webnovel

Chapter 11: Beri waktu istirahat kepada pemuda ini

Setelah kami melakukan diskusi selama 4 jam lebih, tanpa kami sadari hari sudah menjelang malam, dan kami memutuskan untuk menunda diskusi sampai besok.

Pada akhirnya, kami sama sekali tidak dapat membuat keputusan apapun.

Sekarang, aku berada di kamar yang dipinjamkan untukku sendiri. Tapi, berkat semua yang terjadi hari ini, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Aku tidak bisa berhenti untuk tidak merasa gelisah, jadi aku menggunakan waktuku untuk melihat bulan melalui jendela yang ada di dalam kamar tersebut.

Berbeda dari bulan di duniaku, bulan di dunia ini bersinar dengan warna biru yang indah, bersama bintang-bintang yang berkilauan.

Sembari melihat mereka, aku memikirkan tentang diskusi kami hari ini.

"Tampaknya ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk mereka dapat merangkum semuanya menjadi satu," gumamku dan menghela nafas dengan lelah.

Sebenarnya aku juga sudah memikirkan sebuah rencana untuk menghadapi pertempuran ini.

Pertama, dalam pertempuran kali ini, Alicia mungkin dapat berguna untuk melawan Vampir itu, karena bagi mereka, Alicia sudah seperti musuh alami, jadi kurasa itu tidak akan membutuhkan usaha yang keras untuk menghabisi Vampir itu.

Hanya saja, yang menjadi masalah utamanya adalah naga itu, dan juga segerombolan monster lainnya yang masih berkeliaran di desa tersebut.

Hanya dengan anggota kami saat ini saja, mustahil untuk mengalahkan naga itu. Aku bisa jamin sebelum kami dapat sampai ke Pohon Suci dan mengalahkan Vampir itu, kami semua sudah terbantai habis oleh naga tersebut.

Jika itu untuk melawan naga, Alicia dan aku sama sekali tidak berguna… terutama aku.

Serius dah, kenapa aku harus ikut campur ke dalam masalah yang merepotkan seperti ini?

Aku mungkin bisa membuatkan [Buff Potion] untuk semua orang, tapi aku sama sekali tidak memiliki kemampuan bertarung yang tinggi. Aku mungkin bisa mengalahkan beberapa slime dan goblin, tapi naga sudah berada dilevel yang jauh berbeda.

Saat ini levelku juga masih satu digit, aku yakin aku hanya akan menghambat mereka semua. Jadi, bukankah jauh lebih baik jika aku tinggal di tempat ini selagi mereka pergi?

Aku sama sekali tidak ingin terlibat dengan pertarungan yang mempertaruhkan nyawaku lagi.

Selagi aku memikirkan hal itu, tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh seseorang.

"Riku, kau masih bangun?" tanyanya.

"Masuklah, aku masih bangun," jawabku dan mempersilahkannya untuk masuk.

Saat pintu tersebut terbuka, aku melihat Alicia dengan gaun one-piece tipis berwarna hijau muda, berbeda dari gaun putih bersih yang sebelumnya dia pakai. Meskipun begitu, dia masih saja terlihat cantik seperti biasa.

Karena baju kami berdua basah oleh hujan dan kotor akibat kami main lempar-lemparan lumpur, kami dipinjamkan baju oleh Elvy dan kepala desa. Aku sekarang juga memakai baju yang sama dengan para Elf pria.

Saat aku bertanya baju siapa ini, sepertinya ini milik kakaknya Elvy, dan saat aku bertanya di mana kakaknya untuk mengucapkan terimakasih, dia hanya menunduk dengan wajah yang sedih. Sepertinya, demi melindungi Elvy dari serangan naga itu, kakaknya terpaksa harus mengorbankan dirinya sendiri.

Karena itulah, aku memiliki alasan untuk mengikuti pertempuran kali ini dan membunuh naga itu. Ini semua demi membalaskan dendam Elvy terhadap kematian kakaknya.

Benar, ini adalah untuk balas dendam. Sama sekali tidak ada maksud tersembunyi di baliknya.

Ini bukan berarti aku ingin tampil keren dan ingin membuat gadis itu jatuh cinta kepadaku. Ini adalah niat tulus yang datang langsung dari lubuk hatiku yang terdalam.

Jadi, akan kupastikan jika aku benar-benar ikut serta di dalam pertempuran kali ini.

"Hei, Riku, menurutmu bagaimana penampilanku?" tanya dewi itu, dan membawaku kembali ke dunia nyata.

