Wajah pria dewasa, sangat mengejutkan Stela, "Bagaimana mungkin pria ini mau menyakitiku. Apa masalah mereka?"
Stela semakin ketakutan saat pria dihadapannya dengan berani menyentuh paha mulusnya, menjepit dengan kedua kakinya. Tentu wanita berstatus janda itu, berteriak sekencang kencangnya agar ada orang yang menolong.
Pria itu dengan sangat mudah membopong tubuh Stela masuk kedalam kungkungannya, membawa Stela keranjang kingsize kamar hotel mewah berbintang lima.
"Jangan! Lepaskan aku!" Stela memberontak, menjambak rambut coklat itu dengan sekuat tenaga.
Pria itu semakin ganas diatas tubuh Stela, dia justru merobek paksa pakaian tipis yang menjadi pusat perhatiannya sejak awal Yudas membawanya.
"Siapa kau!" Stela masih berusaha menahan tangan pria itu yang sudah berani menyentuh bagian kenyal pribadinya.
Pria itu semakin kasar, dia membuka pakaiannya dengan sangat cepat melewati kenikmatan berbeda diatas tubuh indah Stela.
Stela berteriak keras, menangis sejadi-jadinya, kehormatannya direnggut paksa oleh pria yang tidak dia kenal. Air mata mengalir deras membasahi kelopak mata indahnya yang menerawang seketika menerima hantaman keras dibawah sana.
Dua jam berlalu, Stela berbalut selimut tipis, berusaha mencari seseorang untuk membantunya, agar keluar dari kamar hotel yang tidak dia kenali, "Dimana ini? Siapa mereka? Apa yang harus aku katakan pada keluarga?" tangisnya pecah saat melihat seprei kamar terdapat bercak darah.
"Mama," Stela semakin menangis keras, saat mengetahui dirinya benar benar tidak suci setelah perceraiannya dengan William.
Cekreeek,
Seorang pria tampan terlihat keluar dari arah kamar mandi, tersenyum sumringah kearah Stela.
"Hmm, kamu sudah bangun baby?" suara bariton pria itu membuat bulu kuduk Stela semakin meremang.
Pelan Stela menantang tatapan mata pria jahanam yang bertelanjang dada berdiri dihadapannya, "Siapa kalian, apa masalah kalian padaku?" air mata enggan mengering terus membasahi pipi mulusnya.
Pria itu mendekati Stela, "Saat ini kamu milikku baby, aku pikir kamu sudah tidur dengan Will, ternyata salah!"
Stela menautkan kedua alisnya, memukul keras wajah pria tampan itu sekuat tenaga.
PLAAAAK,
"Apa salah ku padamu! Kenapa kamu tega seperti ini. Aku tidak mengenalmu dan aku tidak mengetahui siapa kalian!" wajah Stela memerah menahan perih mengiris hati dan perasaannya.
Pria itu semakin tertawa, meraih wajah cantik alami wanita dihadapannya, "Jangan terlalu membenciku Nona. Kita akan menjadi partner dalam waktu dekat."
Pria itu memberikan satu kotak pakaian terbaik untuk Stela, meletakkan black card unlimited diatas nakas, "Jika kamu sudah pulih, sopir akan membantumu, baby. Semua ini adalah pemberian dariku, daripada kamu keluar hanya menggunakan underware tanpa busana. Aku permisi."
Pria gagah itu berlalu meninggalkan Stela, yang masih shock atas perlakuannya.
Stela meremas sudut selimut penutup tubuh indahnya, berteriak seperti wanita tengah kerasukan, tanpa tahu harus berbuat apa. Dia mencari handphone miliknya, yang tidak ditemukan, "Aaaagh, aku tidak membawa apa-apa selain baju ini," tangannya meremas kesal baju tipis berbahan satin.
"Ini bukan malam pertama, melainkan direnggut paksa oleh pria yang bukan berstatus suamiku," Stela menggeram berusaha turun dari ranjang dengan tertatih.
Perbuatan pria yang tidak dia kenal itu, menambah beban pikiran Stela, "siapa dia, kenapa dia tega, apakah dia tidak memiliki saudara perempuan?"
Stela menatap lekat kearah cermin, memeriksa seluruh tubuh mulusnya, yang terdapat beberapa kissmark dari perbuatan pria itu.
"Jika aku tahu siapa dia. Aku orang pertama yang akan membunuhnya!" Stela masih berbicara sendiri seperti wanita hilang ingatan.
