harga yang murah. Dia tahu Alex tertarik dengan Amanda. "Dia lebih bagus dari bawaanmu yang lain?" Alex tergiur dengan asisten Danu. Fress dan berkelas. Piya memiliki tubuh proposional, langsing tanpa lemak, berotot tapi seksi. Dia rela menukarnya dengan satu orang wanita ini dari ada 10 gadis muda yang di tawarkan Danu. "Aku mau dia. Khusus untukku!" Alex akan menggunakan Amanda sendiri sebelum menjualnya. "Dia pengecualian, tidak masuk bagian dari transaksi!" kata Danu tegas.
"Cukup dia aja. Yang lainnya batal'.
"Tidak bisa! Kita sudah sepakat. Dia bukan bagian dari transaksi!" Danu kesal. Alex berdiri, begitu juga para pengawalnya. Danu dan pengawalnya berdiri. Dua orang pria pengawal Alex mengapit Piya. Alex menodongkan pistol ke Danu. "Ambil semua uang itu, gadis itu milikku", Alex meninggalkan ruangan itu, Danu pasrah dan diam. Lagipula dia tidak rugi apa-apa.
Piya di seret di bawa keluar dengan paksa masuk Lift hotel menuju lantai base. Salam yang berada di lift yang sama terkejut. Begitu pula Piya. Dia tak menyangka bertemu Salam di sini. "Ya Lam!" Piya bersuara. Salam tertegun. Para pria itu mencekal tangan Piya dan melotot dengan garang ke Salam. Salam mengerti Piya sedang menyamar. Salam keluar dari Lift setelah mereka. Piya di tarik paksa menuju mobil.
Piya menginjak kaki pria yang mencengkram tangannya dengan sepatu highheel miliknya. Memukul tekuk pria itu dengan keras. Pria itu tersungkur. Lima Pria lainnya mengelilingi Piya. Alex menunggu di mobil. Tiba-tiba pintu mobil Alex terbuka, Salam dengan cepat melumpuhkannya. Alex pingsan. Piya terlibat perkelahian tak imbang. Dia mengalami kesulitan dengan sepatu high heel yang dikenakannya. Salam bergabung dengan Piya. Kelima pria itu dalam hitungan detik telah di lumpuhkan. Polisi pengintai muncul di tempat itu dengan cepat. Mereka berada di tempat itu sejak tadi sore. Di ruang tempat pertemuan, Danu dan anak buahnya di bekuk dengan barang bukti.
Salam memeluk Piya. Melindungi tubuhnya dengan jaketnya, dan membawanya ke dalam mobil polisi.
Di ruangan pesta, Delima kehilangan Salam, dia sangat kecewa, Salam pergi dari acara pesta tanpa pamit dengannya. Delima malu. Belum pernah ia merasa dipermalukan begini. Teman-temannya menanyakan Salam. Dia mencari alasan dengan berbohong.
Salam memeluk Piya dengan erat. Tubuh Salam bergetar hebat. Peristiwa tadi mengingatkan pertempuran kecil yang pernah di alaminya di masa lalu. Piya merasakan sesuatu yang berbeda dengan Salam. Dia memerintahkan sopir membawa mereka ke rumah Fatma.
"PIYA!! Fatma terperanjat. Piya berubah menjadi seseorang yang tak di kenalnya. Piya menepiskan tangannya. "Ctt...nanti aja ku jelaskan. Bantu Ryozo dulu!" Wajah Ryozo pucat. Tubuhnya menggigil. Piya membawa ke kamar tamu di rumah Fatma. Membaringkannya di kasur. Sepatu Ryozo dilepas. Piya menyelimutinya. Tubuh Ryozo dingin. Arman menyuntikkan obat penenang di lengannya. Tak lama Ryozo tertidur.
Piya melepas bulu mata palsunya, Arman dan Fatma menatapnya menunggu penjelasan. "Aku menyamar, tugas pengintai penjahat. Ryozo muncul di hotel tempatku di culik. Aku tidak tahu kenapa dia bisa berada di sana. Mungkin dia menemukanku dengan GPS. Dia membantuku duel dengan para penjahat. Lalu dia seperti ini", Fatma masih heran melihat penampilannya. "Kamu seperti wanita 'aktivis' malam", katanya sedikit sopan, menyebut istilah aktivitis untuk sesuatu. Piya tersenyum. "Ceritanya memang begitu. Bagaimana? aku cantikkan?" Piya berlenggak lenggok berjalan di depan Fatma. "Aish. Menakutkan! Kamu terlihat aneh!" Fatma ngeri membayangkan Piya bermake up tebal dan berpakaian minim begitu di depan para pria. Dia sangat menggoda.
Santi datang membawakan baju ganti untuk Piya lalu membantunya melepaskan rambut extension miliknya. Piya harus mengeluarkan banyak biaya untuk mempunyai rambut seperti ini. Sekarang harus di lepas.
Santi menceritakan kalau Salam alias Ryozo pergi keluar undangan makan malam ulang tahun Delima. Jadi Ryozo ada di hotel itu bersama Delima. Piya menyimpulkan. Santi pulang ke rumah mengabarkan keberadaan Salam di rumah Fatma bersama Piya. Santi menceritakan kenapa Salam bisa sampai di dana bersama Piya Ibunya lega Salam sudah di tangani. Tetapi ia bersiap menghadapi Rasti kalau dia datang atau bertanya tentang Salam.
