webnovel

Chapter 12: Sepotong ingatan tentang adik perempuan

Keesokan harinya, ketika aku sedang berjalan-jalan bersama Alicia di sekitar hutan, secara kebetulan kami bertemu dengan Elvy di jalan.

"Yo, Elvy-chan, pagi," sapaku.

"Pagi juga, Riku-san. Tapi, bukankah sekarang sudah siang? Apa kau baru bangun, Riku-san?" balas Elvy dengan senyuman yang lembut.

"Yah, begitulah, karena memikirkan banyak hal semalamam, aku tidak bisa tidur."

Aku memikirkan apa yang Alicia sarankan semalamam, dan pada akhirnya aku tidak bisa tidur. Itu adalah malam yang penuh siksaan, ini pertama kalinya aku begadang karena stress berat.

Mungkin terakhir kali pas aku bermain game seharian dari pagi sampai malam untuk menyelesaikan semua misi yang ada di dalam game itu, tapi tiba-tiba mati lampu dan semua dataku terhapus tanpa sisa.

Itu membuatku sampai demam selama 3 hari.

"Begitukah? Kamu harus lebih menjaga tubuhmu, Riku-san," ujar Elvy yang dengan pengertian mengkhawatirkanku.

Dia benar-benar gadis yang baik.

Hanya menerima kebaikannya saja sudah membuat hatiku terasa damai kembali. Rasanya semua rasa lelah kurasakan menghilang begitu saja.

"Oh ya, ngomong-ngomong, terima kasih karena telah meminjamkan baju ini kepadaku."

"Itu bukan apa-apa, Riku-san. Jika Riku-san memerlukan sesuatu lagi, tolong segera beritahu aku. Aku akan menyiapkannya untukmu," ujar Elvy dengan senyuman polos yang ceria.

Ya ampun, dia benar-benar sangat imut.

Itu membuat hatiku hampir saja terjerat oleh senyuman polosnya itu. Bukankah ini terlalu curang untuk seorang gadis bisa menjadi seimut ini?

Aku ingin memeluknya dan ingin lebih memanjakannya. Tapi, tenanglah diriku, jika kau melakukan itu, itu akan sama saja seperti penjahat kelamin. Aku bukan orang yang seperti itu.

Tapi, entah kenapa, setiap kali aku berbicara dengannya, perasaanku selalu bergejolak dengan sangat aneh. Aku selalu merasa nyaman ketika berada di dekatnya. Ini adalah pertama kalinya aku bisa berbicara secara normal dengan seorang gadis lain selain Alicia.

Mungkinkah jika terus seperti ini aku bisa masuk ke dalam rute Elvy dan memenangkannya?

"Halo halo, Riku-san~ apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat menjijikan loh~"

Mungkin menyadari isi pikiranku, Alicia tersenyum jahil ketika dia menggodaku seperti itu.

Itu membuatku sedikit kesal dan malu, jadi aku batuk sekali untuk mereset emosiku.

"Uhuk— Yah, apa yang kau lakukan di sini, Elvy-chan?" tanyaku, mencoba untuk mengubah topik pembicaraannya ke arah yang berbeda.

"Aku baru saja mengantarkan makanan untuk semua orang, apa Riku-san dan Alicia-san sudah makan? Kami masih memiliki persediaan makanan yang cukup banyak di gudang, apa ingin aku mengambilkannya untuk kalian?"

"Terima kasih, Elvy-chan. Tapi aku baik-baik saja, aku sudah makan."

"Benarkah? Yah, baguslah kalau begitu," ucap Elvy dengan senyuman yang manis.

Melihat itu, aku juga tersenyum lembut.

"Ahahaha, Elvy-chan benar-benar sangat baik, tidak hanya pekerja keras, dia juga sangat imut. Aku yakin kau akan tumbuh menjadi anak yang hebat," ucapku dengan wajah yang terlena-lena, mirip seperti seorang ayah yang memanjakan anaknya, meskipun seharusnya umur Elvy lebih tua dariku.

"Umm… Riku-san? Ini sedikit memalukan…"

"Hm? Oh, ma-maafkan aku."

Mungkin karena aku terlalu terlena dengan fantasiku sendiri, tanpa sadar tanganku meraih kepala Elvy dan mengelusnya. Dia terlihat sangat malu dengan wajahnya yang memerah.

Aku dengan buru-buru segera melepaskannya.

"Ti-Tidak, aku baik-baik saja. Malahan aku suka ketika ada seseorang yang mengelus kepalaku."

"Be-Begitukah?"

"Yah, entah kenapa, Riku-san selalu mengingatkanku kembali dengan bayangan kakakku yang sudah pergi, kalian memiliki suasana yang sama."

"Aku?"

Terkejut dengan penilaian yang subjektif itu, mataku terbuka lebar.

"Yah, kalian sama-sama orang baik!" teriaknya dengan senyuman yang polos, itu membuatku sedikit senang.

Kemudian, dengan malu-malu, dia berkata kembali. "U-Umm, Ri-Riku-san. Bi-Bisakah kamu melakukannya lagi? Aku benar-benar suka ketika kepalaku dielus oleh kakakku," ujarnya.

Tapi, mendengar itu—

"...."

