webnovel

Gong Eun Ra : Contested Woman

Versi Indonesia : Two Sides A Life Vol. 1 : Mencintai Seseorang Yang Tidak Membalas Mencintai. Chapter 1 s/d 155 : Mencintai tidak selalu tentang mengusap puncak kepalanya dan mencium keningnya setiap bertemu. Ini adalah cinta seorang pria dewasa yang sangat dingin, keras kepala, dan sangat egois untuk umurannya. Kim Tae Jung nama pria itu. Selain hidupnya selalu buruk, masa depannya juga kacau. Kim Tae Jung mencintai Gong Eun Ra, dan Kim Tae Jung tahu jika wanita yang dicintainya tidak mencintainya. Selain harus bersaing dengan Kim Tae Hyun, adik laki-lakinya. Kim Tae Jung juga harus bersaing dengan Park Ji Kang, sepupu laki-lakinya. Yang jelas-jelas tidak mencintai Gong Eun Ra, namun wanita itu tergila-gila pada Park Ji Kang. Si pria dingin dan rumit. Vol. 2 : Perubahan Tidak Merubah Perasaan. Belum memiliki Eun Ra, tidak membuat Kim Tae Jung diam. Sekalipun Kim Tae Jung tahu pernikahan Kim Eun Ra dan Kim Yoon Gi resmi adanya, Kim Tae Jung tetap tidak menyerah. Pria yang sudah tergila-gila pada Gong Eun Ra sejak benar-benar berusaha dengan keras menjadi dirinya sendiri dan mengembalikkan ingatan Eun Ra yang hilang begitu saja. Merasa percaya diri akan menang, pada akhirnya Kim Tae Jung menyadari. Masa lalu tidak bisa menjadi Masa depan. Baca selengkapnya di sini. Update setiap hari, 2 chapter sampai tanggal 31 Agustus 2022. Vol. 1 : Chapter 128 (31 Mei 202) Vol. 2 : Chapter 22 (30 Juni 2022) Vol. 2 : Chapter 84 (31 Juli 2022) Vol. 2 : Chapter 144 (31 Agustus 2022) ...........s/d

sakasaf_story · 都市
レビュー数が足りません
282 Chs

16. Sebuah Luka Kecil.

Pukul dua pagi dini hari.

Tae Hyun dan Ji Kang pulang dari kantor kakek mereka. Benar-benar sangat sulit lelah mengurus kantor milik kakek mereka ternyata. Tidak hanya beberapa ada yang salah cetak, laporan keuangan juga hampir tidak balance dan Ji Kang harus mengambil alih pengurusan dana. Uang pengeluaran dan uang pemasukan harus di sana ratakan agar Tae Jung juga tidak merasa ada yang aneh.

Ji Kang pusing di ruangannya sendiri (Direksi keuangan) dan Tae Hyun berdiam diri mengoreksi laporan bulan ini dan penutupan laporan akhir bulan.

Mereka pusing sendiri, di ruangan yang berbeda sampai selesai dengan apa yang sedang mereka pegang. Jam dua pagi saja Ji Kang sudah selesai satu jam sebelumnya, hanya saja pengoreksian dari Tae Hyun adik sepupunya masih belum selesai.

Keduanya harus bekerja sama mencetak dokumen salah cetak karena kesalahan bawanan bagian percetakan. Tidak masalah sebenarnya, Ji Kang selesai dengan laporan keuangan akhir bulan dan mengoreksi uang pengeluaran dan pemasukan Ji Kang membagi tugasnya dengan Tae Hyun yang sedang mengoreksi dokumen.

"Kau pikir bekerja di Perusahaan kakek akan membuatmu senang? Urus saja perusahaan paman jika kau tidak ingin mati menghabiskan waktu dan masa mudamu," nasihat Ji Kang pada Tae Hyun yang terus mengeluh dan memijat kepalanya terasa sangat pusing.

"Tapi memang kakek sangat pilih kasih padaku, kau setidaknya mendapat harta warisan dari kakek, aku sama sekali tidak." Ji Kang memutar bola matanya malas begitu mendengar gerutuan Tae Hyun lagi.