Benar saja. Keesokan harinya. Rasti datang dengan wajah gusar. " Mana Salam? Aku mau bicara dengannya", Rasti langsung kepada pokok pikirannya. "Dia tidak ada disini", jawab Rinda datar. Kakaknya ini selalu memaksakan kehendaknya. "Kemana dia?"
"Ada apa mencarinya?" Rinda menunjukkan kesan tak suka.
"Dia meninggalkan pesta begitu saja. Membuat Delima malu", Rasti kesal.
"Pesta? Pesta apa? Jadi tadi malam kalian membawa Salam ke pesta? Apa kalian tahu Salam fobia pesta?" Rinda bicara keras. Baru kali ini ia meninggikan suara di depan kakaknya.
"Apa? kenapa kamu g bilang?" Rasti kaget.
"Kenapa kalian berbohong. Kalian bilang cuma makan malam, bukan pesta!" Rinda kesal. Pasti ada sesuatu yang mereka rencanakan.
"Itu hanya pesta kecil ulang tahun Delima", suara Rasti melunak. Karena itu Salam pergi. Salam tidak suka pesta. Delima tidak tahu itu. Kasian putrinya itu, dia terobsesi dengan Salam.
"Rinda! Aku ingin menjodohkan Salam dengan Delima. Bagaimana menurutmu?" Rasti berterus terang akhirnya.
"Apa? Tidak bisa! Salam menantuku!" Jawab Rinda spontan.
"Menantumu?"
lRinda tersadar. Dia keceplosan. Piya bisa di hukum karena melanggar disiplin. "Maksudku Salam tunangan Piya", Rinda meluruskan.
"Tunangan? Kapan?" Rasti bisa merasakan Delima patah hati. Pemuda yang ditsksirnya tunangan kakak sepupunya. "Minggu lalu di Jepang", jelas Rinda menjatuhkan Rasti. Kakaknya itu tersandar di sofa. Baru kali ini keinginannya di tolak adiknya.
Rasti pulang. Delima melemparkan benda-benda di sekitarnya. Dia marah malu, kesal, sakit hati, kecewa, entah perasaan apa yang menonjol. Yang jelas dia malu dan sakit hati karena patah hati. Piya merebut kesempatannya. Begitu menurut perasaan Delima. Sebenarnya dia lah yang berusaha mencari kesempatan itu meski ia juga merasakan kedekatan Salam dan Piya. Piya tidak tahu malu, tinggal satu rumah dengan pria sebelum menikah. Delima sirik. Dia benar-benar merasa seperti pecundang.
....
Ryozo sadar. Dia menemukan Pita tertidur di sisinya dengan wajah aslinya. Tidak ada lagi riasan tebal di wajahnya. Ryozo bergerak, Piya terbangun. Tangan Ryozo di atas tubuhnya. Piya kaget berusaha bangun. Tetapi Ryozo menariknya ke pelukannya. Ryozo memeluknya dengan erat. Seperti takut dirinya menghilang. Nafas Ryozi jatuh di telinga Piya. degdedeg!" Jantung Piya berdebar kencang. Pelukan Ryozo hangat. Piya serasa hanyut. Matanya terpejam. Berikutnya bibir Ryozo jatuh ke bibirnya. Ryozo mencium Piya. Ciuman pertama mereka. Halus dan lembut. Piya terbuai. Ryozo membuatnya mabuk.
Pintu kamar di ketuk. Dua orang yang sedang jatuh cinta itu menghentikan aktivitasnya. Wajah Piya memerah. Dia bangun membuka pintu. Perawat masuk membawakan sarapan bubur buat Ryozo dan obat untuknya. Piya lupa, Ryozo sudah jadi pasien di rumah ini. Piya membiarkan perawat itu masuk. Ia masuk ke kamar mandi. Ciuman Ryozo masih menyisakan kehangatan di bibirnya. Piya tersenyum. Dia sudah mabuk kepayang. Kalau bukan di rumah Fatma. Mungkin dia sudah kebablasan. Kenapa tidak. Bukankah mereka sudah menikah. Tetapi tidak mungkin mereka bulan madu di rumah orang lain. Piya tersenyum di antara air pancuran. Matanya terpejam. Dia tidak menyadari Ryozo masuk kamar mandi. Dan memeluk tubuh telanjangnya dari belakang. Pria itu sudah tak tahan. Piya terpekik kaget. Ryozo tanpa pakaian memeluk tubuhnya di bawah shower yang mengguyur hangat. Dua insan yang mabuk cinta itu kembali berciuman dengan penuh gairah. Mandi bersama. Memberikan usapan busa lembut bergantian. Sambil berpelukan tanpa menghentikan ciuman yang menggairahkan.
Piya mengeluarkan suara tertahan, ketika Ryozo mencium di puncak dadanya. memberi tanda kepemilikan di tubuhnya. Piya menyesal. Kenapa baru sekarang mereka bermesraan, dia tidak tahu kalau bermesraan seperti ini lebih memabukkan dari anggur merah. Membuat kecanduan seperti narkoba. Lebih enak dari makanan. Dia ingin terus. Terus ke tingkat hasratnya. Tetapi ia sadar di sini bukan tempatnya. Piya mendorong tubuh Ryozo. "Kita pulang!" Ryozo tersenyum. Pulang. Di rumah mereka lebih nyaman. Ryozo mencium keningnya. Perut Ryozo berbunyi. Dia tidak makan dari kemaren sore. Perutnya lapar. Bunyi perutnya membuat Piya tertawa.