Saat itu juga, aku mulai memandangnya dengan tatapan yang tajam, dan setelah berpikir lama, akhirnya aku memberikannya jempol yang mantap.

"Kau terlihat sangat cocok dengan pakaian itu," ucapku, memujinya dengan senyuman yang tulus.

"Aku heran apa yang kau pikirkan sampai seserius itu. Tapi, begitukah? Ini memang memiliki bahan yang nyaman dan sejuk, jadi aku juga menyukainya," balas Alicia sembari dia memutar gaunnya ke kanan dan ke kiri dengan gerakan yang anggun.

"Jadi, apa yang kau inginkan dariku malam-malam begini? Apa kau bermaksud untuk melakukan serangan malam*? Atau mengajakku melarikan diri dari desa ini?" tanyaku dengan nada yang santai.

(Dalam kalimat di atas, yang dimaksud Riku "Serangan Malam" adalah sebuah tradisi di Jepang, di mana seorang wanita tiba-tiba masuk ke dalam kamar seorang pria untuk diajak bercumbu, begitu juga dengan sebaliknya.)

Mendengar itu, Alicia mengenyitkan keningnya, dan menatapku dengan raut wajah yang dingin.

Sepertinya dia terlihat jijik dengan saranku itu.

"Apa kau serius?"

"Tentu saja tidak, maaf, aku hanya bercanda. Bahkan aku tidak sejahat itu untuk meninggalkan mereka ketika mereka telah membantu kita sampai sejauh ini."

"Baguslah, sebenarnya aku ke sini untuk memberikan saran melawan naga itu."

"Eh, bukan serangan malam?!" seruku dengan terkejut.

Mendengar itu, Alicia menghela nafasnya, dan menatapku dengan tatapan yang kosong.

"Untuk apa aku melakukan itu denganmu?"

"Tidak— Yah, uhuk, lupakan." Aku batuk sekali untuk mencairkan suasananya, dan kemudian mengubah topik pembicaraannya.

"Jadi, saran apa yang ingin kau berikan? Apa itu harus hanya kita dua saja yang tau? Bukankah lebih baik untuk mengatakan hal itu besok di dalam diskusi nanti?" tanyaku dengan penasaran.

Alicia menggelengkan kepalanya. "Itu memang benar. Tapi, sebelum itu aku ingin kau yang memutuskannya terlebih dahulu apa kau ingin malakukannya atau tidak," jawabnya dengan ekspresi yang serius.

"Huh? Kenapa aku?" tanyaku lagi yang hanya semakin bingung.

"Karena semuanya tergantung kepada kekuatanmu. Jadi, apa yang ingin kau lakukan dengan saranku, itu semua adalah keputusanmu sendiri, aku tidak akan memaksa," jawabnya.

Setelah itu, kami berdua berbicara dengan panjang lebar, dia memberitahuku semua saran yang dia maksud, yang sepertinya merupakan kunci untuk kami memenangkan pertarungan kali ini.

Tapi, setelah mendengar sarannya, mau tidak mau aku harus menolaknya dengan keras.

"Kau tidak ingin melakukannya?" tanya Alicia.

"Yah," jawabku dengan suara yang rendah.

"Baiklah, itu terserahmu," ujar Alicia, yang kemudian langsung ingin beranjak pergi dari kamar itu. "Riku, aku tau itu sulit. Tapi, aku mau kau memikirkannya lagi, bukankah kau juga ingin menyelamatkan mereka?" lanjutnya.

Tapi, aku hanya terdiam sambil menundukkan wajahku dengan suram.

Melihat itu, Alicia tersenyum sedih dan pergi meninggalkanku sendirian di dalam kamar itu.

"Selamat malam."

"...."

Setelah Alicia pergi, aku berjalan menuju tempat tidurku yang terbuat dari setumpuk dedauan itu, dan berbaring dengan ekspresi wajah yang buruk, sambil memikirkan semua yang dia katakan sebelumnya.

Apa yang Alicia sarankan, itu mungkin bukan saran yang juga terbilang bagus.

Tapi, memang benar, jika aku mengikuti sarannya, mungkin saja kami dapat memenangkan pertarungan kali ini dengan probabilitas yang lebih tinggi.

Namun, tetap saja, aku tidak ingin melakukannya.

Sesuatu yang keji seperti itu, aku yakin yang akan melakukannya hanya orang gila saja.

Aku pasti tidak akan melakukannya.

Tapi—

Apa lagi yang bisa kulakukan untuk mereka?

"Sial, ini menyebalkan."