“Gue sendiri kagak pernah make mobil sport. Kenapa juga mbeliin dia mobil sport” kesal Irwan.
“Serah lu,” sahut Bayu yang mulai menyantap siomaynya.
“Lu kenapa ke sini?” tanya Irwan.
“Gue ke sini lagi ngademin otak. Setelah gue balik. Ulat keket itu tahu nomor telpon gue. Tiap menit tiap detik ngirim fotonya,” jawab Bayu yang boring. “Kalau gue enggak menemuinya malam ini. Bokap gue akan ndepak dari kartu keluarga,” jawab Bayu.
“Hufth... Apes banget ya hidup lu. Kenapa lu bisa dikejar-kejar sama ulat keket itu?” tanya Irwan.
“Entah... Seumur hidup baru kali ini gue dikejar-kejar sama ulat keket. Untung saja gue tinggal di Helsinki kagak separah ini,” jawab Bayu.
“Saran... Lu cari cewek untuk nanti malam. Lu bayar mahal buat sandiwara. Bilang saja kalau lu mau nikah sama dia,” usul Irwan.
“Ide lu bagus juga,” Bayu berdiri sambil meninggalkan Irwan sendirian.
Bayu melihat secarik kertas yang bertuliskan alamat seseorang. Kakinya melangkah untuk menuju ke pemukiman padat penduduk. Meskipun Bayu adalah anak orang kaya. Namun Bayu sudah menjalani hidup bebas tanpa harus mengikuti aturan keluarganya.
Setelah memasuki kawasan padat penduduk Bayu clingak clinguk kaya orang yang bingung. Tak lama Rani akhirnya keluar dari rumah lalu melihat Bayu yang bingung.
“Bang,” panggil Rani sambil memukul pundak Bayu.
Bayu yang merasa kena pukul menatap tajam ke arah Rani. Bayu tersenyum smirk dan menarik tangan Rani.
“Eh... Tunggu!!” teriak Rani.
Tanpa banyak bicara Bayu mengajaknya keluar dari kawasan penduduk. Lalu tangannya melambai ke arah taksi yang sedang lewat.
“Bang... Kamu mau aku ajak ke mana?” tanya Rani yang berusaha melepaskan tangannya.
“Diamlah. Kamu ikutlah denganku sebentar,” jawab Bayu yang berhasil menghentikan taksi.
“Masuklah,” titah Bayu.
“Aku tidak mau. Aku mau jualan nasi goreng,” ketus Rani.
Lalu Bayu memaksa Rani masuk ke dalam taksi. Begitupun juga dirinya. Rani yang memberontak menggedor kaca mobil.
“Buka....,” seru Rani.
“Jalan ke butik House Dress,” titah Bayu.
Sopir itu melajukan mobilnya ke butik Dress House. Sementara Rani berhenti lalu melihat Bayu dan bertanya, “Kenapa kamu membawaku ke butik Dress House?”
“Diamlah!” titah Bayu yang dingin.
Sepanjang perjalanan mereka diam tanpa kata. Sementara itu Rani dengan kesalnya hanya bisa mengumpat Bayu dalam hati. Sesampainya di sana. Bayu menarik Rani secara paksa dan mengajaknya.
“Ayo kita masuk ke sana,” titah Bayu yang dingin.
Saat berada di depan butik Dress House, mata Rani membulat sempurna. Rani bingung dengan Bayu, “Kenapa kamu mengajakku ke sini?”
Tanpa banyak bicara, Bayu menarik tangan Rani ke dalam butik. Rani yang ditarik hanya bisa pasrah.
“Tuan Muda,” sapa Eli sang pemilik butik.
“Berikan baju yang pantas untuknya!” titah Bayu.
Eli menganggukan kepalanya lalu mengajak Rani pergi. Eli yang melihat tubuh Rani yang bagus tersenyum manis.
“Nona sangat beruntung sekali menjadi kekasih Tuan Bayu,” puji Eli ke Rani.
“Apa!!” pekik Rani.
“Apakah Nona tidak tahu kalau Tuan Bayu adalah seorang ahli waris Asco Group International?” tanya Eli yang membuat Rani tidak tahu.
Rani semakin bingung dengan penuturan Eli. Bayu yang memakai baju biasa hanya bisa menghembuskan nafasnya. Rani bingung harus menjawab apa?
“Cepatlah Eli... berikan dia baju yang sesuai dengannya!” titah Bayu.
“Baik Tuan,” balas Eli.
“Ish.. ternyata pria itu sombong sekali,” batin Rani.
Eli langsung mengambil dress brokat berwarna hijau tosca. Kemudian Eli mengajak Rani berganti baju. Sedangkan Bayu mengambil ponselnya dan mengecek seluruh transaksi dunia bawah tanah sambil tersenyum devil.
“Kamu kira aku akan tunduk di hadapanmu. Ok... kamu sudah bermain api. Cepat atau lambat kamu akan mendapatkan akibatnya,” batin Bayu yang mendapat satu fakta dari Laras.