"Jika aku pikir-pikir lagi, aku sendiri pun tidak akan pernah bisa mengurus perusahaan kakek apapun masalahnya. Hari ini saja kau baru bergabung mengurus perusahaan, kau menginginkan apa dari warisan kakek? Uang? Jika uang sudah aku dapatkan, aku tidak akan mau tinggal di mansion ini," jelas Ji Kang pada Tae Hyun agar paham dengan apa yang sedang Tae Hyun inginkan.

"Apa kau tidak mendapatkan uang? Kenapa tidak uangkan saja Perusahaan ini? Dijual, mungkin," saran bodoh Tae Hyun di tertawakan Ji Kang. Kenapa adik sepupunya ini bodoh sekali, kenapa Tae Jung sangat cerdas namun Tae Hyun tidak ada keinginan untuk ingin pintar?

Sangat bodoh!

"Tutup mulutmu!" keluh Ji Kang berjalan cepat menuju kamarnya yang ada di lantai tiga lebih dulu. Kakinya lelah, sialan. Ji Kang harus mondar-mandir ketempat percetakan dengan keadaan berdiri dan berjalan bolak-balik.

Tae Hyun menghela nafasnya berat, Ji Kang kakaknya memang sangat dingin. Dia benar-benar tidak bisa menjadi seorang kakak yang baik untuk Tae Hyun yang manja.

Tapi memang benar, Ji Kang terlalu datar dan monoton untuk ukuran seorang Tae Hyun yang suka bersenang-senang seperti dirinya.

"Kak Ji Kang, menyebalkan," keluhnya selesai. Tae Hyun menghela nafasnya berat berjalan mengikuti Ji Kang menuju lantai tiga. Namun matanya melihat ke ruangan CCTV dimana Tae Hyun bisa mendapatkan sesuatu dari yang bisa dia inginkan.

"Tidakah aku harus ke sana? Aku ingin melihat kemana saja Eun Ra pergi dan apa saja yang dia lakukan hari ini. Mungkin saja rasa lelahku bisa hilang," anggapnya pelan. Tae Hyun berjalan turun menuju lantai dua lagi. Tangannya membuka ruangan CCTV dan mulai menguncinya secara sepihak dari dalam.

"Baiklah Eun Ra," ucap Tae Hyun menjadi sangat bersemangat menggosok-gosokan kedua telapak tangannya tidak sabaran. Tae Hyun mengetik nomor, waktu, tanggal, dan hari.

Selesai dari itu semua komputer mengarah pada dari dimana tadi pagi baru saja dimulai. Tae Hyun melihat dengan jelas dimana Eun Ra baru saja selesai bangun, membersihkam tubuhnya sendiri, turun untuk sarapan, naik lagi dan masih banyak lagi.

Hingga detik kurang dari satu setengah jam dari sekarang terlihat alis Tae Hyun menyatu bingung.

"Kak Tae Jung datang ke kamar Eun Ra malam-malam sekali?"

○○○

Pukul lima pagi.

Eun Ra sudah siap dengan pakaian yang sudah tersedia di dalam lemari kamarnya. Eun Ra mengenakan pakaian rapi dan mulai bersiap untuk bekerja.

Eun Ra melihat ke arah cermin dimana dia bisa melihat dirinya sendiri. Helaan nafas terdengar begitu jelas dipendengarannya. Ada rasa sedikit takut sekarang pada Tae Jung. Semenjak dimana Eun Ra hampir kehabisan nafas disitulah dimana Eun Ra merasa Tae Jung adalah bencana.

Eun Ra membelakangkan rambutnya melihat seberapa besar luka di dahinya. Ahhh. Dirinya terjatuh saat akan mandi, untung saja kepalanya tidak sampai mengeluarkan darah kemarin.

Eun Ra berpikir lukanya harus di tutupi dengan poni dan anak rambutnya. Eun Ra menata rambutnya hampir sepuluh menit dan jam sudah menunjuk pukul enam pagi. Dia mulai keluar dari kamarnya dan langsung pergi ke kamar tuannya.

Tae Jung.

Berjalan sampai pada ruangan dimana Tae Jung beristirahat, Eun Ra mengetuknya hampir beberapa kalim merasa tidak mendapat jawaban Eun Ra dengan lantang berjalan masuk menuju kamar milik tuannya dengan sangat pelan. Kakinya berjinjit masuk, melihat Tae Jung sedang tertidur lelap di ranjangnya Eun Ra memilih masuk ke dalam ruangan yang lain.