Mata Stela tertuju pada gelas yang berada tidak jauh dari marmer, seketika terbesit dipikirannya untuk memecahkan gelas kosong tersebut, kemudian mengiris nadinya hingga membuat dia mati sia sia, "Toh, tidak ada yang mengenalku."
Stela melangkah kebawah shower, menyalakan kran air hangat, mengguyur tubuhnya dengan deraian air mata. Malam pertama yang iya bayangkan indah bersama William Danu Barata, ternyata hanya mimpi. Dia harus menyerahkan secara paksa kehormatannya, selama ini dia jaga dari pria yang sama sekali tidak asing dimatanya.
Dua puluh menit Stela berdiri tegak dibawah guyuran air hangat, mata indah nan kini berubah sembab, merasakan sakit luar biasa dibawah sana, saat membersihkan bagian itu. Air matanya kembali mengalir deras, membayangkan wajah kedua orangtua dan semua keluarga yang sangat menyanginya selama ini.
"Ma, maafkan Stela. Ternyata Stela salah menilai Ko Wil," matanya masih terpejam dibawah guyuran air, membuat buku buku tangannya mengeriput, karena terlalu lama bermain air.
Stela beranjak dari tempatnya berdiri, meraih handuk putih nan wangi, menutup tubuh indahnya menggunakan handuk kimono tebal, merasakan kembali kehangatan yang mampu mendamaikan hati dan pikirannya.
Bergegas dia keluar dari kamar mandi, betapa terkejutnya Stela, melihat sosok seorang wanita muda nan tomboi telah menantinya sejak tadi.
"Selamat siang menjelang sore Nona. Saya diminta oleh Tuan muda, untuk menemani anda," suara tegas wanita cantik itu sedikit mengejutkan Stela.
Mata Stela semakin liar, melihat sekelilingnya, berjaga jaga jika ada orang lain selain wanita yang masih duduk disofa kamar hotel.
"Tuan muda, aku tidak mengetahui siapa Tuan kamu. Apa maksud kalian memperlakukan aku seperti ini?" Stela semakin menantang kesal.
Wanita tomboi itu hanya memijat pelipisnya, enggan berdebat dengan Stela, "Apa kamu tidak lapar, Nona?"
Stela mendengus kesal, dia meraih kotak yang berisikan pakaian. Mata indah itu seketika membulat, melihat mini dress berwarna putih dari brand terkenal yang merupakan langganan keluarganya.
"Kenapa pria itu sangat mengetahui kesukaanku. Apakah dia mengenalku?" Stela melirik kearah wanita, yang tengah asik dengan handphone pintar miliknya.
"Hei, Nona. Siapa kalian, siapa namamu?" Stela menatap lekat wajah oriental gadis dihadapannya.
Gadis tomboi itu berdiri, mendekati Stela, "Hmm, me? Perkenalkan, aku adalah Calita. Aku diutus untuk mengurus anda. Mengantarkan anda ke apartemen dengan selamat. Kamu mengerti Nona Stela Chaniago Leonal Alkhairi."
Mata Stela semakin menatap lekat wajah cantik itu dengan tatapan sinis, sambil menelan salivanya, "Hmm, apa kamu mengenal keluargaku?"
Calita hanya tersenyum dingin, dia kembali kesofa, memainkan jemari lentiknya pada layar handphone menghubungi sang tuan muda.
"Bersiaplah, Tuan sudah menunggumu diapartemen yang akan kalian tempati bersama," Calita menegaskan, menatap kearah Stela.
Wajah Stela semakin memerah, menahan perasaan sakit teramat dalam, bahkan tidak mampu menahan emosinya. Perlahan dia meraih pisau buah yang tersedia dimeja bulat ruang tengah kamar hotel, dengan sigap akan menghujamkan pisau itu pada tubuh Calita.
BHUUUUG,
Seketika Stela terjatuh karena tendangan kaki kiri Calita. Pisau kecil yang berada digenggaman terlepas seketika.
"Sudah saya katakan pada anda, cepat bersiap. Jika tidak, saya yang akan menyeret anda ke parkiran," Calita memilih meninggalkan kamar hotel, karena enggan untuk menyakiti wanita keras kepala dihadapannya.
Stela kembali histeris, berteriak sejadi-jadinya, tidak terima diperlakukan seperti tawanan, apalagi simpanan orang yang tidak dia kenal.