Dor!!
Dor!!
Dor!!
Brak!!!
Kepala seorang pria di pukul dengan balok kayu. Dia pingsan di tempat. "Sial, apa-apan ini, kenapa baru tiba di Jakarta aku langsung di sambut dengan puluhan preman?
Felix menyerahkan pistol pada pria di sebelahnya. Mereka sedang bersembunyi di balik drum besi dan beberapa potong kayu melapisinya.
"Berapa banyak anak-anak yang kau bawa Felix?" Pria itu terengah-engah dan mengelap keringat yang membasahi keningnya, dia kemudian menyeka luka di bibirnya. Jika wanita melihat ini mereka akan mengatakan, "He is so sexy."
"25 orang tuan," jawab felix yang tetap sigap memegang pistol dan membidik beberapa orang. Sedikit demi sedikit orang-orang yang mencelakai mereka pun jatuh ke tanah. "Kau lihat penjahat-penjahat ini? Mereka membawa 80 orang untuk menghadapi kita."
"Aku baru saja tiba, ingin beristirahat dan kemudian mobil yang aku tumpangi mengalami kecelakaan."
"Dan kita harus melarikan diri, jika bukan karena aku kuat mungkin aku tidak akan selamat."
Dor!
Peluru menembus lengan Dave. "Tuan," Felix panik dan konsentrasinya berkurang. Dia juga terkena tembakan di lengan.
Dave membidik lagi orang-orang yang menembaki mereka.
Dor!
Tembakan terakhir menyebabkan Dave lega. Mereka pun keluar dari tempat persembunyian dan memeriksa setiap mayat. Tanpa di sadari, seorang pria yang tergeletak di tanah mengarahkan tembakannya pada betis Dave.
Dor!!
Bruk!!
Dave jatuh tersungkur ke depan. Felix langsung menembaki pemuda yang tergeletak tepat di kepala dan jantungnya.
Dave menghampiri pria yang mati di tanah dan berkali-kali menembakinya.
"Cukup Tuan," Felix meraih lengan Dave yang memegang pistol. "Cih," sekali lagi Dave meludahi mayat itu, melampiaskan kekesalannya.
Felix di bantu oleh beberapa anak buahnya memapah Dave. Mereka memutuskan untuk ke rumah sakit terdekat untuk segera mendapat perawatan.
"Ini Kursi Rodanya pak silahkan duduk," kata seorang perawat dengan ramah. "Tidak perlu, Felix bantu aku!" kata Dave ketus.
25 bawahan Felix kemudian di bawa ke ruang perawatan. Dave dan Felix juga menjalani operasi kecil untuk mengangkat peluru yang bersarang di tubuhnya.
Selama 4 hari di rawat Dave merasa bosan dan ingin jalan-jalan di sekitaran rumah sakit. Dave memang orang yang keras kepala dan tidak bisa diam. Dia di bantu dengan tongkat untuk berjalan.
Dave melihat anak belasan tahun sedang duduk dengan wajah depresi. Dave pun duduk di sebelahnya. Dalam pandangan Dave, anak laki-laki itu seperti dia yang sedang depresi saat kehilangan ibunya.
"Hei, Bocah! Kenapa kau terlihat sedih?" Jonathan menatap pria tampan yang tidak di sadari kedatangannya. "Aku rindu Ibu," ucap Jo Pelan. "Kau harus menemuinya, dimana ibumu sekarang?" Jonathan hanya melihat ke langit dan Dave sudah tau jawabanny.
Masih menatap ke langit Jonathan berkata, "Apa aku harus menyusul ibu?" Pertanyaan Jonathan pernah menjadi pertanyaan Dave juga saat dia kehilangan ibu untuk selamanya.
"Apa kau masih punya seseorang yang mencintaimu?" tanya Dave lagi dan Jonathan mengangguk cepat. "Jika kau masih punya seseorang yang mencintaimu kau tidak boleh menyusul ibumu sekarang."
"Kenapa?" Jonathan penasaran dengan Pernyataan Dave. "Dia akan seperti dirimu sekarang." Wajah Jonathan seakan meminta penjelasan. Dia tidak mengerti maksud dari perkataan Dave.
"Orang yang mencintaimu itu akan depresi, tidak mau makan dan tidak mau hidup lagi, dia ingin menyusulmu juga." Jonathan mengerti. "Tidak boleh kakak tidak boleh mati."