Dari pagi Laras sudah mulai meneror Bayu. Setiap satu detik sekali Laras menyuruhnya pulang. Bahkan Laras sendiri mengancam Bayu.
Di kediaman Keluarga Drajat. Seorang wanita angkuh berjalan mendekati Santi. Wanita itu sangat kesal sekali. Beberapa jam yang lalu wanita itu masih mengirim pesan bahkan ancaman untuk Bayu. Jika nanti malam tidak pulang kemungkinan wanita itu akan semakin menjadi.
“Ma,” panggil Laras nama wanita itu dengan berpura-pura baik.
“Ada apa?” tanya Santi dengan lembut.
“Bayu sudah tidak sayang sama aku lagi,” rengek Laras.
“Bayu sayang sama kamu. Kamu tenang saja. Nanti malam kamu bisa bertemu dengan Bayu,” hibur Santi.
Laras yang mendapat berita dari Santi hanya bisa tersenyum manis. Laras sudah memiliki rencana yang jahat untuk Bayu nanti malam.
“Baiklah Ma.. aku sudah tidak sabar menunggu Bayu,” ucap Laras dengan bahagia.
Kemudian Laras menjauhi Santi dan keluar dari mansion. Mata Laras menuju ke seseorang yang sedang berdiri di dekat pagar.
“Akhirnya pesananku datang,” batin Laras.
Laras mendekati pria itu dan mengulurkan tangannya sambil bertanya, “Mana pesananku?”
Pria itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Namun pria itu memberikan pesanan Laras dan langsung menghilang. Tanpa disadari oleh Laras sepasang mata sedang memperhatikannya. Setelah kepergian pria berbaju hitam. Pria itu segera mengejarnya. Saat mau berbelok pria itu menangkapnya dan melumpuhkan orang misterius itu.
“Ampun Tuan,” pria itu memohon.
“Apa yang kamu berikan kepada Laras?” tanya Joko dingin.
“Maksud Tuan?” tanya pria itu.
“Apa yang kamu berikan pada Laras?” tanya Joko dengan suara menekan.
“I... I... I.... Itu Tuan. Obat perangsang dengan dosis tinggi,” jawab pria itu yang mulai ketakutan.
“Hmmp... Rasanya aku ingin bermain,” ujar Joko datar.
“Jangan Tuan!!!” Pria itu memohon kepada Joko.
“Pengawal!!!” teriak Joko.
Tak lama beberapa orang yang memakai baju serba hitam datang. Mereka membungkuk untuk memberikan hormat kepada Joko.
“Bawa orang ini ke markas!” titah Joko.
Tanpa banyak bicara para pengawal itu membawa pria itu ke markas.
“Rupanya ingin main-main ya sama Bayu Drajat,” ucap Joko dalam hati.
Rani yang selesai di make over oleh Eli keluar dengan anggunnya. Rani berjalan menghadap Bayu yang sedang santai.
“Tuan Muda,” panggil Eli.
Bayu mendongakkan kepalanya dan melihat Rani yang sangat cantik sekali. Jantungnya berdetak kencang. Jujur saja Bayu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Dia seperti boneka Barbie. Ah... Rasanya aku ingin menikahinya,” batin Bayu.
Setelah itu Bayu berdiri dan mulai mendekati Rani lalu memutarinya. Bayu sangat senang sekali melihat penampilan Rani yang elegan, “Kamu sudah memberikan yang terbaik untukku.”
“Terima kasih Tuan,” balas Eli.
Bayu memegang tangan Rani yang lembut. Jantung Bayu semakin berdetak kencang. Tak lama Arga datang dengan membawa Papper bag, “Tuan.”
“Mana bajuku?” tanya Bayu yang melepaskan tangan Rani.
Arga menyodorkan papper bag itu ke Bayu. Lalu Bayu mengambilnya dan menghilang dari pandangan mereka. Sambil menunggu Bayu, Rani mulai melihat baju-baju yang terpampang indah. Kemudian Rani hanya menghela nafasnya. Rani tahu baju yang berada di butik ini adalah kualitas terbaik dengan harga yang membuatnya melongo.
“Kenapa harga baju di sini sangat mahal sekali? Bahkan satu baju pun bisa dibelikan motor keluaran baru. Apakah ini dinamakan hidup mewah?” batin Rani yang sendu.
Selesai berganti baju Bayu mendekati Rani sambil berbisik, “Apakah kamu mau itu?”
Rani menggelengkan kepalanya lalu tersenyum tipis, “Jika aku membelinya. Lantas uang dari mana?”
“Jika kamu suka ambil saja,” perintah Bayu.
“Maaf... Aku tidak mau mengambilnya,” jawab Rani dengan jujur.
“Kalau begitu kita pergi dari sini,” ajak Bayu.
“Kita mau ke mana Tuan?” tanya Rani.