Ruang kerja Tae Jung, Eun Ra kembali mengetuk ruangan itu. Kali ini ada yang menyahuti. "Masuk!" Merasa mendapat jawaban Eun Ra masuk dalam langkah kecilnya. "Ah, kau," ucap Ji Kang yang sudah siap dengan pakaian serba hitam dan topi di hitam yang sudah dia kenakang sebelum Ji Kang keluar rumah.

"Apa kau akan pergi? Aku harus membersihkan ruangan ini. Apa boleh? Tae Jung memintaku untuk membersihkannya kemarin." Ji Kang menganggukkan kepalanya sama sekali tidak masalah.

Ji Kang mengambil beberapa barang untuk mengisi kopernya, menutupnya dengan cepat lalu dengan tidak banyak bicara berjalan menjauhi Eun Ra. "Aku akan pergi, katakan pada Tae Jung aku akan pergi ke pelabuhan pukul sembilan," jelas Ji Kang meminta Eun Ra untuk menyampaikan pesannya pada Tae Jung.

Eun Ra menganggukan kepalanya pelan dan tidak menambahkan sesuatu yang lebih serius, Ji Kang keluar dengan tas yang dia bawa lalu pergi meninggalkan Eun Ra seorang diri di ruangan kerja milik Tae Jung.

Hampir dua jam Eun Ra bekerja membersihkan ruang kerja Tae Jung, dan Eun Ra selesai hanya baru sebagian. Eun Ra memilih duduk di kursi sofa milik Tae Jung sebentar.

Baru saja duduk beberapa menit, Eun Ra sudah dikagetkan oleh masuknya seseorang. Dia Tae Jung.

"Kau bekerja dari jam berapa?" tanya Tae Jung pada Eun Ra yang sedang duduk di sofanya namun memilih bangkit untuk mensejajarkan tingginya pada Tae Jung.

Bukankah tadi saat Eun Ra masuk ke kamar Tae Jung dia masih terlelap dalam tidurnya sendiri?

Kenapa Tae Jung sudah berdiri di depannya dengan pakaian rapi akan ke kantor dan menatapnya dengan mata serius. Eun Ra menelan ludahnya sukar, ingatan bagaimana Tae Jung mencium bibirnya hampir membunuhnya terulang.

Tidak membuatnya mati, hanya saja perasaan ingin memiliki tiba-tiba ada tanpa Eun Ra minta.

"Kau melamun, heh?" tegur Tae Jung membuat Eun Ra menelan ludahnya sukar dan menggelengkan kepalanya pelan berhasil kembali pada ingatan dan kenyataannya sendiri.

"Ah, maaf-maaf," jawab Eun Ra yang melihat seberapa Tae Jung berbicara padanya dengan wajar serius, mata menajam meminta jawaban darinya.

"Kau. Bekerja sejak jam berapa?" ulang Tae Jung membuat Eun Ra mengganggukkan kepalanya untuk menjawab dengan jelas karena kewarasannya. "Jam enam, aku melihat tuan Ji Kang masuk ke ruangan ini. Ada pesan yang tuan Ji Kang berikan padamu tuan." Tae Jung menyatukan alisnya bingung tidak berhasil mendapatkan apa yang dia perintahkan padanya.

"Ada apa Kak Ji Kang datang?" tanya Tae Jung membuat Eun Ra menggelengkan kepalanya pelan untuk menjawab. "Tuan Ji Kang bilang dia akan ke pelabuhan, dan membawa beberapa tas berisi bekas untuk ke sana. Pukul sembilan tuan Ji Kang akan sampai." Tae Jung berhasil mengingatnya, dia menganggukan kepalanya beberapa kali.

"Aku mengingatnya," jawab Tae Jung membuat Eun Ra menghela nafasnya lega. Ah, iya. Tae Jung mengingat sesuatu, Tae Jung berjalan mendekati Eun Ra membuat yang didesak sedikit bingung dan memundurkan kakinya sampai pada dinding.

Eun Ra menarik nafasnya sedikit bingung dan takut juga, Tae Jung mendesak Eun Ra sampai dinding ruang kerjanya sendiri. "T-Tuan, ada apa?" tanya Eun Ra sedikit merinding karena nafas Tae Jung terasa diindra perasa Eun Ra.

"Ada apa dengan dahimu, Eun Ra?"

Apa kalian mengharapkan saya datang?

sakasaf_storycreators' thoughts