—Aku seketika terdiam.

Dunia seakan-akan berhenti ketika Elvy mengatakan hal itu. Mulai dari suara dan visual, semuanya seolah direbut dariku. Aku tak dapat melihat apapun di sekitarku yang bergerak, dan suara-suara berisik di sekitarku hanya berdengung dengan frekuensi suara yang sangat kecil.

Pada saat yang bersamaan juga...

Tiba-tiba sebuah kenangan yang paling tidak ingin kuingat lagi, terlintas di dalam benakku.

Itu adalah ingatan terdalam yang seharusnya sudah lama kulupakan dan kuabaikan.

Tapi, entah bagaimana, dengan melihat Elvy dan berbicara dengannya, ingatan itu mulai pulih secara perlahan-lahan.

"Riku-san?"

Melihatku yang hanya terdiam dari tadi, Elvy bertanya-tanya, dia memiringkan kepalanya dengan bingung.

Tapi, aku sama sekali tidak dapat mendengar suaranya. Dunia di sekitarku berhenti, dan aku merasa seperti tidak berada di dalam dunia itu.

Sesuatu seakan mencoba untuk merebut diriku dari dunia ini, dan jika dibiarkan seperti ini terus, aku merasa jika aku akan kehilangan sesuatu yang sangat penting.

Namun, saat itu juga, tiba-tiba seseorang memukul punggungku dengan sangat kuat.

"Hei, apa yang kau pikirkan?! Jangan diam aja, katakanlah sesuatu!" teriak Alicia dengan kesal sambil menampar punggungku dengan sangat kuat.

"Hnng—?!" Aku menjerit dengan suara yang lirih.

Itu benar-benar rasa sakit yang sangat perih, sehingga membuatku sedikit menangis.

"A-Alicia-san kau tidak boleh melakukan itu!"

Elvy yang melihatnya segera membelaku, tapi Alicia tampak sama sekali tidak peduli.

Aku memalingkan pandanganku ke arah wanita itu, dan di sana dia hanya mendengus kesal sambil menyilangkan kedua tangannya.

Melihat itu, aku mengernyit.

Ya ampun, apa dia tidak bisa melakukannya lebih lembut sedikit. Ini benar-benar sangat sakit.

"Maaf Elvy-chan, aku baik-baik saja," ujarku dan mulai kembali berdiri seperti semula.

"Be-Benarkah?" tanya Elvy yang masih cemas.

Kemudian, setelah berdiri, aku tersenyum tipis sembari mengelus kepalanya dengan lembut. Saat aku melakukan itu, Elvy benar-benar terlihat sangat bahagia dan menikmatinya.

"Jangan khawatir, jika hanya begini saja bukan apa-apa bagiku. Maaf telah membuatmu cemas," ujarku yang mencoba untuk menenangkannya.

Mendengar itu, Elvy merenungkannya sejenak, dan menghela nafasnya. "Baiklah, jika Riku-san yang mengatakannya, aku tidak akan menanyakannya lagi," balasnya dengan senyuman yang manis dan kemudian hanya fokus menikmati dirinya sendiri ketika aku mengelus kepalanya.

Dia benar-benar sangat imut.

Melihat ini jadi mengingatkanku kembali kepada adik perempuanku yang sudah lama pergi.

"Huh?"

Saat aku memikirkan hal itu, mataku langsung terbuka lebar, dan sebuah ingatan tiba-tiba terlintas di dalam benakku. Sebuah kenangan yang menyenangkan bersama adik perempuanku.

("Onii-sama*, Shina sudah berjuang keras, jadi Shina berhak untuk mendapatkan hadiah. Shina ingin Onii-sama untuk mengelus-elus kepalanya!")

Hanya bisa duduk terdiam di dalam sebuah kasur rumah sakit yang sepi, seorang gadis tersenyum manis ketika dia berbicara kepadaku.

(Onii-sama maksudnya kakak laki-laki/kakanda)

Ketika itu juga, aku dengan senang hati menuruti permintaannya yang polos itu.

"Ya ampun, kau benar-benar adik yang merepotkan," ucapku sambil mengelus kepalanya.

"Oh, kakakku juga sering mengatakan hal itu kepadaku. Riku-san benar-benar sangat mirip sekali dengannya!" sahut Elvy dengan senyuman polosnya yang sangat bersemangat.

Kemudian, aku tidak mengatakan apapun lagi, dan setelah itu, kami berpisah di sana.

Sekarang hanya tersisa aku dan Alicia saja.

Aku melambaikan tanganku dengan senyuman yang lembut kepada Elvy yang juga melambaikan tangannya kepada kami dari kejauhan.

"Apa kau tidak akan bertanya?" ucapku.

"Kau ingin aku bertanya?" balas Alicia.

Aku memejamkan mataku sejenak dan tersenyum tipis. "Tidak, terima kasih, itu sudah cukup."

Setelah itu, kami pergi meninggalkan tempat tersebut, menuju tempat tujuan kami selanjutnya, yaitu ruangan diskusi di mana sekarang sudah waktunya semua orang berkumpul lagi di tempat tersebut, untuk melanjutkan kembali diskusi kami yang sebelumnya masih belum selesai.