Jonathan tidak bisa membendung air matanya, dia terisak. "Kakakku tidak boleh mati. Aku sangat mencintainya. Tapi aku terus membuatnya terluka. Menurutmu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Jonathan yang mengusap-usap air matanya.
"Jadilah seperti dirimu yang biasa! Kakakmu pasti sangat tertekan dengan keadaannya. Kamu juga harus menjadi lebih kuat dan menjadi pelindung untuk kakakmu. Kamu akan segera jadi dewasa, kan?"
Tanpa sadar Dave mengelus kepala Jonathan. Untuk pertama kalinya Jonathan tersenyum. Air mata jatuh di pipi Sienna. Sejak ibunya meninggal Jonathan tidak pernah tersenyum.
"Dave Mckill bisa baik juga ternyata." Mr.Felix di sebelahnya melongo. "Bukannya dia arogan, kasar, tidak sabaran, pemarah dan banyak sifat buruk lainnya?"
Mr Felix mengalihkan pandangannya pada Dave dan Jonathan. "Ya itu tidak sepenuhnya salah, hanya saat bertemu anak yang sama sepertinya dia akan menjadi pria yang lembut."
Sienna dan Felix masih menatap Jonathan dan Dave yang berinteraksi seperti adik dan kakak. "Terima kasih Kak, Aku akan jadi Jonathan yang seperti sebelumnya. Tidak akan menyusahkan kakak dan akan menjadi pelindung untuk Kakak."
Pernyataan Jonathan membuat Sienna terharu. Sienna menyeka air mata yang tersisa di wajahnya. "Lalu ibu kakak ada di mana?" Tanya Jonathan pada Dave. Dave melihat ke arah langit dan cukup menjadi jawaban dari Jonathan.
Jonathan sangat senang bertemu dengan Dave yang memiliki kesamaan dengannya yaitu sama-sama tidak punya ibu. Mereka cukup lama ngobrol, dan kemudian berpisah untuk kembali ke kamar masing-masing.
Sienna masuk ke kamar Jonathan dengan membawa makanan untuknya makan siang. "Kakak!" Jonathan yang sebelumnya hanya menatap jendela kini tersenyum pada Sienna. Dia memakan dengan lahap semua yang di bawakan oleh Sienna dan memakan obat dengan teratur.
Selama 2 minggu Jo menjalani Konseling dengan Psikiater. Jo mengikuti semua terapi dan memakan semua obat. Tidak butuh waktu lebih lama Jonathan sudah di nyatakan hampir pulih. Hanya perlu memakan obat hingga seminggu kedepan.
"Kak, waktuku di Indonesia tinggal 2 minggu lagi, aku harus kembali ke Massachusetts. Aku ingin jalan-jalan ke Dufan, ke PIK, ke Bali. Huh, aku pingin ke semua tempat." rengek Jo dengan manja pada Sienna.
"Yah kalau ke bali bik Inah sm Mr.Robert gak bisa ikut dong?"
"Eh benar juga ya kak, yaudah aku mau yang dekat-dekat aja." Jonathan langsung memeluk Senna. "Aku sayang kakak."
"Aku juga sayang Jo." Jonathan dan Sienna pun menikmati 2 minggu libur mereka. Hampir semua tempat rekreasi di jabodetabek di datangi oleh mereka berdua. Steve dan Bodyguard pun selalu mendampingi ke mana mereka pergi.
"Bik Inah, Mr.Robert aku gak mau pergi." Rengek Manja Jonathan. "Kakak, aku gak mau pergi!" Mereka sudah di bandara mengantar kepergian Jonathan. Jonathan memeluk mereka satu persatu dan akan merengek. Sejak dia bicara dengan Dave entah kenapa dia semakin manja.
"Kak, aku pernah bertemu kakak di rumah sakit. Dia di bantu tongkat untuk bisa jalan, aku ingin menemuinya tapi dia sudah tidak ada di rumah sakit. Jika kakak punya nomor WA nya kakak harus segera kasi tau Jo ya!"
Sienna hanya mengangguk mengiyakan permintaan Jonathan yang ingin berhubungan dengan Dave.
"Big No, Big No, Jo! Never!" Batin Sienna. Dave adalah orang yang berbahaya. Dia akan selalu memastikan dirinya untuk tidak berhubungan dengan Dave dan antek-anteknya kecuali masalah bisnis.